Kamis, 30 September 2010

PENDAPAT TOKOH-TOKOH NONMUSLIM TERHADAP AL-QUR'AN

PENDAPAT TOKOH-TOKOH NONMUSLIM TERHADAP AL-QUR'AN

1. Harry Gaylord Dorman dalam buku "Towards Understanding lslam", New York, 1948, p.3, berkata: "Kitab Qur'an ini adalah benar-benar sabda Tuhan yang didiktekan oleh Jibril, sempurna setiap hurufnya, dan merupakan suatu mukjizat yang tetap aktual hingga kini, untuk membuktikan kebenarannya dan kebenaran Muhammad."

2. Prof. H. A. R. Gibb dalam buku "Mohammadanism", London, 1953, p. 33, berkata seba-gai berikut: "Nah, jika memang Qur'an itu hasil karyanya sendiri, maka orang lain dapat menandinginya. Cobalah mereka mengarang sebuah ungkapan seperti itu. Kalau sampai mereka tidak sanggup dan boleh dikatakan mereka pasti tidak mampu, maka sewajarnyalah mereka menerima Qur'an sebagai bukti yang kuat tentang mukjizat."

3. Sir William Muir dalam buku "The Life of Mohamet", London, 1907; p. VII berkata sebagai berikut: "Qur'an adalah karya dasar Agama Islam. Kekuasaannya mutlak dalam segala hal, etika dan ilmu pengetahuan…"

4. DR. John William Draper dalam buku "A His-tory of the intelectual Development in Europe", London, 1875, jilid 1 , p. 343-344, berkata: "Qur'an mengandung sugesti-sugesti dan proses moral yang cemerlang yang sangat berlimpah-limpah; susunannya demikian fragmenter, sehingga kita tidak dapat membuka satu lembaran tanpa menemukan ungkapan-ungkapan yang harus diterima oleh sekalian orang. Susunan fragmenter ini, mengemukakan teks-teks, moto dan peraturan- peraturan yang sempurna sendirinya, sesuai bagi setiap orang untuk setiap peristiwa dalam hidup."

5. DR. J. Shiddily dalam buku "The Lord Jesus in the Qur'an", p. 111 , berkata: "Qur'an adalah Bible kaum Muslimin dan lebih dimuliakan dari kitab suci yang manapun, lebih dari kitab Perjanjian Lama dan kitab perjanjian Baru."

6. Laura Vaccia Vaglieri dalam buku "Apologie de I'Islamism, p. 57 berkata: "Dalam keselu-ruhannya kita dapati dalam kitab ini, suatu koleksi tentang kebijaksanaan yang dapat diperoleh oleh orang-orang yang paling cerdas, filosof-filosof yang terbesar dan ahli-ahli politik yang paling cakap... Tetapi ada bukti lain tentang sifat Ilahi dalam Qur'an, adalah suatu kenyataan bahwa Qur'an itu tetap utuh melintasi masa-masa sejak turunnya wahyu itu hingga pada masa kini...Kitab ini dibaca berulang-ulang oleh orang yang beriman dengan tiada jemu-jemunya. Keistimewaannya pula, Qur'an senantiasa dipelajari/dibaca oleh anak-anak sejak sekolah tingkat dasar hingga tingkat Profesor. " "Sebaliknya malah karena diulang- ulang ia makin dicintai sehari demi sehari. Qur'an membangkitkan timbul-nya perasaan penghormatan dan respek yang mendalam, pada diri orang yang membaca dan mendengarkannya.... Oleh karena itu bukan dengan jalan paksaan atau dengan senjata, tidak pula dengan tekanan mubaligh-mubaligh yang menyebabkan penyiaran Isiam besar dan cepat, tetapi oleh kenyataan bahwa kitab ini, yang diperkenalkan kaum Muslimin kepada orang-orang yang ditaklukkan dengan kebebasan untuk menerima atau menolaknya adalah kitab Tuhan. Kata yang benar, mukjizat terbesar yang dapat diperlihatkan Muhammad kepada orang yang ragu dan kepada orang yang tetap berkeras kepala."

7. Prof. A. J. Amberry, dalam buku "De Kracht van den Islam", hlm. 38, berkata: "Qur'an ditulis dengan gaya tak menentu dan tidak teratur, yang menunjukkan bahwa penulisnya di atas segala hukum-hukum pengarang manusia."

8. G. Margoliouth dalam buku "Introduction to the Koran" (kata pendahuluan untuk buku J. M. H. Rodwell), London, 1918, berkata: "Diakui bahwa Our'an itu mempunyai kedudukan yang penting diantara kitab-kitab Agama di dunia. Walau kitab ini merupakan yang terakhir dari kitab-kitab yang termasuk dalam kesusasteraan ini, ia tidak kalah dari yang mana pun dalam effeknya yang mengagumkan, yang telah ditimbulkannya terhadap sejumlah besar manusia yang telah menciptakan suatu phase kemajuan manusia dan satu tipe karakter yang segar."

9. George Sale dalam buku "Joseph Charles Mardrus-Premilinary Discourse", berkata: "Di seluruh dunia diakui bahwa Qur'an tertulis dalam bahasa Arab dengan gaya yang paling tinggi, paling murni....diakui sebagai standard bahasa Arab... dan tak dapat ditiru oleh pena manusia... Oleh karena itu diakui seba gai mukjizat yang besar, lebih besar daripada membangkitkan orang mati, dan itu saja sudah cukup untuk meyakinkan dunia bahwa kitab itu berasal dari Tuhan."

10. E. Denisen Ross dari "Introduction to the Koran-George Sale", p. 5, berkata: "Qur'an memegang peranan yang lebih besar terhadap kaum Muslimin daripada peranan Bible dalam agama Kristen. Ia bukan saja merupakan sebuah kitab suci dari kepercayaan mereka, tetapi juga merupakan text book dari upacara agamanya dan prinsip-prinsip hukum kemasyarakatan.....Sungguh sebuah kitab seperti ini patut dibaca secara meluas di Barat, terutama di masa-masa ini, di mana ruang dan waktu hampir telah dipunahkan oleh penemuan-penemuan modern."

11. James A. Michener dalam "Islam the Misun-derstood Religion Readers Digest", Mei 1955, berkata sebagai berikut: "Berita Qur'an inilah yang mengusir patung--patung dewa, dan memberikan ilham kepada manusia untuk merevolusikan hidup dan bangsa mereka.... Kombinasi antara persembahan kepada Satu Tuhan ditambah dengan perintah prakteknya yang membuat Qur'an menjadi khas. Bangsa yang beragama di Timur yakin bahwa negara mereka hanya akan diperintah dengan baik apabila hukum--hukumnya sejalan dengan Qur'an.

12. W.E. Hocking dalam "Spirit of World Politics -New York 32", p. 461 , berkata: "...saya merasa benar dalam penegasan saya, bahwa Qur'an berisi amat banyak prinsip-prinsip yang diperlukan untuk pertumbuhannya sendiri. Sesungguhnya dapat dikatakan bahwa hingga pertengahan abad ke-13, Islamlah pembawa segala apa yang tumbuh yang dapat dibanggakan oleh dunia Barat."

13. Napoleon Bonaparte

a. Dari "Stanislas Cuyard-Ency des Sciences Religioses", Paris, 1880, jilid IX, p. 501 berkata sebagai berikut: " Selama abad-abad pertengahan, sejarah Islam peradaban sepenuhnya. Berkat keuletan kaum Musliminlah maka ilmu pengetahuan dan falsafah Yunani tertolong dari kebinasaan, dan kemudian datang membangunkan dunia Barat serta membangkitkan gerakan intelektual sampai pada pembaruan Bacon. Dalam abad ke-7 dunia lama itu sedang dalam sakaratulmauit. Muhammad memberi kepada mereka sebuah Qur'an yang rnerupakan titik tolak ke arah dunia baru."

b. Dari buku "Bonaparte et I'Islarn oleh Cherlifs, Paris, p. 105, berkata sebagai berikut: "I hope the time is not far off when I shall be able to unite all the wise and educated men of all the countries and establish a uniform regime based on the prinsiples of the Qur'an wich alone can lead men to happiness. Artinya: Saya meramalkan bahwa tidak lama lagi akan dapat dipersatukan semua manusia yang berakal dan berpendidikan tinggi untuk memajukan satu kesatuan kekuasaan yang berdasarkan prinsip--prinsip ajaran Islam, karena hanyalah Qur'an itu satu-satunya kebenaran yang mampu memimpin manusia kepada kebahagiaan.

Sumber : kajian-agama.blogspot.com

Kumpulan Hadits Part 22

Dari 'Aisyah r.a. berkata: "Dari semua waktu-waktu malam, Rasulullah saw. pernah mengerjakan shalat witir pada permulaan malam, pernah pada pertengahan malam, pernah pada akhir malam; serta paling akhir beliau mengerjakan shalat witir sampai habis waktu sahur. (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu Mas'ud r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda: "Sesungguhnya berkata benar itu membawa kepada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu membawa ke surga; orang yang jujur itu akan selalu berkata benar sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang benar-benar jujur. Dan sesungguhnya berdusta itu membawa kepada kejahatan dan sesungguhnya kejahatan itu membawa ke neraka; orang yang suka berdusta itu akan selalu bohong sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta". (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari 'Aisyah r.a. dari Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya ramah tamah dalam segala urusan menjadikan urusan itu indah (sukses). Tanpa ramah tamah niscaya setiap urusan menjadi buruk". (HR. Muslim)

Seorang laki-laki dari kaum Anshar datang menghadap Nabi saw., ia berkata: Ya Rasulullah, adakah cara berbuat baik kepada orang tua sesudah mereka tiada? Nabi saw, bersabda: "Benar! Ada empat perkara yaitu mendoakan keduanya agar diberi rahmat, memohonkan ampunan bagi mereka, melaksanakan janjinya dan menghormati kawan kedua orang tua serta bersilaturahmi dengan orang yang belum pernah bersilaturahmi dengan mereka kecuali melalui keduanya. Itulah cara engkau berbuat baik kepada mereka setelah wafatnya. (HR. Abu Daud)

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Nabi saw. bersabda: "Allah senantiasa memperkenankan doa seorang hamba, selama doa itu tidak mengandung dosa, atau memutus silaturahmi, dan selama tidak minta cepat-cepat diperkenankan". Lalu beliau ditanya orang, 'Apa maksudnya minta cepat-cepat?' Jawab beliau: "Umpamanya seorang berkata dalam doanya, Aku telah mendoa, Aku telah mendoa tetapi aku belum melihat doaku diperkenankan. Lalu dia putus asa dan berhenti berdoa" (HR. Muslim)


Kristiane Backer, dari Glamour MTV Menuju Jalan Hidayah


Kristiane Backer, dari Glamour MTV Menuju Jalan Hidayah
Kristiane Backer

REPUBLIKA.CO.ID, HAMBURG--"Saya menemukan kenyataan bahwa Islam berpihak kepada perempuan dan laki-laki. Di dalam Islam, perempuan telah memiliki hak untuk memilih pada tahun 600 Masehi. Perempuan dan laki-laki di dalam Islam berpakaian dengan cara yang sopan. Mereka pun tidak diperkenankan saling menggoda. Bahkan, kaum perempuannya diperintahkan untuk memanjangkan pakaian mereka." Demikian ungkapan hati yang dituliskan Kristiane Backer dalam buku autobiografinya yang berjudul 'From MTV to Mecca' atau 'Dari MTV Menuju Makkah'.

Kristiane Backer lahir dan tumbuh dewasa di tengah keluarga Protestan di Hamburg, Jerman. Pada usia 21 tahun, ia bergabung dengan Radio Hamburg sebagai wartawati radio. Dua tahun kemudian, ia terpilih sebagai presenter MTV Eropa di antara ribuan pelamar. Sebagai konsekuensi pekerjaannya, ia pun pindah ke London, Inggris.

"Begitu luar biasa. Pada usia 20-an, aku tinggal di Notting Hill. Sebagai gadis muda di kota yang sama sekali baru, aku diundang ke mana-mana, difoto banyak papparazi, dan bekerja sebagai presenter. Saat itu aku bertemu dengan banyak orang-orang terkenal. Aku merasakan kehidupan yang sangat menyenangkan. Rasa-rasanya hampir semua gaji yang aku terima habis untuk membeli baju dan pernak-pernik yang bagus dan trendy. Aku pun sering melakukan perjalanan ke berbagai tempat menarik di Eropa," begitulah Kristiane menceritakan awal kehidupannya sebagai selebritis muda.

Sekali waktu, Kristiane pergi ke Boston mewawancarai Rolling Stone dan mengikuti tur-tur besar para artis terkenal dunia. Kristiane bahkan dinobatkan sebagai presenter perempuan nomor satu di MTV sehingga selalu muncul di layar kaca. Ia juga pernah didaulat menjadi presenter untuk acara Coca-Cola Report dan Europe Top 20.

Boleh dibilang, jika ada kelompok musik baru, maka Kristiane-lah orang pertama yang mewawancarai mereka. Jutaan orang di Eropa pun mengenal gaya Kristiane dengan saksama dan banyak acara besar dengan penonton sebanyak 70 ribu orang sering ia bawakan. Bagi khalayak pemirsa Eropa, Kristiane adalah salah satu sosok penyiar favorit karena kecakapannya.

Di tengah kehidupan glamornya, ia mengalami keguncangan spiritual. Kemudian di tahun 1992, Kristiane bertemu dengan Imran Khan, yang kelak menjadi suaminya. Imran Khan adalah anggota tim kriket Pakistan. Pertemuan itu adalah pertemuan pertama kali antara Kristiane dengan seorang bintang yang beragama Islam. Kristiane dan Khan yang sama-sama mendalami Islam, selalu berdiskusi tentang Islam. Khan selalu memberikan buku-buku tentang Islam kepada Kristiane dan dengan penuh semangat pula Kristiane mengkajinya.

"Aku menemukan bahwa Alquran sarat dengan hal-hal rasional. Dan pandangan lamaku tentang Islam berubah. Karena apa yang kupelajari berbeda dengan anggapan orang-orang di sekitarku. Bahkan ketika aku mengkaji masalah perempuan dalam Islam, aku menemukan bahwa Islam menjunjung tinggi hak-hak wanita yang sekarang tengah diperjuangkan di seluruh dunia. Akan tetapi Islam telah menjunjung tinggi hak-hak wanita sejak ratusan tahun yang lalu. Perempuan dan laki-laki berpakaian dan bertingkah dengan cara yang sopan," jelas Kristiane.

Kristiane menceritakan bahwa sejak mengenal Islam dan membaca terjemahan Alquran, ia tak lagi menggunakan rok pendek dan pakaian yang buka-bukaan. Ia mulai mengenakan pakaian longgar dan panjang jika tampil di televisi. Ia dengan tegas mengatakan bahwa wanita yang memperlihatkan tubuhnya di depan publik adalah melecehkan seluruh wanita di muka bumi ini.

Akhirnya, ia menerima Islam dengan lapang dada dan sukacita. Setelah mengucap syahadat, perlahan ia mempelajari shalat lima waktu dan berpuasa Ramadhan. "Dulu aku sering sekali minum champagne di pesta-pesta malam, kini saya tidak lagi menyentuh minuman seperti itu," kisahnya.

Namun, keputusannya untuk menjadi seorang Muslimah juga menuai berbagai macam cobaan. Kristiane tidak lagi diizinkan untuk tampil di layar kaca menjadi pembawa acara. Tak hanya itu, kawan-kawan dan kerabatnya pun mengucilkannya. Untunglah, kedua orang tua Backer tak mempermasalahkan jalan hidup yang dipilih anaknya itu. Mereka malah mendukungnya.

"Beberapa waktu setelah saya memutuskan untuk menjadi Muslimah, saya merasa keterasingan yang sangat. Saya dikucilkan oleh kawan-kawan dan kerabat saya. Tetapi Alhamdulillah, kedua orang tua saya mendukung langkah dan pilihan hidup saya untuk berislam," tutur dia. Keislaman Kristiane itu juga yang membawa berkah bagi kehidupan keluarganya. Kedua orang tuanya merasa bahagia melihat sosok Kristiane yang baru, yang telah menjadi umat Muhammad.

Kristiane juga menceritakan, suasana keluarganya kian hangat oleh diskusi-diskusi seputar keislaman. ''Keluarga saya sangat banyak mengambil hal-hal positif dari ajaran agama yang saya anut sekarang ini,'' tutur Kristiane sebagaimana dilansir harian Alarabiya.

Red: irf
Rep: nidia zuraya
Sumber : republika.co.id

Elsa van de Loo, Bule Berjilbab, Wakil Kaum Muda Belanda di PBB


mambapoint.tv
Elsa van de Loo, Bule Berjilbab, Wakil Kaum Muda Belanda di PBB
Elsa van de Loo

REPUBLIKA.CO.ID,Ketika Belanda disorot karena partai anti-islam PVV mendukung pemerintahan koalisi, remaja berjilbab mewakili negeri ini di forum muda PBB. Elsa van de Loo bertolak ke New York AS, 2 Oktober. Beberapa hari kemudian ia akan berpidato di depan Majelis Umum PBB atas nama Belanda. Ia akan mendesak perhatian pemimpin dunia perlunya 'Air Sebagai Hak Asasi Setiap Individu.'

Bule Berjilbab

Penampilan Elsa langsung menarik perhatian karena ia mengenakan jilbab. Setelah 'mencari' selama lima tahun, akhirnya memeluk Islam, dua tahun lalu.

Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Amsterdam itu tidak kesulitan hidup sebagai muslimah di Belanda. Ia sama sekali tidak merasa perbedaan perlakuan dari sesama kaum muda.

"Dalam kehidupan bermasyarakat, di luar politik sebenarnya kaum muda sangat-sangat toleran. Bahkan terbuka dan mereka bisa menghormati pilihan individu," ungkap Elsa mengenai pengalamannya hidup di kota besar Haarlem dan kuliah di Amsterdam. "Mungkin tanggapannya akan sedikit berbeda kalau saya tinggal di pedesaan. Tapi pengalaman saja sejauh ini baik-baik saja."

Gadis 22 tahun itu merasa Belanda sebagai negeri Multi Kultural, dihuni penduduk berbagai latar belakang budaya dan agama, sehingga memunculkan kaum muda yang sangat toleran terhadap kaum muslim.

Elsa mencontohkan kesuksesannya memenangkan kontes pemilihan wakil forum muda PBB. "Kontes itu ditentukan oleh perolehan suara. Dan saya mendapat dukungan paling banyak dari kaum muda Belanda. Padahal saya satu-satunya yang pakai jilbab."

Gadis blasteran Belanda-Republik Dominika itu menilai bahwa agama jangan sampai menjadi penghalang dalam memperjuangkan sebuah visi 'hak-hak asasi manusia.' "Mungkin tidak semua orang nyaman dengan penampilan saya, tapi saya mewakili semua kaum muda Belanda."

Air Hak Asasi
Ia menekankan pentingnya air. "Satu miliar penduduk bumi tidak punya akses air bersih. Akibatnya banyak kematian bayi." Menurut Elsa, masalah air harus diperhatikan secara serius. Penggunaan air merupakan tanggungjawab semua orang, pemerintah dan juga PBB. "Karena kalau tidak diurus dengan baik maka air menjadi sumber konflik."

Film Elsa ketika sedang berpidato simultan untuk PBB dari Comedy Cafe di Amsterdam, 6 Oktober 2009. Menurut Elsa, pidato ini disambut antusias Pangeran penerus tahta Belanda, Willem Alexander dan para penasihat masalah air.

Geert Wilders dan Pajak Jilbab
Kalau bertemu dengan Geert Wilders pemimpin PVV, gadis berjilbab ini ingin mendesak agar program Kerjasama Pembangunan tidak dihentikan. Selain itu dia juga cemas Wilders akan memangkas subsidi sektor Budaya dan Seni Belanda.

Ditanya soal rencana PVV yang ingin menerapkan Pajak Jilbab, Elsa van de Loo akan menolak membayarnya. Karena menurutnya semua orang berhak menjalankan ibadah agamanya. "Setiap orang bebas mengungkapkan agamanya, selama itu tidak mengganggu orang lain. Jilbab, tidak mengganggu orang lain."

Sebagai orang Belanda totok Elsa tidak setuju kalau ada pajak Jilbab. "Gagasan itu hanya wacana untuk mendapatkan publikasi saja, secara praktek tidak mungkin bisa diterapkan."

Red: Krisman Purwoko
Sumber: radio netherland
republika.co.id

Menjadi Mualaf, Tren Baru di New Jersey


njmonthly.com
Menjadi Mualaf, Tren Baru di New Jersey
Mualaf dari etnis Hispanik di New Jersey, AS.

NEW JERSEY--Menjadi mualaf tengah menjadi tren di New Jersey, Amerika Serikat. Media News Observer melaporkan, tata cara yang gampang untuk menjadi seorang Muslim membuat banyak orang yang jemu dengan hidup tanpa pegangan melarikan diri ke masjid dan menganut Islam. "Anda hanya perlu mengucapkan pengakuan mengenai Allah dan Muhammad sebagai Rasul-Nya, maka saat itu juga Anda telah menjadi seorang Muslim," tulis media ini.

Di luar itu, tak ada prosedur yang rumit dan mahal. "Pernyataan yang dikenal sebagai syahadat itu dibacakan di hadapan para saksi, seringkali jemaat di Masjid," kata Mohammed Qatanani, pemimpin spiritual dari Pusat Islam Passaic County di Paterson, NJ, seperti dikutip News Observer.

Hampir tiap pekan, ada saja orang yang datang ke masjid dan meminta untuk diislamkan. Itu sebabnya, kata Qanani, pihaknya melakukan pemeriksaan untuk tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. "Jika seseorang mengatakan kepada saya bahwa mereka bersedia masuk Islam, saya akan mencoba untuk memastikan itu adalah tindakan sukarela," kata Qatanani.

Dalam sebulan, rata-rata pihaknya mengislamkan antara tiga hingga empat orang. "Saya mencoba untuk memastikan bahwa orang tersebut tidak melakukannya untuk kepentingan apapun tetapi karena ia percaya pada keesaan Allah. Kemudian orang yang membuat deklarasi, dan mereka menjadi seorang Muslim."

Beberapa masjid juga mengalami hal yang sama, kedatangan banyak tamu yang minta diislamkan. Itu sebabnya, kini, mereka mempunyai program baru, yaitu pendampingan bagi mualaf. Menurut Waheed Khalid, presiden masjid Darul Islah di Teaneck, NJ, mengatakan pada mualaf cenderung emosional.

"Dalam beberapa kasus, orang tersebut meninggalkan segalanya di belakang," kata Khalid. "Ibu atau ayah atau keluarga mungkin tidak menyetujui keputusan setelah deklarasi ini, dan mereka membutuhkan dukungan."

Masjid juga mendorong mualaf untuk belajar tentang Islam dan mengundang mereka ke kelas di mana mereka dapat belajar tentang keimanan, bahasa Arab, dan studi Quran. "Beberapa kelompok juga menawarkan dukungan tobat nasuha," kata Khalid.

Seperti halnya ditemukan dalam agama lain, para mualaf biasanya mempunyai semangat beragama yang tinggi ketimbang mereka yang sudah lebih dulu memeluk agama Islam. "Inilah pentingnya untuk mengarahkan mereka, agar jangan sampai semangat yang tinggi ini menjadi salah arah," kata Aref Assaf, presiden American Arab Forum.

Muslim diharapkan untuk melakukan hal-hal seperti menghindari alkohol dan daging babi, dan mengajak mereka menabung untuk bisa menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. "Setidaknya sekali seumur hidup, mereka harus berkunjung ke sana," ujarnya.

Di sisi lain, kata Assaf, Muslim yang lain juga perlu didorong untuk lebih giat belajar agama. "Seperti agama lain, kita memiliki umat Islam yang sangat setia, tapi kami juga memiliki Muslim yang tidak berdoa dan tidak pergi ke masjid namun mereka mengatakan mereka Muslim," katanya. Dengan para mualaf, mereka bisa saling mengisi.

Red: Siwi Tri Puji.B
Sumber: republika.co.id

Sandrina Malakiano: Islam Membuatnya Lebih Sabar dan Ikhlas

Sandrina Malakiano: Islam Membuatnya Lebih Sabar dan Ikhlas
Sandrina Malakiano

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Penikmat televisi di Tanah Air tentunya mengenal sosok perempuan satu ini. Alessandra Shinta Malakiano nama lengkap perempuan tersebut. Namun, publik lebih mengenalnya dengan nama Sandrina Malakiano. Nama yang kerap dipakainya pada saat tampil di layar kaca salah satu stasiun televisi di Indonesia untuk menyampaikan berita dan peristiwa.

Lahir di Bangkok, Thailand, pada 24 November 1971, Sandrina dibesarkan di tengah keluarga dengan dua kultur yang berbeda. Ayahnya yang berasal dari Armenia, Italia, merupakan pemeluk Katolik Gregorian. Sementara ibunya yang berdarah Solo-Madura beragama Islam, yang kuat memegang budaya kejawen. ''Saya ini sangat beruntung karena dibesarkan dalam keluarga yang sangat berwarna. Karenanya, saya sering menyebut kehidupan dalam keluarga saya itu sebagai united colours of religion,'' ujarnya suatu ketika.

Kombinasi dua budaya yang berbeda dari kedua orang tuanya itu, melahirkan kebebasan memeluk agama apa pun bagi anak-anaknya, termasuk Sandrina. Kendati sang ayah pemeluk Katolik Gregorian dan sang ibu seorang Muslimah, namun Sandrina serta kakak laki-lakinya justru mendapatkan pendidikan agama Kristen Protestan. Pendidikan ini ia peroleh di sekolah. Kondisi tersebut, terangnya, dikarenakan pemeluk Katolik Gregorian di Indonesia sangat langka, sehingga gereja Gregorian hanya ada satu yaitu di Jakarta. Sementara, sejak dari bayi, ia tumbuh dan besar di Bali.

Kebebasan yang diberikan orang tuanya, diakui Sandrina, membuat dirinya bingung dan bimbang. Terlebih lagi ketika duduk di bangku SMP yang mulai ada proses pendewasaan diri dalam keseharian istri dari Eep Saefulloh Fatah ini. ''Saya mulai bertanya-tanya, sebetulnya saya ini mengakar ke mana, kenapa Kristen Protestan. Sementara saya merasa bahwa tempat saya bukan di sana,'' paparnya.

Tak heran bila saat dirinya mulai kuliah, ia kemudian memutuskan untuk menganut agama Hindu. Ia menjalani agama barunya ini dengan sepenuh hati. Dia mempelajari Hindu dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, baik secara ritual, aturan, maupun kepercayaan. Bahkan, termasuk membuat album religi Hindu bersama beberapa orang temannya. Album religi Hindu bersifat sosial ini dibuat sekitar 1997. ''Saya menjalaninya dengan penuh totalitas. Karena, saya tidak percaya pada apa pun yang sifatnya setengah-setengah,'' tegas ibu dari Keysha Alea Malakiano Safinka dan Kaskaya Alessa Malakiano Fatah.

Namun, lagi-lagi kegelisahan yang sama muncul dalam dirinya. Ia kembali merasa bingung dan bimbang pada keyakinan Hindu yang dipeluknya. Kebingungan serta rasa bimbang tersebut kerap muncul manakala melihat sanak saudara dari keluarga ibunya melakukan shalat di rumahnya, saat mereka berkunjung ke Bali. Bahkan, terkadang ia turut serta shalat bersama mereka. Shalatnya hanya dilakukan sebatas ikut-ikutan. Namun, justru hal itu yang memberikan perasaan tenang dalam dirinya seusai mendirikan shalat.

Dari situ, paparnya, timbul keinginan untuk mengetahui Islam lebih lanjut. ''Mungkin kesalahan saya pada waktu itu adalah bertanya kepada orang yang tidak tepat. Misalnya, saya ingin tahu mengenai Islam, tapi informasi yang saya dapatkan mengenai Islam itu kurang baik. Kecendrungan mereka mengatakan Islam itu menyulitkan, tidak fleksibel, tidak universal, dan merendahkan kaum perempuan,'' ujarnya.

Hijrah ke Jakarta
Pada 1998, ketika ia memutuskan hijrah ke Jakarta. Di Ibu Kota Indonesia inilah, Sandrina mendapat kesempatan yang lebih luas dalam melihat Islam secara lebih dekat. Ia pun banyak bertanya tentang agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ini kepada orang-orang Islam, termasuk pada ulama. ''Sulit dijelaskan dengan kata-kata. Semakin hari ketertarikan saya pada Islam pun tumbuh. Keinginan untuk lebih banyak tahu mengenai Islam semakin menjadi, dan kerinduan untuk memeluk Islam pun semakin menggebu,'' katanya.

Dan ketika ia mengungkapkan hal itu pada keluarga terdekatnya serta saudara dan teman-temannya, jelas Sandrina, mereka semua sangat mendukung. Setelah merasa mantap dengan ajaran Islam yang dipelajari selama lebih kurang dua tahun pengembaraannya, maka pada 2000, ia pun membulatkan tekad untuk memeluk agama Islam. Ia bersyahadat di Masjid Al-Azhar, Jakarta.

Namun, perjalanan Sandria tak selamanya berjalan mulus. Usai memeluk Islam, cobaan mulai menerpanya. Allah SWT mengujinya dengan berbagai persoalan yang datang silih berganti dalam kehidupannya. Salah satunya, ia gagal mempertahankan rumah tangga yang telah dibinanya selama kurang lebih empat tahun.

Namun di balik peristiwa ini, Allah juga memberinya sebuah hadiah terindah. Salah seorang kenalannya yang sudah ia anggap seperti ayah sendiri, memberangkatkan dia untuk umrah, sebuah keinginan yang sudah lama ia idam-idamkan. ''Saya berangkat umrah tanpa mengeluarkan uang sepeser pun. Saya betul-betul berangkat dalam kondisi yang zero mind, itu terjadi tahun 2005,'' ujar Sandrina. Umrah kali pertama ini juga merupakan pertama kalinya ia pergi ke luar negeri.

Sepulang umrah pada 2005, ia mendapat kejutan-kejutan lain dari Allah. Allah memberinya seorang pendamping yang lebih saleh dan bisa menjadi imam serta pembimbing yang baik bagi dirinya dan keluarga. Selain itu, setahun berselang, berkat kemurahan seorang pemilik travel haji, ia kembali pergi ke luar negeri dengan tujuan menunaikan ibadah haji.

Namun, ujian belum berhenti. Sepulang dari menunaikan ibadah haji, ia berkomitmen untuk sepenuhnya menjalankan ajaran Islam. Ia memutuskan mengenakan busana Muslimah dan berjilbab. Namun, keputusannya ini dianggap banyak orang hanya untuk memenuhi keinginan suami. Ia tak ambil pusing dengan anggapan orang. Tekadnya sudah bulat untuk berbusana Muslimah. Dan sang suami pun terkejut ketika diberi tahu mengenai keputusannya ini. ''Suami khawatir bagaimana dengan pekerjaan saya sebagai penyiar berita di sebuah televisi swasta setelah saya berjilbab. Dia memang sudah membayangkan pasti akan ada kesulitan di sana,'' ungkapnya.

Apa yang dikhawatirkan suaminya menjadi kenyataan. Manajemen tempatnya bekerja, tidak memperbolehkan dia melaksanakan siaran dengan menggunakan jilbab. Setelah menjalani proses diskusi dan berpikir selama tiga bulan lamanya, ia pun mantap memutuskan untuk mengundurkan diri dari dunia yang telah membesarkannya selama 15 tahun lebih. Pada Mei 2006, keputusan yang sulit pun akhirnya ia ambil. Sandrina resmi mundur dari stasiun televisi itu.

Keputusan ini berdampak pada kehidupan sehari-harinya. Ia benar-benar belum siap melepaskan diri dari televisi. Perasaan sedih, sering menderanya. Ia berusaha menghindari televisi. Selama lebih kurang setahun, baru ia bisa kembali menemukan kepercayaan diri sehingga bisa menonton TV. ''Setiap kali nonton televisi rasanya ngenes. Tetapi, alhamdulillah ada suami dan keluarga yang menguatkan saya waktu itu.''

Semua cobaan tersebut, ia maknai sebagai bentuk permintaan dan kasih sayang dari Sang Pencipta agar ia memperluas lahan kesabaran dan keikhlasannya. Termasuk ketika ibunya jatuh sakit pada 2007 dan harus menjalani perawatan di rumah sakit selama 47 hari hingga ajal menjemput. Dan selama 47 hari tersebut, ia terus berada di sisi sang ibu dan mendampinginya melawan penyakit yang menyerang pankreasnya. ''Seandainya saya masih bekerja, mungkin saya tak akan bisa mendampingi ibu yang telah melahirkan saya itu selama lebih dari 47 hari di rumah sakit,'' kisahnya.

Cobaan berikutnya datang lagi manakala sang ibu wafat dan ia dihadapkan pada masalah tagihan rumah sakit sebesar Rp 680 juta yang harus segera dilunasi. Saat meninggalkan rumah sakit, ia baru membayar sepertiganya. Ia sempat meragukan keputusan yang telah diberikan Allah dalam hidupnya.

Beruntung ia segera disadarkan. Saat itu yang bisa ia lakukan hanya pasrah dan berserah diri kepada Allah. Hingga akhirnya, Allah memberikan pertolongan kepadanya melalui tangan-tangan yang tidak pernah ia sangka sebelumnya. Dalam waktu dua hari setelah pemakaman sang ibu, beberapa orang kenalannya dan ibunya mentransfer sejumlah uang dalam nominal yang cukup besar. Jika ditotal keseluruhan uang tersebut cukup untuk melunasi semua tagihan rumah sakit. ''Ini semua karena kasih sayang Allah. Saya menjadi makin lebih sabar dan ikhlas dalam menerima berbagai macam ujian,'' tuturnya.

Red: Budi Raharjo
Rep: Nidia Zuraya

sumber : republika.co.id

Moammar Gaddafi: Yesus Kembali ke Bumi Sebagai Muslim

Moammar Gaddafi: Yesus Kembali ke Bumi Sebagai Muslim
Seorang peserta pertemuan dengan Gaddafi memegang mendekap alquran

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON--Pertemuan yang digelar pemimpin Libya, Moammar Gaddafi dengan sekitar 500 wanita muda di Italia dua hari lalu membuat berang beberapa politikus Italia dan Vatikan. Mereka mengutuk pertemuan itu dan menganggap masuk Islamnya tiga wanita Italia dalam pertemuan itu sebagai bualan.

Namun berbeda dengan vatikan dan politikus Italia yang marah itu, seorang artis Inggris yang ternyata ikut serta dalam pertemuan di Roma itu justru merasa senang mengikut acara tersebut. Artis bernama Clio Evans (28 tahun) itu mengaku mengikuti pertemuan tersebut setelah diundang oleh sebuah agency model bersama ratusan wanita lainnya.

Bahkan Evans datang ke pertemuan itu dengan mengenakan kalung berantai emas dengan bandul bergambar Gaddafi. Rupanya, dia sudah pernah pergi ke Libya tiga kali. Baginya, Gaddaqy sudah dianggap sebagai teman dan kalung emas itu merupakan hadiah dari pemimpim berpangkat Kolonel tersebut.

Aktris Inggris yang tinggal di Roma, ini mengatakan, ''Kolonel Gaddafi sangat sopan dan juga sangat lucu. Dia adalah orang yang lucu. Ini kali ketiga bagi saya mengikuti acara seperti itu.''

Evans juga mengatakan, Saya belum menjadi muallaf. Aku tetap menganut Kristen, tetapi saya telah ke Libya tiga kali untuk mengunjungi dia dan kami telah menjadi teman yang sangat baik. Dia memberiku sebuah rantai emas dengan gambar dirinya sebagai hadiah.'' Dia melanjutkan, ''Hari ini ia (Gaddafi) mengatakan bahwa ia ingin mengundang orang untuk masuk Islam dan bahwa wanita diperlakukan lebih baik di Libya dibandingkan di tempat lain di manapun di dunia.''

''Dia bilang bahwa Islam adalah agama yang benar dan jika Kristus kembali ke bumi ia akan menjadi seorang Muslim. Aku dapat melihat beberapa wanita terkejut dengan apa yang dikatakannya karena Italia adalah negara Katolik,'' tutur Evans. ''Kami semua diberi minum, tapi tidak ada alkohol. Dan dia mengajarkan kami Alquran.''

Acara yang digelar Gaddafi itu kemarin mengundang amarah politikus setempat. Mereka heran mengapa Gaddafi diizinkan membuat acara seperti itu. Kemarahan itu juga ditujukan kepada Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi karena telah mengundang Gaddafi datang ke Italia.

Farefuturo, sebuah think tank sayap kanan yang dipimpin oleh Gianfranco Fini, Wakil Berlusconi yang telah keluar, mengatakan dalam sebuah pernyataan,'' Italia telah menjadi Disneyland Gaddafi dan kesombongan 'pikunnya'.'' Dia juga mengatakan, '''Sayangnya itulah politik negaranya, jika Anda membayar maka Anda selalu benar.''

Surat kabar harian Roma il Messaggero dalam editorial di halaman depannya juga mengecam acara itu. Koran itu menulis, 'Apa yang akan terjadi jika pemimpin Eropa pergi ke Libya atau negara Muslim lain dan mengundang orang untuk masuk agama Kristen?' ''Paling tidak itu akan memicu protes keras, tetapi setidaknya di sini kita toleran terhadap agama, sesuatu yang belum dicapai oleh Islam.''

Anggota parlemen Italia yang memiliki hubungan erat dengan Vatikan, Rocco Buttiglione, ikut angkat bicara. Dia menyindir, ''Apa yang akan terjadi jika seseorang pergi ke Tripoli dan mengundang orang untuk pindah agama? Aku yakin mereka tidak akan kembali dengan utuh.''

''Sangat menakjubkan bahwa pemerintah tidak membuat komentar resmi tentang hal ini. Gaddafi perlu memiliki lebih banyak rasa hormat. Anda tidak bisa datang ke Italia atau Eropa dan mengajak pindah agama bila Anda tidak mengizinkan toleransi beragama di Libya,'' kritik Buttiglione.

Monsignor Domenico Mogavero, Konferensi Uskup Katolik Italia, tak percaya pertemuan yang diadakan Gaddafi itu telah membuat tiga wanita muda Italia menjadi muallaf. ''Saya tidak percaya untuk satu menit pun, ada yang pindah agama. Itu semua bualan. Pindah agama itu bukan sesuatu yang mudah dan terjadi secara spontan.''

sumber : REPUBLIKA.CO.ID

Sue Watson: Misionaris yang Kini Menyerahkan Hidupnya untuk Islam



''Apa yang terjadi padamu?'' Pertanyaan itu kerap diterimanya ketika bertemu mantan teman-teman sekolah, teman dan pendeta ketika mengetahui dirinya telah memeluk Islam. Mereka heran dan tak habis pikir mengapa Sue Watson, seorang profesor, pendeta, dan misionaris, yang pantas disebut sebagai fundamentalis radikal, kini telah menjadi seorang Muslimah.

Tapi itulah jalan hidup. Hidayah menghampiri Watson, membuatnya menjadi tertarik pada Islam, dan akhirnya memeluk agama yang diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW ini. Semua itu bermula ketika ia baru saja lulus dari pendidikan pasca sarjana. Lima bulan setelah mendapatkan gelar Master of Divinity (Ketuhanan) dari sekolah seminari ternama, dia bertemu seorang wanita yang pernah bekerja di Arab Saudi dan telah memeluk Islam.

Jiwa misionarisnya muncul. Dia pun coba bertanya-tanya kepada wanita itu dengan maksud menjalankan misi kristennya. Kepada wanita itu, Watson bertanya tentang perlakuan Islam terhadap wanita. ''Saya terkejut dengan jawabannya. Jawaban itu bukan yang saya harapkan, jadi saya bertanya lagi tentang Tuhan (Allah SWT) dan Muhammad,'' ujarnya. Namun wanita itu tidak mau menjawab pertanyaan tersebut. Wanita itu justru mengajak Watson untuk berkunjung ke Islamic Center karena di sana ada orang yang bisa menjawab pertanyaan itu dengan lebih baik.

Selama delapan tahun, Watson kuliah di sekolah teologi. Sebagai seorang penganut Kristen yang taat, dia memandang Islam sebagai agama setan. Dalam setiap doanya, dia meminta kepada Yesus agar dilindungi dari roh-roh jahat. Namun setelah peristiwa di atas dan dia kemudian berdialog di Islamic Center tersebut, dia seperti mendapatkan pandangan lain tentang Islam. ''Saya cukup terkejut dengan pendekatan mereka (umat Islam), karena langsung dan lugas. Tidak ada intimidasi, pelecehan (terhadap agama lain), dan tak ada manipulasi psikologis,'' kisahnya.

Bahkan, Watson menceritakan, ulama atau ustadz di Islamic Center itu menawarkan dirinya untuk mempelajari Alquran di rumahnya. ''Ini seperti studi tandingan untuk Alkitab. Saya tak percaya, mereka kemudian memberikan beberapa buku mengenai Islam dan mengatakan jika saya memiliki pertanyaan maka mereka akan bersedia menjawabnya di kantor,'' katanya.

Malamnya, Watson langsung membaca semua buku itu. Itulah untuk kali pertama, dia membaca buku tentang Islam yang ditulis oleh seorang Muslim sendiri. Selama ini, dia hanya membaca buku-buku mengenai Islam yang ditulis oleh orang Kristen. Keesokan harinya, dia kembali menemui Ustadz itu untuk menanyakan beberapa hal mengenai Islam yang didapatnya dari membaca buku itu. Hal itu terus terulang setiap hari selama sepekan. Hingga tanpa terasa, dia telah membaca sebanyak 12 buku dalam tempo sepekan itu.

Dari situ, dia mulai memahami mengapa Muslim itu merupakan orang yang paling sulit di dunia ini untuk diajak memeluk Kristen. ''Mengapa? Karena tak ada lagi yang bisa ditawarkan kepada mereka (Muslim). Islam mengajarkan hubungan dengan Tuhan, pengampunan dosa, keselamatan, dan janji kehidupan yang kekal,'' paparnya.

Selama menjalani proses dialog itu, secara alamiah, pertanyaan pertamanya terpusat kepada Allah, Tuhan-nya umat Islam. Siapakah Allah yang disembah kaum Muslim ini? Sebagai seorang Kristen, dia diajarkan bahwa Allah itu merupakan Tuhan palsu. Namun setelah membaca buku Islam dan berdialog, dia baru mengetahui bahwa Allah itu Maha Kuasa, Maha Mengetahui, dan Allah itu Esa. Tak ada Tuhan lain yang mendampingi Allah.

Lantas, pertanyaan penting tentang Muhammad. Siapa ini Muhammad? Dia baru mengetahui bahwa umat Muslim tidak berdoa kepada Muhammad, seperti orang Kristen berdoa kepada Yesus. Dia (Muhammad) juga bukan seorang perantara, sehingga dilarang berdoa kepadanya. Dia pun mengetahui bahwa umat Islam juga percaya pada Yesus sebagai seorang nabi seperti Muhammad. Menurutnya, banyak kesalahpahaman dari penganut Kristen tentang Islam.

Tanpa disadarinya, dia mulai mengakui kebenaran Islam. ''Tapi saya tidak beralih memeluk Islam pada waktu itu juga karena saya belum percaya sepenuhnya di dalam hati. Saya terus pergi ke gereja, membaca Alkitab, tapi di satu sisi juga belajar Islam di Islamic Center. ''Saya benar-benar meminta petunjuk Tuhan, karena tak mudah untuk pindah agama. Saya tak mau kehilangan keselamatan,'' ucapnya.

Dua bulan setelah proses pengenalannya tentang Islam, Watson masih terus meminta kepada Tuhan agar diberikan petunjuk. Hingga akhirnya, suatu ketika, dia merasakan ada sesuatu yang jatuh meresap ke dalam dirinya. ''Saya lantas terduduk, dan itulah untuk kali pertama saya menyebut nama Allah SWT. Ada kedamaian yang dirasakan. Dan sejak itu, empat tahun lalu hingga sekarang, saya percaya bahka Engkaulah satu-satunya Tuhan dan hanya Engkau Tuhan yang sesungguhnya,'' tuturnya.

Keputusannya memeluk Islam bukannya tanpa risiko. Setelah menjadi mualaf, Watson dipecat dari pekerjaan sebagai pengajar di dua Perguruan Tinggi Kolese, dikucilkan oleh mantan teman-temannya di sekolah Teologi dan sesama profesor teologi, dan tidak diakui lagi oleh keluarga suaminya. Pilihannya itu juga disikapi negatif oleh anak-anaknya yang sudah dewasa dan dicurigai oleh pemerintahnya sendiri.

''Tanpa adanya kekuatan iman, mungkin saya sudah tak sanggup menghadapi itu semua,'' ujarnya. ''Saya sangat berterima kasih kepada Allah SWT yang telah menjadikan saya sebagai Muslim. Dan saya berharap hidup dan mati sebagai Muslim.''

Mantan misionaris yang kini telah bergantii nama menjadi Khadijah Watson itu, sekarang bekerja sebagai seorang guru untuk melayani kalangan perempuan di salah satu pusat dakwah di Jeddah, Arab Saudi.

Red: Budi Raharjo
Rep: Ar Riyadh
sumber : republika.co.id

Rabu, 29 September 2010

Mantan Diplomat Jerman: Ada Tiga Hal yang Membuat Saya Masuk Islam

Mantan Diplomat Jerman: Ada Tiga Hal yang Membuat Saya Masuk Islam

Di kalangan cendikiawan Muslim nama Dr Murad Hoffmann bukan nama yang asing lagi. Mantan dubes Jerman yang pernah bertugas di Al-Jazair dan Maroko ini bukan hanya terkenal karena ia adalah seorang mualaf tapi juga karena buah pikirannya tentang Islam yang dituangkan dalam buku-buku yang sudah banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Diantara buku-bukunya yang terkenal adalah "Diary of A German Muslim" dan "Journey to Islam" yang menceritakan bagaimana Hoffmann yang berasal dari keluarga Katolik memutuskan untuk menjadi seorang Muslim.

Meski demikian tak banyak yang mengetahui apa sebenarnya pengalaman batin yang dialaminya, yang mendasari keputusan besarnya untuk pindah agama dari seorang Katolik menjadi seorang Muslim. Menurut Doktor Murad, ada tiga hal yang menjadi faktor penentu atas keputusannya menjadi seorang Muslim.

Pertama, ketika ia menjadi dubes di Al-Jazair pada tahun 1962. Saat itu Al-Jazair sedang memperjuangkan kemerdekaannya dari Prancis. Prancis membuat kesepakatan dengan kelompok pejuang, jika mereka bersedia melakukan gencatan senjata maka Prancis akan menyerahkan kedaulatan Al-Jazair ke tangan mereka. Tapi orang-orang Prancis yang tinggal di Al-Jazair selalu melakukan provokasi agar para pejuang melakukan perlawanan sehingga Prancis bisa mencari alasan untuk menyalahkan kelompok pejuang kemerdekaan Al-Jazair.

Keteguhan para pejuang untuk tidak terpancing oleh provokasi membuat Doktor Murad kagum. "Saya sangat kagum dengan tingkat kedisiplinan mereka, yang membuat saya tertarik membaca Al-Quran untuk mencari tahu apa yang telah memberikan kekuatan yang begitu besar pada pejuang-pejuang Al-Jazair itu," ujar Murad.

"Saya berpikir, saya sudah pindah agama meski belum secara resmi. Dan saat itulah saya berpikir untuk meninggalkan semua ideologi Kristen," sambungnya.

Faktor yang kedua adalah seni Islami. Murad mengungkapkan, selain diplomat ia juga seorang kritikus tari ballet dan untuk itu ia sering berpergian, hampir 50 kali dalam satu tahun terutama ke AS untuk menyaksikan pertunjukan ballet dan mengkritisi pertunjukan-pertunjukan itu. "Sebagai seorang kritikus, saya harus punya standar-standar tertentu. Tapi semua standar itu tak berarti sama sekali buat saya ketika saya melihat produk seni Islam. Saya pertamakali menyaksikan hasil karaya seni Islam di kota-kota Spanyol seperti Granada, Cordoba, Seville dan Andalusia," papar Murad.

"Karya seni Islam menyentuh saya dengan cara yang tidak pernah saya rasakan terjadap karya seni lainnya," sambung Murad.

Dan hal ketiga yang menjadi faktor penentu keputusannya memeluk Islam adalah setelah ia mengetahui bahwa semua filsuf-filsuf terbesar dan termashyur di dunia, semuanya adalah Muslim. "Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Al-Ghazali dan Ibnu Rush adalah beberapa diantaranya. Saya merasa kesal dengan diri saya sendiri, mengapa saya tidak mengetahui hal itu sebelumnya," tutur Murad.

Beberapa filsuf terkenal, sambung Murad, pemikiran-pemikirannya sangat dipengaruhi oleh pemikiran Ibnu Khaldun yang menjadi pelopor ilmu sosiologi dan sejarawan pertama. "Satu orang penua dua bidang ilmu pengetahuan. Tetapi sosok Ibnu Khaldun tidak dikenal oleh masyakarat di Eropa sampai abad ke-20 meskipun sejumlah ilmuwan Eropa sudah mengenal sosok cendikiawan Muslim itu sejak abad ke-19," tukasnya.

Pada tahun 1980, Departemen Luar Negeri Jerman memberikan "pembekalan" berupa pengetahuan tentang Islam pada calon-calon dubesnya yang akan ditugaskan ke negara-negara Muslim. Kebetulan momen itu bertepatan dengan hari ulang tahun putera Murad. "Saya pun bilang pada anak saya bahwa saya akan memberikan sesuatu namun bukan yang berhubungan dengan uang tapi berhubungan nilai-nilai yang luhur," ungkap Murad.

"Saya pun mulai menulis semua hal yang menurut saya penting tentang apa yang saya temukan dalam Islam. Semuanya tertulis dalam 14 halaman," sambungnya.

Murad lalu menunjukkan tulisannya pada Imam Muslim asal Dusseldorf yang memberikan pelatihan pada para diplomat Jerman itu. Keesokan harinya, imam tadi bertanya apakah Murad meyakini apa yang telah ditulisnya dan Murad menjawab "ya".

"Jika kamu yakin, maka kamu adalah seorang Muslim," kata Murad menirukan ucapan imam Muslim yang membaca tulisannya.

Murad kemudian mempublikasikan tulisannya itu dan disebarluaskan di pelosok Jerman. Ia secara resmi mengucapkan dua kalimat syahadat di Islamic Center Colonia pada bulan September 1980. Ia memberitahukan pada kementerian luar negeri Jerman tentang keislamannya dan menolak ditugaskan ke Israel atau Vatikan.

Sejak itu Murad rajin menulis buku-buku Islami. Buku pertamanya, "Diary of a German Muslim'" sudah dialihbahasakan ke berbagai bahasa di seluruh dunia. Sepanjang hidupnya sebagai Muslim, Murad yang beristerikan seorang Muslimah asal Turki sudah dua kali menunaikan ibadah haji dan lima kali berumrah.

Sekarang, Murad sudah berusia 78 tahun dan faktor usia membuatnya membatasi sejumlah aktivitas dan perjalanan ke luar negeri. Sedikitnya ada 13 buku yang ditulis Murad dan 250 artikel tinjauan buku yang ditulisnya untuk berbagai organisasi antara lain untuk lembaga studi Islam di Islamabad, American Journal of Islamic Social Science Studies di Virginia dan Muslim World Book Review di Inggris. (ln/readislam)

sumber : eramuslim.com

Mengoreksi Teologi 'Kuli Bangunan' Pendeta Sirait yang Menyerang Al-Quran



Mengoreksi Teologi 'Kuli Bangunan' Pendeta Sirait yang Menyerang Al-Quran

SAMPAI saat ini, para teolog Kristen masih disibukkan dengan polemik keabsahan doktrin ketuhanan. Sampai saat ini, para pendeta belum tuntas berapologi tentang oknum dan kodrat Tuhan yang harus mereka ibadahi.

Bulan ini, Pendeta Rudy R Sirait, STh, MA, CE, berusaha membuktikan kebenaran doktrin ketuhanan Yesus dalam iman kristiani. Di majalah Narwastu Pembaruan edisi nomor 79 th 2010, ia menulis artikel berjudul “Penyangkalan Keilahian Yesus Kristus” (hlm. 48-49).

Untuk membuktikan keilahian Yesus, Pendeta Rudy Sirait mengemukakan analogi presiden dan kuli bangunan. Menurutnya, seorang presiden bisa menjadi kuli bangunan kalau dia mau, sedangkan kuli bangunan tidak akan bisa menjadi Presiden meskipun dia mau.

Dengan analogi ini, menurut Pendeta Sirait, kalau mau Allah bisa menjelma menjadi manusia. Tapi sebaliknya, manusia mustahil menjadi Allah meskipun dia mau. Sirait menulis sbb:

“Kalau seorang presiden mau menjadi kuli bangunan, mungkinkah itu dapat terjadi? Mungkin saja, kalau presiden itu mau. Tetapi kuli bangunan menjadi presiden tidak mungkin bisa, walaupun dia mau. Karena Allah berinisiatif untuk menjadi manusia, bisa saja atau mungkin saja itu dapat terjadi. Bahkan bila anda meragukan itu tidak mungkin dapat terjadi, maka anda sedang meragukan kemahakuasaan Allah. Allah menjadi manusia itu mungkin, tetapi manusia menjadi Allah itu tidak mungkin!”

Sekilas, analogi Pendeta Sirait ini memang nampak selaras dengan nas-nas Alkitab (Bibel) yang melukiskan Tuhan memiliki sifat makhluk yang bisa ditangkap dengan pancaindera. Bibel melukiskan Tuhan pernah mengerang, mengah-mengah dan megap-megap seperti perempuan yang melahirkan (Yesaya 42:13-14); Tuhan mengaum seperti singa (Hosea 11:10); Tuhan kelihatan kaki-Nya (Keluaran 24:10); Tuhan kelihatan punggung-Nya (Keluaran 33:21-23); Tuhan bersiul-siul (Zakharia 10:8); Tuhan bersuit-suit (Yesaya 5:25-26, 7:18).

….Untuk membuktikan keilahian Yesus, Pendeta Sirait mengemukakan analogi presiden dan kuli bangunan. Menurutnya, seorang presiden bisa menjadi kuli bangunan kalau dia mau, sedangkan kuli bangunan tidak akan bisa menjadi Presiden meskipun dia mau. Maka, kalau mau Allah bisa menjelma menjadi manusia…

Dalam kisah pembaptisan Yesus, Allah dilukiskan seperti burung merpati turun ke sungai Yordan (Matius 3:17; Markus 1:11 dan Lukas 3:22). Menurut Perjanjian Lama, Tuhan bosan menahan marah (Yeremia 15:6); Tuhan menjadi pelupa ketika murka (Ratapan 2:1); Tuhan mengendarai kuda (Habakuk 3:8); Tuhan pilu hati menyesali rencana-Nya (Kejadian 6:5-6, Keluaran 32:14), dll. Perhatikan kutipan ayat-ayat berikut:

“Tuhan keluar berperang seperti pahlawan, seperti orang perang Ia membangkitkan semangat-Nya untuk bertempur; Ia bertempik sorak, ya, Ia memekik, terhadap musuh-musuh-Nya Ia membukti­kan kepahlawanan-Nya. Aku membisu dari sejak dahulu kala, Aku berdiam diri, Aku menahan hati-Ku; sekarang Aku mau me­ngerang seperti perempuan yang melahirkan, Aku mau mengah-mengah dan megap-megap” (Yesaya 42:13-14).

“Mereka akan mengikuti Tuhan, Ia akan mengaum seperti singa. Sungguh, Ia akan mengaum, maka anak-anak akan datang dengan gemetar dari barat” (Hosea 11:10).

“Berfirmanlah Tuhan: “Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat. Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan” (Keluaran 33:21-23).

Rumusan teologi Pendeta Sirait ini sangat menggelikan jika diterapkan. Dengan alasan Tuhan Maha Kuasa, lalu diyakini bahwa Tuhan bisa menjelma menjadi manusia (dan apa saja) kalau Tuhan mau. Jika kemahakuasaan Tuhan dimaknai bahwa Tuhan bisa menjelma menjadi apa saja kalau Tuhan mau, apakah Tuhan bisa menjelma menjadi tikus, belatung, ulat, kecoak, orong-orong, nyamuk, cacing, cicak, kadal, laba-laba, tawon, kecebong, dan lain-lain kalau Tuhan mau karena Dia Maha Kuasa? Betapa rusaknya rumusan teologi ini.

Dalam pandangan Islam, teologi “kuli bangunan” buatan pendeta ini sangat batil. Memang Allah memiliki sifat “Al-Qadiir” (Maha Kuasa), tapi Allah juga memiliki sifat Maha Suci (Al-Quddus), Yang Maha Mulia (Al-Aziz), Maha Tinggi (Al-‘Aliy), Maha Besar (Al-Kabiir), Maha Bijaksana (Al-Hakiim), dsb. Dengan sifat-sifat yang maha sempurna itu, Allah menetapkan bahwa Dia tidak akan menyerupai makhluk-Nya (Laysa kamitslihi syay’un).

“Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan Dia (Allah). Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Qs. As-Syura 11).

“Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia (Allah)” (Qs. Al-Ikhlash 4).

…Rumusan teologi Sirait ini sangat menggelikan. Jika kemahakuasaan Tuhan dimaknai bahwa Tuhan bisa menjelma menjadi apa saja kalau Tuhan mau, apakah Tuhan bisa menjelma menjadi tikus, belatung, ulat, kecoak, orong-orong, nyamuk, cacing, cicak, kadal, laba-laba, tawon, kecebong, dan lain-lain kalau Tuhan mau karena Dia Maha Kuasa? Betapa rusaknya rumusan teologi ini…

Jadi, meskipun Tuhan memiliki sifat Maha Kuasa (‘ala kulli syay’in qodiir), tapi Tuhan yang Maha Mulia dan Maha Suci tidak akan melakukan hal-hal naif seperti yang dikisahkan dalam Bibel: menjadi burung merpati, mengaum seperti singa, bersuit, bersiul, pilu hati, pelupa, bosan, dsb. Subhanallahi ‘amma yashifuun. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka sifatkan.

Inilah Akibatnya Jika Yesus Diimani sebagai Tuhan:

Dalam artikel “Penyangkalan Keilahian Yesus Kristus” Pendeta Rudy Sirait mengemukakan bahwa inti iman kristiani adalah iman terhadap keilahian (ketuhanan) Yesus Kristus. Karenanya, dosen beberapa Sekolah Tinggi Theologia ini menyimpulkan bahwa penolakan terhadap keilahian Yesus berarti penolakan terhadap inti iman Kristen.

Lantas Sirait mengomentari Al-Qur'an surat Al-Ikhlas yang dianggapnya sebagai penjegal doktrin keilahian Yesus. Tujuannya adalah untuk memahamkan doktrin ketuhanan Yesus kepada non Kristen, sesuai tulisannya:

“Semoga membawa berkat bagi umat Kristen dan membuka hati bagi yang non Kristen untuk mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang sejati.”

Selanjutnya, di bawah sub judul “Lam Yalid Walam Yulad,” Sirait menangkis ayat Al-Qur'an yang diklaim sebagai batu sandungan doktrin Kristen tentang ketuhanan Yesus. Ia menulis:

“Penyangkalan terhadap keilahian Yesus kerap kali dipakai melalui referensi Al-Qur'an, khususnya dalam Al-Qur'an Al-Ikhlas 112:3 yang menyatakan bahwa, “Allah tidak beranak dan tidak diperanakkan.”

Seseorang yang membaca Al-Qur'an secara saksama tidak akan mengartikan salah tentang maksud ayat ini. Istilah “Anak Allah” jangan diartikan anak jasmani tetapi haruslah dipahami secara kiasan. Bukankah seorang murid memanggil gurunya dengan sebutan Bapak? Apakah gurunya itu adalah bapak kandungnya? Tentulah tidak! Kita sering mendengar istilah anak kunci, bukan? Bila ada anak kunci, apakah ada bapak kunci?”

Pendeta Sirait terlalu ceroboh membaca Al-Qur'an. Ayat tersebut tidak secara spesifik menyangkal doktrin Kristen, tapi menolak semua paham kafir yang meyakini Tuhan mempunyai Anak, baik anak secara kiasan maupun secara harfiah (anak biologis). Hanya orang kafir saja yang meyakini Tuhan punya anak:

“Orang-orang kafir berkata: "Allah mempunyai anak." Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah…” (Qs. Al-Baqarah 116).

Ketika berusaha meyakinkan umat Islam agar mengimani ketuhanan Yesus, Pendeta Sirait mengemukakan doktrin Trinitas:

“Pertama-tama kita harus menyadari bahwa ajaran Kristen tentang pribadi Yesus tidak terlepas dari paham Tritunggal, yaitu: keberadaan Allah yang satu dalam substansi dan tiga dalam Pribadi (keesa-jamakan). Hal ini dikarenakan Sang Firman (anak) ialah Pribadi kedua dari Tritunggal (Yoh 1:1; 10:30) yang menjelma atau mengambil rupa manusia (Yoh 1:14; Flp 2:6-11), demi perwujudan keselamatan bagi manusia berdosa (Ef 1:7).”

…Kepalsuan doktrin Trinitas sudah diakui oleh para teologi Kristen sendiri. Satu-satunya ayat Trinitas, yaitu kitab 1 Yohanes 5:7-8, diakui kepalsuannya oleh para teolog Kristen…

Kepalsuan doktrin Trinitas sudah sering dijelaskan oleh ilmuwan Muslim, bahkan diakui oleh para teologi Kristen sendiri. Intinya, Trinitas bukan ajaran Yesus karena tak satu ayat pun yang menyatakan bahwa Yesus mengajarkan doktrin Trinitas. Satu-satunya ayat Trinitas, yaitu kitab 1 Yohanes 5:7-8, diakui kepalsuannya oleh para teolog Kristen.

William Barclay –teolog terkemuka asal Skotlandia yang dikukuhkan menjadi Gurubesar dalam bidang Biblical Criticism tahun 1969– bisa menunjukkan asal-usul kepalsuan ayat Trinitas itu. Dengan data-data yang valid, di­bukti­kannya bahwa orang pertama yang mengutip ayat itu adalah Priscillian, seorang bidat asal Spanyol yang meninggal tahun 385. Sisipan teks ayat itu berasal dari komentar atau catatan pada margin Alkitab yang dimasukkan secara resmi ke dalam Alkitab karena dianggap mendukung doktrin Trinitas (William Barclay, The Daily Bible Study: the Epistles of John and Jude, [edisi Indonesia: Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat-surat Yohanes dan Yudas], hlm. 185-187).

…Kenapa tak satu ayat pun kitab suci yang menyatakan doktrin Trinitas, padahal akidah adalah ajaran terpenting dalam sebuah agama? Sementara cerita biasa tentang Yesus naik keledai saja diceritakan dalam empat Injil…

Ketiadaan ayat Trinitas ini lebih dari cukup untuk mempertanyakan keabsahan doktrin Trinitas. Kenapa tak satu ayat pun kitab suci yang menyatakan doktrin Trinitas, padahal akidah adalah ajaran terpenting dalam sebuah agama? Sementara cerita biasa tentang Yesus naik keledai saja diceritakan dalam empat Injil (Matius 21:7, Markus 11:7, Lukas 19:35, Yohanes 12:14). Padahal kisah Yesus kelaparan lalu marah-marah dan emosional karena tidak mendapatkan makanan, dimuat dalam dua Injil (Markus 11:12-14 & Matius 21:18-19).

Apologi andalan Pendeta Sirait untuk mempertahankan doktrin keilahian Yesus adalah adi kodrati Yesus. Menurutnya, Yesus disebut Tuhan karena dalam pribadinya memiliki dua kodrat sekaligus, yaitu kodrat Ilahi dan kodrat Insani. Ia menulis:

“Yesus adalah satu pribadi yang memiliki dua kodrat, yaitu Ilahi dan Insani. Kedua kodrat itu sama sekali tidak terpisah dan tidak terbagi, tidak bercampur dan tidak berubah. Yesus adalah Allah sejati (100% Allah) dan manusia sejati (100% manusia).”

Apologi ini justru menimbulkan masalah dan pertanyaan yang tak terjawab: mana sabda Yesus dalam Bibel yang menyebutkan “Yesus 100% Tuhan dan 100% manusia?”

Secara Alkitabiah, apologi Sirait itu sulit diterapkan. Alkitab banyak menceritakan perjalanan Yesus dari kelahiran hingga akhir hayatnya, misalnya:

“Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes” (Matius 2:1).

“Dan ketika genap delapan hari dan Yesus harus disunatkan” (Lukas 2:21).

“Maka menangislah Yesus” (Yohanes 11:35).

“Kemudian iblis membawa Yesus ke Kota Suci dan menempatkan dia di bubungan” (Matius 4:5).

“Dan Yesus akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh” (Markus 10:34).

“Ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Yesus telah mati” (Yohanes 19:33).

Jika apologi Pendeta Sirait bahwa “Yesus adalah Allah yang sejati” itu diterapkan, maka nama “Yesus” pada ayat di atas bisa diganti dengan nama “Allah.” Mari kita coba:

“Allah dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes” (Matius 2:1).

“Dan ketika genap delapan hari dan Allah harus disunatkan” (Lukas 2:21).

“Maka menangislah Allah” (Yohanes 11:35).

“Kemudian iblis membawa Allah ke Kota Suci dan menempatkan dia di bubungan” (Matius 4:5).

“Dan Allah akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh” (Markus 10:34).

“Ketika mereka sampai kepada Allah dan melihat bahwa Allah telah mati” (Yohanes 19:33).

…Keyakinan bahwa Yesus adalah Allah sejati, otomatis melahirkan konsekuensi iman bahwa Allah adalah oknum yang dilahirkan, disunat, menangis, dicobai iblis, diolok-olok, diludahi, dan dibunuh hingga mati…

Keyakinan bahwa Yesus adalah Allah sejati, otomatis melahirkan konsekuensi iman bahwa Allah adalah oknum yang dilahirkan, disunat, menangis, dicobai iblis, diolok-olok, diludahi, dan dibunuh hingga mati secara tragis. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Subhanallohi ‘amma yusyrikuun! [a ahmad Hizbullah/suara islam]

sumber : voa-islam.com

Anggota Kongres AS Tunaikan Ibadah Haji

Anggota Kongres AS Tunaikan Ibadah Haji

Setahun lamanya anggota Kongres AS itu menyimpan keinginan untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Keinginannya itu akhirnya terwujud pada musim haji tahun ini, anggota Kongres yang cukup berpengaruh di antara 535 anggota Kongres AS itu, saat haji kemarin berada diantara sekitar tiga juta jamaah haji dari seluruh dunia.

Dia adalah Keith Ellison, Muslim AS pertama yang menjadi anggota Kongres AS. "Ellison sudah merencanakan perjalanan haji selama seminggu sejak ia melakukan kunjungan ke Arab Saudi setahun yang lalu," kata Rick Jauert, juru bicara Ellison.

Itulah sebabnya, Ellison tidak ikut dalam rapat-rapat panas dan panjang di Kongres yang belakangan sibuk membahas upaya penyelamatan perekonomian AS, terutama rapat-rapat penentuan terkait dana penyemalatan bagi industri otomotof AS.

"Ia (Ellison) sudah memberitahu juru bicara dan para pimpinan di Kongres bahwa ia akan menunaikan ibadah haji. Jika mereka tahu, suara Ellison akan memberikan pengaruh yang cukup penting dalam pembahasan-pembahasan itu, Ellison kemungkinan tidak akan pergi," ujar Jauert.

Ia mengatakan, Ellison menunaikan ibadah haji bersama sejumlah jamaah dari Masjid Minneapolis, masjid yang tempat Ellison bergabung. "Ini adalah perjalanan pribadi, ibadah haji. Dan ia menggunakan uang pribadinya untuk membiayai perjalanan ini," ujar Jauert.

Ellison memang tidak mengajak salah satu anggota keluarganya. Dua anak lelakinya ditinggal di rumah bersama istrinya yang masih memeluk agama Katolik. Semoga dengan ibadah hajinya, Ellison bisa menyampaikan dakwah Islam di tengah keluarganya. (ln/startribune)

sumber : eramuslim.com

Luna Cohen, Yahudi Maroko Menemukan Kebenaran Islam

Luna Cohen, Yahudi Maroko Menemukan Kebenaran Islam

Luna Cohen, lahir di kota Tetouan, Maroko dari keluarga Yahudi. Pada usia 16 tahun, ia sudah meninggalkan rumah rumah keluarga di Maroko untuk melanjutkan sekolahnya di sekolah khusus perempuan Bet Yaakov di Washington Heights, Manhattan, Amerika Serikat. Bet Yaakov adalah sebuah sekolah Yahudi Ortodoks yang dikenal rasis.

Usia 18 tahun ia memutuskan menikah lelaki yang sampai saat ini menjadi suaminya. Sejak menikah, Luna dan suaminya sampai tiga kali berpindah tempat tinggal di apartemen yang ada di Brooklyn, New York karena ia dan suaminya merasa tidak pernah bahagia tinggal di lingkungan masyarakat Yahudi di tempat tinggalnya. Pasangan suami isteri itu kemudian memutuskan untuk membangun masa depan di Israel. Luna beserta suami yang ketika itu sudah dikaruniai empat anak, akhirnya pindah ke Israel.

Ketika tiba di Israel, Luna dan keluarganya tinggal pemukiman Yahudi, Gush Qatif di wilayah Jalur Gaza. Luna mengaku menjalani masa-masa yang berat karena melihat "cara hidup" orang-orang Yahudi di tempat tinggalnya itu dan meminta pada suaminya agar mereka pindah saja ke Netivot, yang terletak sekitar 23 kilometer ke arah utara di wilayah pendudukan Israel di Palestina.

Di tempat itu, Luna lagi-lagi menyaksikan kehidupan masyarakat Yahudi Israel yang disebutnya tidak berpendidikan. "Mungkin cuma satu dari sejuta anak yang berperilaku baik," kata Luna. Ia menyaksikan bagaimana orang-orang Yahudi di Netivot, sama seperti di pemukiman Yahudi Gush Qatif, membenci orang-orang yang bukan Yahudi yaitu orang-orang Arab Palestina.

"Kami melihat tindakan mereka sebagai tindakan mereka yang buruk dan mau menang sendiri. Pada titik ini, saya dan suami tidak sepakat dengan sikap orang-orang Yahudi itu," ujar Luna.

Hingga suatu hari suami Luna yang juga Yahudi tapi sekuler, pulang ke rumah dan mengatakan bahwa baru saja membaca al-Quran dan memutuskan untuk masuk Islam. Luna tidak tahu, bahwa suaminya selama ini banyak mempelajari Islam lewat dialog yang dilakukannya dengan seorang Muslim asal Uni Emirat Arab yang dijumpainya saat masih tinggal di pemukiman Gush Qatif. Selama dua tahun suami Luna dan kenalan Muslimnya itu berdiskusi tentang Yudaisme dan Islam.

Mendengar pernyataan suaminya ingin masuk Islam, Luna mengaku sangat-sangat syok. "Karena dalam Yudaisme, kami selalu diajarkan untuk membenci agama lain," kata Luna yang sebenarnya mempertanyakan ajaran yang dinilainya "mau menang sendiri" itu.

Tapi sang suami cukup bijak dan mengatakan bahwa Luna boleh tetap memeluk agama Yahudi jika tidak mau masuk Islam, karena dalam Islam, seorang lelaki Muslim boleh menikah dengan perempuan ahli kitab. Suami Luna pun masuk Islam dan memakai nama Islam Yousef al-Khattab.

Dua minggu setelah suaminya masuk Islam, Luna tertarik untuk membaca al-Quran dan ketika ia membacanya, Luna merasa semua pertanyaan yang mengganjal di kepalanya terjawab semua dalam al-Quran. Luna lalu menyusul suaminya mengucapkan dua kalimah syahadat dan menjadi seorang Muslimah. Luna memilih nama Qamar sebagai nama Islamnya.

Karena situasi yang tidak memungkinan buat mereka untuk tinggal lebih lama wilayah Israel, keluarga mualaf itu lalu memutuskan pindah ke Maroko, negara asal Luna pada tahun 2006. Sampai saat ini, pasangan Yousef dan Qamar al-Khattab hidup bahagia di tengah saudara-saudara Muslim Maroko dan menemukan kehidupan sejati setelah menemukan kebenaran dalam jalan Islam. (ln/jewsforAllah)

sumber : eramuslim.com

Terry Holdbrooks: Masuk Islam Saat Bertugas di Kamp Guantanamo

Terry Holdbrooks: Masuk Islam Saat Bertugas di Kamp Guantanamo

Prajurit AS Terry Holdbrooks baru enam bulan bertugas di kamp penjara Guantanamo, Kuba. Seperti penjaga lainnya, tugasnya adalah menjaga dan mengawasi para tahanan, mendampingi tawanan yang sedang diinterogasi, berkeliling sel dan memeriksa tahanan agar tidak saling bertukar pesan dengan tahanan lainnya. Tapi malam itu, di awal tahun 2004, Holdbrooks yang sedang dapat shift jaga malam, merasakan malam berjalan begitu lambat dan membosankan. Tapi siapa yang mengira, malam itu menjadi malam bersejarah baginya karena membawanya pada agama Islam.

Untuk membunuh rasa bosan setelah berkeliling memeriksa seluruh sel, Holdbrooks berbincang-bincang dengan seorang tahanan berkebangsaan Maroko yang dikenal dengan julukan "Jenderal". Meski baru enam bulan bertugas di kamp Guantanamo, persahabatan antara Holdbrooks dan sang "Jenderal" yang nama aslinya Ahmed Errachidi, cukup dekat.

Saat itu hampir tengah malam, perbincangannya dengan Errachidi membuat Holdbrooks merasa makin skeptis tentang kamp penjara Guantanamo dan ia mulai memikirkan masa depan hidupnya. Holdbrooks lalu memesan buku-buku tentang Arab dan Islam.

Masih di awal tahun 2004, suatu malam, Holdbrook kembali berbincang-bincang dengan "Jenderal" kali ini tentang kalimat syahadat dalam Islam, sebagai pernyataan seseorang bahwa dirinya seorang Muslim. Malam itu, Holdbrooks memberikan pena dan selembar kartu index lewat celah jeruji penjara dan meminta sang "Jenderal" untuk menuliskan kalimat syahadat dalam bahasa Arab dan artinya dalam bahasa Inggris. Holdbrooks kemudian membaca kalimat syahadat dengan sudara keras, saat itulah, di lorong sel kamp Delta di Guantanamo, Holdbrooks menjadi seorang Muslim.

Cuma setahun, Holdbrooks bertugas di kemiliteran AS, tahun 2005 ia meninggalkan dinas militer. Dalam beberapa wawancara dengan Newsweek, ia dan beberapa mantan pejaga penjara kamp Guantanamo mengakui tindakan sadis dan penyiksaan terhadap para tahanan di kamp tersebut. Namun ia juga mengungkapkan adanya interaksi yang baik antara sejumlah penjaga dengan para tahanan. Mereka sering berbincang tentang politik, agama bahkan musik. Hal itu diakui Errachidi yang mendekam di kamp Guantanamo selama lima tahun dan dibebaskan tahun 2007.

"Para tahanan biasanya ngobrol dengan para penjaga yang menunjukkan sikap hormat pada para tahanan. Kami bicara soal apa saja, hal-hal yang biasa dan hal-hal yang sama-sama menarik perhatian kami," kata Errachidi dalam email yang dikirimnya dari Maroko ke majalah Newsweek, menguatkan keterangan Holdbrooks.

Terry Holdbrooks adalah produk keluarga yang berantakan. Ia tumbuh dewas di Phoenix, kedua orangtuanya adalah pecandu narkoba dan Holdbrooks sendiri seorang pecandu minuman keras sebelum bergabung dengan militer AS pada tahun 2002. Menurut TJ-panggilang akrab Holdbrooks-ia memutuskan masuk kemiliteran karena tidak ingin hidupnya berakhir seperti orangtuanya.

Holdbrooks adalah tipe anak muda yang hanya menuruti kata hati dan sedang mencari kestabilan dalam jiwanya. Seumur hidupnya, ia jarang bersentuhan dengan masalah keagamaan. Tak disangka, di kamp Gitmo ia justeru berteman dengan seorang tahanan yang taat dengan ajaran agamanya. "Banyak orang Amerika yang tidak peduli lagi dengan Tuhan, tapi di tempat seperti ini (kamp Gitmo) para tahanan dengan taat menunaikan salat," kata TJ.

Ketika Holdbrooks mengungkapkan keinginannya memeluk agama Islam, "Jenderal" Errachidi mengingatkannya bahwa menjadi seorang muslim adalah sebuah keputusan yang sangat serius, apalagi di kamp Guantanamo. "Errachidi ingin memastikan bahwa saya paham betul apa yang sedang saya bicarakan," kenang Holdbrooks. Namun ia tetap memutuskan menjadi seorang Muslim dan ia hanya memberitahu kemuslimannya pada dua rekan sekamarnya.

Para tentara lainnya mulai mencium adanya perubahan pada Holdbrooks karena mereka mendengar para tahanan memanggil Holdbrook dengan nama "Mustapha" dan melihat Holdbrooks dengan terang-terangan belajar bahasa Arab. Hingga suatu malam, kepala regunya memanggil ke sebuah lapangan dimana sudah ada lima penjaga lainnya. "Mereka mulai berteriak pada saya dan menanyakan apakah saya seorang pengkhianat, apakah saya beralih," tutur Holdbrooks. Dan malam itu, kepala regunya meninjunya, begitu juga dua penjaga lainnya.

Holdbrooks kemudian dikucilkan dan ia dipindahkan ke Ford Leonard Wood. Tapi beberapa bulan kemudian ia menerima surat pemberhentian secara hormat dari kemiliteran, dua tahun sebelum kontraknya dengan kemiliteran berakhir. Pihak militer AS tidak memberikan alasan ataupun penjelasan atau "pemecatan"nya itu.

TJ kembali ke Phoenix dan kembali ke kebiasaan lamanya, minum-minuman keras. Ia juga menceraikan istrinya. Kebiasaan minum alkohol akhirnya membawa Holdbrooks ke rumah sakit. Tak terduga, Holdbrooks kembali bertemu dengan Errachidi yang ternyata juga mengalami persoalan menyesuaikan diri setelah dibebaskan dari kamp Guantanamo. Dua sahabat ini saling berkirim email dan menyambung kembali persahabatan yang terputus.

Tiga bulan yang lalu, Holdbrooks yang kini berusia 25 tahun, berhasil menghentikan kebiasaan minumnya. Ia juga mendapatkan pekerjaan sebagai konsultan pendaftaran di Universitas Phoenix. Di dekat universitas ada sebuah masjid sekaligus pusat kegiatan Islam, Tempe Islamic Center. Holdbrooks rajin datang ke masjid itu untuk menunaikan salat berjamaah.

Ketika imam masjid Tempe Islamic Center, Amr Elsamny yang asal Mesir mengenalkan Holdbrooks pada seluruh jamaah dan menjelaskan bahwa Holdbrooks masuk Islam saat bertugas di kamp Guantanamo, para jamaah berebutan menyalami Holdbrooks.

Holdbrooks kini menjalankan ajaran Islam dengan taat. Bekas luka panjang di dahinya, hampir tak kelihatan karena tertutup kopyah yang selalu dikenakannya. "Saya selalu berpikir bahwa kamp penjara Guantanamo dijaga oleh tentara-tentara yang bengis dan kejam. Saya tidak berpikir bahwa ada tentara seperti TJ, yang justeru mendapat hidayah Islam di sana," komentar Imam Amr Elsamny, tentang Holdbrooks. (ln/iol/NW)

sumber : eramuslim.com

Julius: Mualaf Menjadi Cendikiawan Muslim Disegani di Eropa

Julius: Mualaf Menjadi Cendikiawan Muslim Disegani di Eropa

Nama Abdul-Karim Germanus mungkin sangat asing di telinga kita, padahal ia ada salah satu tokoh cendikiawan Muslim Eropa yang menghabiskan hampir separuh hidupnya untuk membela Islam lewat buku-buku dan karya-karya tulisnya tentang Islam. Sebelum memeluk Islam, Germanus yang bernama asli Julius Germanus adalah seorang Kristiani. Ia menyebut perpindahan agamanya dari Kristen ke Islam sebagai "momen pencerahan" dalam hidupnya.

Germanus lahir di Budapest, ibukota Hungaria pada tahun 1884 dari keluarga Kristen. Ia menjalani masa anak-anak dan remajanya dengan sulit karena selalu dililit berbagai persoalan dan mengalami penindasan. Namun ia bisa melewati masa-masa kelam itu dan berhasil menyelesaikanya kuliahnya di Universitas Budapest. Setelah lulus kuliah, Germanus memutuskan untuk menekuni bidang bahasa Turki. Untuk itu, pada tahun 1903, ia berangkat ke Turki dan kuliah lagi di jurusan bahasa Turki di Universitas Istanbul. Dalam dua tahun, Germanus meraih gelar master di bidang bahasa Turki, ia bisa berbicara, membaca dan menulis bahasa Turki dengan sempurna.

Saat kuliah di Istanbul itulah awal ketertarikan Germanus pada Islam. Karena kuliah di jurusan bahasa, ia mempelajari al-Quran dengan terjemahan bahasa Turki yang memudahkannya memahami ajaran Islam. Germanus terus menggali informasi tentang Islam dan melakukan perbandingan dengan ajaran Kristen, agama yang dianutnya sejak lahir. Ia membandingkan apa yang ditulis Kristen tentang Islam dan apa yang ditulis Quran dan Sunnah tentang Islam. Tentu saja, Germanus mau tidak mau juga harus mempelajari hadist-hadist Rasulullah Muhammad Saw yang diterjemahkan dalam bahasa Turki.

Ketika kembali ke Hungaria, Germanus melihat banyak mantan profesornya yang dikenal orientalis, salah dalam memahami Islam. Tak jarang Germanus harus adu argumentasi dengan para profesor itu soal karakter Rasulullah Muhammad Saw dan hadist-hadistnya. Karena seringnya beradu pendapat soal Islam dengan profesornya, Germanus memutuskan belajar bahasa Arab bahkan Persia. Dan dengan mudah, Germanus berhasil menguasai kedua bahasa tersebut dengan baik sehingga pada tahun 1912 ia ditunjuk sebagai profesor bidang bahasa Turki, Arab, Persia dan sejarah Islam di Hungarian Royal Academy di Budapest. Ia kemudian ditunjuk untuk mengepalai Departemen Studi Oriental di Universitas Ilmu Ekonomi Budapest. Germanus juga sempat mengabid di Universitas Budapest, tapi tidak lama.

Tahun 1928, setelah keluar dari Universitas Budapest, Germanus diundang Gurudev Rabindranath Tagore dari India untuk mengepalai departemen studi Islam di Universitas Visva-Bharati di Shantiniketan, Bengal. Germanus menetap di India selama beberapa tahun dan di India pula, tepatnya di Mesjid Raya Delhi, Germanus memutuskan menjadi seorang Muslim dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Germanus mengubah namanya Julius dengan nama Islam, Abdul Karim dan ia diberi hak istimewa untuk memberikan khutbah Jumat di masjid itu.

Perhatian Germanus yang sangat besar pada Islam dan Muslim, membuka jalan baginya untuk berkenalan dengan penyair Muslim terkenal pada masa itu, Muhammad Iqbal, asal Pakistan. Germanus dan Iqbal sering terlibat pembicaraan serius tentang Islam dan isu-isu penting yang menjadi tantangan umat Islam seperti pandangan-pandangan dari para orientaslis dan aktivitas para misionaris Kristen.

Dalam hal misionaris Kristen, Germanus dan Iqbal beda pendapat. Menurut Germanus, propaganda yang disebarkan kalangan misionaris Kristen dari Eropa adalah persoalan serius yang mengancam umat Islam. Tapi Iqbal meyakini bahwa persoalan itu timbul karena kesalahan umat Islam sendiri yang kurang mengutamakan persatuan untuk melawan agenda pada misionari.

Selain dengan Iqbal, Germanus juga menjalin hubungan erat dengan penulis asal Mesir, Mahmoud Timour. Dalam sebuah bukunya, Timour menulis tentang perjalanan hidup Germanus menjadi seorang mualaf. Dalam buku itu, Timour mengutip pernyataan Germanus ketika ditanya soal awal mulanya ia memeluk Islam

"Saat itu adalah masa pencerahan bagi saya, karena Islam adalah agama yang benar. Satu hal yang membuat saya tertarik pada Islam karena Islam adalah esensi dari seluruh aspek kehidupan," kata Germanus.

Setelah mempelajari bahasa Arab klasik di Kairo, Mesir. Germanus kembali mengajar di Universitas Budapest dan ia mengabdi di universitas itu selama lebih dari 40 tahun sebagai profesor bidang sejarah dan peradaban. Dalam tulisan hasil risetnya, Germanus menyerukan dunia Arab agar menjaga kelestarian bahasa Arab klasik yang hampir punah. Germanus ingin suatu hari nanti seluruh negara-negara Arab menggunakan bahasa Arab yang sama yang akan menjadi pengikat persatuan negara-negara Arab yang kaya akan warisan budaya dan sejarahnya.

Melawan Pemikiran Orientalis

Selama karir akademisnya, Germanus selalu berseberangan dengan para pemikir orientalis Eropa yang mendukung kolonialisme. Karena seringnya terlibat pertikaian dengan kaum orientalis, Germanus dipecat dari universitas dengan alasan sebagai profesor sikapnya dia sudah bersikap tidak pantas. Di tengah banyaknya tekanan terhadap Germanus, sejumlah mahasiswanya tetap memberikan dukungan dan memuji ide-ide Germanus yang telah banyak mempengaruhi pemikiran kalangan akademisi baik di Barat dan dunia Islam. Berkat dukungan itu, Germanus bisa kembali bekerja di universitas meski diprotes koleganya yang berpikiran orientalis.

Tahun 1962, Organisasi Cendikiawan Muslim Irak memilih Germanus sebagai anggota kehormatan dari luar Irak. Pada tahun yang sama, ia juga dipilih sebagai anggota akademisi bidang bahasa Arab di Kairo dan Damaskus. Di Hungaria, Germanus berusaha menyatukan seluruh Muslim di negaranya yang ketika itu berjumlah antara 1.000-2.000 orang ke dalam satu wadah organisasi dan berhasil meyakinkan pemerintah Hungaria untuk menerima Islam sebagai salah satu agama resmi negara itu.

Tahun 1935, Germanus menunaikan ibadah haji ke tanah suci dan menjadi salah satu dari sedikit Muslim Eropa yang bisa pergi haji pada masa itu. Ia menuliskan pengalaman hajinya ke dalam memoarnya berjudul "Allahu Akbar" yang kemudian diterjemahkan dalam berbagai bahasa.

Dalam berbagai artikel yang diterbitkan di beberapa media Eropa, Germanus menulis,"Saya seorang lelaki Eropa yang tidak menemukan rumah sendiri di negara saya yang sudah diperbudak oleh emas, kekuasaan dan dominasi. Kesederhaan Islam dan penghormatan kaum Muslimin terhadap Islam telah mempengaruhi hidup saya ... Dunia Islam akan tetap menjaga esensi kebenarannya lewat spiritualitas dan teladan yang baik. Dan Islam akan tetap bertahan dengan dasar-dasar ajarannya tentan kebebasan, persaudaraan dan persamaan derajat seluruh umat manusia."

Dalam artikel lain Germanus menulis, "Islam memiliki kelebihan yang mampu mengangkat derajat manusia dari sikap kebinatangan ke peradaban yang sangat mulia. Saya berharap, Islam sekali lagi bisa mencapai mukjizat itu di saat kegelapan menyelubungi kita."

Beberapa buku yang ditulis Germanus antara lain, The Greek, Arabic Literature in Hungarian, Lights of the East, Uncovering the Arabian Peninsula, Between Intellectuals, The History of Arabic Literature, The History of the Arabs, Modern Movements in Islam, Studies in the Grammatical Structure of the Arabic Language, Journeys of Arabs, Pre-Islamic Poetry, Great Arabic Literature, Guidance From the Light of the Crescent (a personal memoir), An Adventure in the Desert, Arab Nationalism, Allahu Akbar, Mahmoud Timour and Modern Arabic Literature, The Great Arab Poets dan The Rise of Arab Culture.

Germanus wafat pada 7 November 1979 setelah hampir selama 50 tahun mengabdikan diri untuk kemajuan Islam dan Muslim di Eropa lewat pemikiran dan karya-karya tulisnya. (ln/readislam)

sumber : eramuslim.com

Aasiya Inaya: Saya Tidak Bisa Menghindar Dari Kebenaran

Aasiya Inaya: Saya Tidak Bisa Menghindar Dari Kebenaran

Aasiya Inaya, dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang menganut agama Hindu yang meyakini bahwa Tuhan itu ada dalam berbagai wujud mulai dari air, sungai, batu sampai pepohonan. Oleh sebab itu, Asiya mengaku bangga sebagai penganut politheis, yang meyakini bahwa semua obyek ciptaan Tuhan layak disembah karena menurutnya, di setiap benda ada bagian Tuhan di dalamnya.

Tapi keyakinan Aasiya mulai berubah ketika ia mengenal Islam, yang mengawali perjalanan panjangnya menjadi seorang Muslimah. Sebelum memutuskan mengucapkan dua kalimah syahadat, Aasiya mengalami pergumulan jiwa yang hebat. Di satu sisi ia mengakui kebenaran Islam, tapi sisi hatinya yang lain masih membuatnya ragu menjadi seorang Muslim.

"Saya pertama kali mengenal Islam di sekolah menengah atas. Mayoritas teman-teman sekelas saya adalah Muslim dan setiap waktu istirahat kami biasa berdiskusi tentang Islam, utamanya karena propaganda anti-Islam yang dilancarkan organisasi-organisasi Hindu di India pasca serangan 11 September dan kerusuhan di Gujarat," kata Aasiya.

Ia melanjjutkan,"Sepanjang pembicaraan, mereka (teman-teman Muslim Aasiya) berusaha untuk meluruskan berbagai pandangan-pandangan saya yang salah tentang agama monoteis, hak perempuan, status mereka dan berbagai mitos tentang Islam yang klise."

"Tapi, upaya mereka tidak begitu meyakinkan saya. Saya tetap memegang teguh keyakinan saya dan tetap bangga sebagai penganut politheis," tukas Aasiya.

Meski demikian, ia mengakui bahwa sikap anti-Muslimnya agak berkurang setelah mendengar penjelasan dari teman-temannya yang Muslim. "Saya mulai merasa tersentuh dengan penderitaan mereka, bagian dari masyarakat kami, yang harus termarginalkan hanya karena ingin menjalankan ajaran agama mereka. Pandangan-pandangan saya pun jadi agak sekular ..." sambung Aasiya.

Tapi semua itu belum menggerakkan hati Aasiya untuk memeluk agama Islam. Aasiya mulai beralih ke kelompok Arya Samaj, sebuah kelompok penganut agama Hindu yang keluar dari mainstream Hinduisme. Kelompok ini meyakini bahwa Hinduisme adalah agama monoteis dan tidak mengajarkan umatnya untuk menyembah berhala. Setelah menjadi bagian kelompok ini, Aasiya tidak lagi menyembah banyak benda, ia melakukan ritual Arya Samaj dan jadi rajin ke kuil.

Setelah beberapa waktu menjalani ritual Arya Samaj, Aasiya menemukan bahwa keyakinan ini juga memiliki banyak cacat dan kekurangan. "Saya merasa kembali berada di sarang laba-laba yang sama, dimana ritual dan penyembahan terhadap api menjadi bagian integral keyakinan itu, sama seperti keyakinan yang saya anut dahulu," paparnya.

"Tapi saya menyebut itu semua sebagai langkah panjang, sebelum akhirnya saya sampai pada keputusan untuk memeluk agama Islam," ujar Aasinya.

"Kejelasan tentang Islam mulai saya rasakan begitu kuat ketika saya menjadi mahasiswa fakultas hukum. Ketika itu saya mengikuti kuliah tentang hukum keluarga dalam agama Hindu dan Islam, mulai dari hukum perkawinan, perceraian dan urusan keluarga lainnya."

"Saya menemukan bahwa hukum keluarga dalam agama Hindu banyak memiliki celah kelemahan karena beragamnya aturan terkait masalah teknis, perbedaan pendapat, sehingga hukum keluarga dalam agama Hindu kerap membingungkan dan tidak pasti. Di sisi lain, hukum keluarga yang diatur oleh Islam, sangat jelas, cermat dan pasti," tutur Aasiya.

Sejak perkualiahan itu, pandangan Aasiya terhadap Islam berubah total. Selama ini, Aasiya memandang Islam sebagai agama yang kaku dan keras. "Saya melihat umat Islam sebagai umat yang statis, hidup berdasarkan pada masa lalu sementara dunia terus berkembang. Buat saya, apa yang diyakini umat Islam tidak masuk akal, tidak praktis, kejam dan ketinggalan jaman," kenang Aasiya mengingat pandangan-pandangannya terhadap Islam di masa lalu.

"Tapi, sejak perkuliahan itu, pendapat saya langsung berubah hanya dalam satu malam. Apa yang selama ini saya anggap statis ternyata sebuah kestabilan. Ini membuat rasa ingin tahu saya tentang Islam memuncak dan saya menghabiskan waktu berjam-jam di internet untuk bicara dengan teman-teman saya yang dulu menjelaskan tentang Islam pada saya," papar Aasiya.

Selain bertanya pada teman-temannya yang Muslim, Aasiya juga mencari berbagai informasi tentang Islam di internet dan aktif mengikuti berbagai forum diskusi. Pengetahuan Aasiya yang mulai bertambah tentang Islam mempengaruhi sikap dan pandangan Aasiyah tentang Islam ketika ia berkumpul dan membahasnya dengan sesama temannya yang beragama Hindu. Perubahan sikap dan pandangan Aasiya, tentu saja tidak mendapat tanggapan negatif dari sahabat-sahabatnya yang Hindu.

"Mereka menyebut bahwa saya sudah mengalami 'cuci otak' yang ingin mengubah penganut Hindu menjadi pemeluk Islam," kata Aasiya tentang pendapat teman-teman Hindunya.

Saat itu, Aasiya mengaku khawatir dan takut melihat ketidaksetujuan teman-temannya tentang Islam dan ia merasa telah mengkhianati teman bahkan keluarganya. Tapi keyakinan Aasiya akan kebenaran Islam justeru makin kuat dan ia merasa tidak bisa lari dari kebenaran itu.

"Sampai kapan orang bisa menghindar dari kebenaran? Anda tidak bisa hidup dalam kebohongan dan menerima kebenaran membutuhkan keberanian seperti yang disebutkan dalam ayat Al-Quran dalam surat An-Nisaa; ' Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan'."

"Hari itu, semua rasa kekhawatiran saya lenyap. Saya merasa, jika saya tidak pernah memeluk Islam dan selamanya saya tidak akan pernah memiliki Islam, saya akan tetap dicengkeram oleh kompleksnya kehidupan yang materialistis ini, dimana hawa nafsu membuat kita enggan melakukan hal-hal yang benar," tandas Aasiya.

Aasiya akhirnya memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dan resmi menjadi seorang Muslim. "Alhamdulillah, hari ini saya menjadi seorang Muslimah. Saya berusaha belajar dan terus belajar al-Quran dan Sunnah Rasulullah Muhammad Saw. Insya Allah, saya akan mengikuti sunah-sunahnya dengan lebih baik. Dengan bantuan beberapa teman dan sebuah organisasi Islam, saya belajar salat lima waktu," tuturnya.

Persoalan Aasiya sekarang adalah memberitahukan tentang keislamannya pada teman-teman Hindunya dan orangtuanya. "Cepat atau lambat, saya pasti akan memberitahu mereka. Saya berharap mereka menghormati keputusan saya dan saya berdoa, semoga Allah swt memberikan kekuatan sehingga saya bisa istiqomah dengan keputusan saya menjadi seorang Muslim," tandas Aasiya. (ln/readislam)

sumber : eramuslim.com

Semoga Hidayah Islam Segera Menyentuhmu, Wall

Semoga Hidayah Islam Segera Menyentuhmu, Wall

Apa yang dilakukan Spencer Wall, seorang perempuan AS berusia 20 tahun asal West Texas, tergolong unik dan tidak lazim di tengah masyarakat yang mayoritas non-Muslim. Wall sendiri beragama Kristen, tapi sejak akhir April kemarin ia memutuskan untuk mengenakan busana muslimah lengkap dengan jilbabnya selama satu tahun ini.

Apa sebenarnya tujuan Wall melakukan itu semua? Wall mengatakan bahwa ia tidak sedang berkesperimen tapi ia belajar dari pengalaman. Ia ingin merasakan bagaimana rasanya menjadi bagian kelompok minoritas-seperti komunitas Muslim- yang kehadirannya selalu dipandang sebelah mata dan dicurigai. Meski Wall sendiri mengklaim tidak sedang mewakili komunitas Muslim.

"Saya bukan ingin mewakili para muslimah atau komunitas Muslim. Saya ingin tahu seperti apa rasanya menjadi seperti mereka, sebentar saja ..." ujar Wall.

Perubahan penampilan Wall tentu saja mengundang tanya teman-teman dan orang-orang di lingkungan Wall. Dan Wall memang mengalami hal-hal yang tidak diharapkannya sejak mengenakan jilbab dan busana muslimah. Orang kerap memandang Wall dengan curiga, tidak mau berbicara dengannya dan ia sering menerima cemoohan. Bahkan pernah ada pengunjung di restoran tempatnya bekerja, menolak dilayani Wall. Tapi seperti kebanyakan muslimah di AS yang kerap menerima perlakuan tersebut, Wall tidak ambil peduli dan tetap melangkah.

Pertanyaan yang paling sering diterima Wall adalah pertanyaan darimana ia berasal. Pertanyaan tipikal orang-orang Amerika yang masih melihat warga Muslim sebagai imigran. Awalnya, Wall menjawab pertanyaan itu dengan penjelasan soal "keinginannya belajar dari pengalaman". Tapi lama-lama, Wall bosan juga dan menjawab pertanyaan itu dengan kalimat pendek,"Saya bukan Muslim, tapi saya mengenakan jilbab karena saya menginginkannya."

Meski demikian, Wall mengakui pernyataannya itu tidak sepenuhnya benar, karena jauh di dalam hatinya ia merasa tidak bisa keluar rumah tanpa mengenakan busana muslimah. "Saya pernah mencoba tidak mengenakan jilbab sehari saja. Ternyata saya tidak mampu melakukannya," aku Wall.

Bukan hanya dalam berbusana, Wall juga mengikuti kebiasaan sebagaimana layaknya muslimah. Ia menolak kontak fisik terutama dengan laki-laki. Di toko pakaian, Wall pernah meminta pelayan toko untuk menutup celah yang agak terbuka di tempat ganti pakaian, karena kakinya akan terlihat saat mencoba pakaian.

Wall mengatakan, pengalamannya "menjadi seorang muslimah" mengajarkannya untuk menghargai dan menghormati hal-hal yang sifatnya privasi bagi dirinya sendiri. Satu hal yang menurut Wall, tidak pernah ia rasakan dalam ajaran agama Kristen. Wall bahkan mengatakan, suatu hari nanti ia juga ingin merasakan bagaimana rasanya menjalankan salat lima waktu setiap hari.

"Seperti Anda tahu, kami hidup di tengah masyarakat yang tidak peduli dengan aktivitas peribadahan. Dengan pengalaman saya sekarang, saya merasakan diri saya lebih dekat dengan Tuhan," ungkap Wall.

"Pengalaman ini mengajarkan saya untuk menghormati perempuan yang memutuskan untuk di rumah saja menjaga dan mendidik anak-anaknya, menghormati mereka yang mengenakan jilbab dan beraktivitas di luar atau ingin menjadi seorang CEO," sambung Wall.

Meski sudah berbusana muslimah dan menyatakan ingin mencoba salat lima waktu, untuk saat ini cahaya Islam mungkin belum menyentuh Wall. Semoga di suatu saat Allah SWT memberikan hidayah Islam padanya. (ln/dailytexan)

sumber : eramuslim.com

Selasa, 28 September 2010

Nourdeen Wilderman, Mualaf yang Memelopori Database Masjid di Belanda

Nourdeen Wilderman, Mualaf yang Memelopori Database Masjid di Belanda

Pemberitaan media Barat tentang Islam yang cenderung negatif, tidak membuat pemuda Belanda berusia 26 ini langsung percaya. Begitulah awal ia mengenal Islam dan membuatnya tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang Islam. Hingga akhirnya ia mengucap dua kalimat syahadat pada 9 Desember 2007.

"Saya mengenal Islam sejak empat atau lima tahun sebelum saya bersyahadat. Itupun secara tidak sengaja. Saya membaca media massa dan Islam kala itu menjadi isu yang ramai dibahas di media massa Eropa," kata Nourdeen Wilderman mengawali cerita perjalanannya menjadi seorang Muslim.

"Buku pertama tentang Islam yang saya baca sangat akademis dan sulit dimengerti. Saya lalu mencari buku lain dan saya terus membaca buku-buku tentang Islam. Setelah membaca buku-buku itu, Islam ternyata tidak seperti yang saya duga. Pada dasarnya, banyak pendapat-pendapat dalam Islam yang sama dengan apa yang pada umumnya saya yakini," tutur Nourdeen.

Ia juga akhirnya mengetahui bahwa pemberitaan media massa yang mengatakan bahwa Islam menindas perempuan, salah total. "Saya menemukan bahwa Islam adalah agama yang rasional, ilmiah, mendorong umatnya untuk mempelajari apa yang ada di sekitarnya, bermeditasi. Islam adalah agama yang kritis," ujar Nourdeen.

Sebelum mengenal Islam, Nourdeen selalu berpikir bahwa hidup sebagai ateis sangat mudah karena orang ateis bisa melakukan apa saja yang diinginkan. Tapi secara pribadi, Noudeen mengkritik gaya hidup seperti itu. Hingga pada suatu masa, kesadarannya tentang Tuhan mulai muncul. Hingga ia mengenal Islam, mempelajarinya dan merasakan kebenaran hakiki dalam al-Quran dan sunah-sunah Rasulullah Muhammad SAW.

Menurut Nourdeen, ia tidak pernah melakukan kontak dengan imam atau sahabat-sahabatnya yang Muslim dalam proses mengenal Islam. Semuanya ia ketahui dari buku-buku yang dibacanya. Bahkan pengetahuan Nourdeen tentang Islam kadang lebih luas dibandingkan teman-teman Muslimnya.

Nourdeen beruntung karena ia tidak menghadapi kendala berarti dari keluarganya ketika ia memutuskan masuk Islam. Ayah Nourdeen seorang atheis dan ibunya penganut Kristen. Untuk mengetahui reaksi orangtuanya, Nourden menanyakan pendapat mereka jika ia ingin memeluk agama lain, misalnya Islam. Dan orangtua Nourden menjawab, "Hidupmu adalah milikmu. Sepanjang engkau tidak mengganggu orang lain, engkau bebas menentukan."

Meski demikian, kata Nourdeen, ibunya menyarankan agar ia menjadi seorang Kristiani saja karena lebih mudah. Nourdeen menjawab saran ibunya dengan mengatakan bahwa ia bukan mencari agama yang gampang, tapi agama yang paling benar. Sementara ayah Nourdeen tidak berkomentar apa-apa lagi, bahkan yang membuatnya bahagia, sang ayah menemaninya saat ia bersyahadat dan merekam moment bersejarah itu ke dalam video.

"Dalam mendukung saya, Ayah punya konsep bahwa biarbagaimanapun saya adalah bagian dari dirinya dan Islam akan menjadi bagian dari diri saya, untuk itu Ayah menerima saya dan keislaman saya," imbuh Nourdeen.

Ia juga tidak menemui kesulitan dalam kehidupan profesionalnya setelah menjadi seorang Muslim. Setelah mengucapkan syahadat, Nourdeen langsung mengirim email pada bosnya di kantor dan mengabarkan bahwa ia sudah menjadi seorang Muslim. Dalam emailnya, Nourden menulis beberapa poin untuk diketahui atasannya, antara lain;

Akankah saya memanjangkan janggut? Tidak

Akankah saya bersalaman dengan perempuan? Ya

Akankah saya mengatakan pada para pelanggan bahwa saya Muslim? Tidak

Akankah saya mengambil cuti saat perayaan hari besar Muslim? Ya

"Alhamdulillah, Saya tidak dipecat. Saya malah dapat bonus di akhir tahun dari hasil evaluasi saya. Bos Saya bilang, selain kinerja Saya bagus sepanjang tahun, Saya juga sudah membuat keputusan yang sulit dengan menjadi seorang Muslim," kata Nourdeen.

Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, Nourdeen ikut dalam berbagai kegiatan dan forum-forum Muslim. Ia bertemu banyak Muslim lainnya dan meminta mereka mengajarkannya salat. "Mereka menyemangati saya untuk salat di masjid. Butuh waktu satu bulan buat saya untuk berani datang ke masjid. Awalnya saya sangat takut ke masjid, seperti anak kecil yang baru pertama kali ke kolam renang," ungkap Nourdeen.

Tapi sekarang, Nourdeen selalu menyempatkan diri untuk salat ke masjid. Ia juga sudah banyak memiliki teman Muslim dan sesama mualaf. Nourdeen juga mempelajari al-Quran dan tafsirnya di Dar al 'Ilm di Netherlands

Ditanya tentang buku Islam apa yang paling mempengaruhinya, Nourdeen menyebut buku berjudul "In the Footsteps of the Prophet" yang ditulis Tariq Ramadan, seorang cendekiawan Muslim kelahiran Mesir yang kini tinggal di Swiss. Ramadan juga cucu dari tokoh Ikhawanul Muslimin Mesir, Hassan Al-Banna. Ia menyukai buku ini, karena buku itu ditulis dengan pendekatan untuk warga Muslim yang tinggal di Barat.

Sekarang, Nourdeen Wilderman sedang sibuk mengerjakan proyek "Temukan Masjid yang Paling Sesuai untuk Anda". Dalam proyek ini, ia mengumpulkan semua data dan informasi masjid-masjid yang ada di Belanda dan memuatnya di internet. Saat ini, proyek Nourdeen sudah berhasil mengumpulkan data dan informasi lengkap 160 masjid dari ratusan masjid yang tersebar di seluruh Belanda. (ln/iol)

sumber : eramuslim.com

Halaman Ke