Jumat, 11 Februari 2011

[Kisah Keislaman] Kerinduanku Pada Yesus Kristus


Penulis adalah seorang warga Australia mualaf bernama “Isa Graham”, selama beberapa bulan terakhir Isa melakukan kontak dengan Redaksi MuslimDaily melalui email. Ia pernah satu tahun tinggal di Jakarta dan belajar di lingkungan LIPIA, kawan-kawannya memanggilnya “Bule Isa”. Saat ini Isa melanjutkan belajar Islam di Arab Saudi.

Isa mengatakan kepada redaksi apakah bisa mengirim artikel yang ia tulis kemudian di terjemahkan oleh redaksi, walaupun sebenarnya Isa sedikit menguasai bahasa Indonesia sewaktu ia tinggal di Jakarta. Dan artikel di bawah ini adalah artikel pertama dari Isa yang diterjemahkan oleh redaktur MuslimDaily, Abu Maryam dari Semarang, selamat membaca.

Kerinduanku pada Yesus Kristus – Isa Graham

Ketika saya mulai membaca terjemah Al Qur’an dalam bahasa Inggris (juga dikenal dengan Koran dalam bahasa Inggris) yang ada di Perpustakaan Secondary College saya, Kristen masih merupakan agama yang saya peluk. Hingga hari ini saya masih ingat betapa terpesonanya saya dengan penemuan oleh anak muda berusia 17 tahun ini yang waktu itu dengan terbuka menyatakan keberpihakannya kepada Gereja Inggris di kelas, sembari menertawakan setiap orang yang tidak mengikuti barisannya.

Kitab dengan sampulnya yang eksotis ini tidak hanya berisi kisah paling indah dari Nabi-nabi sebelumnya yang saya simak betul di pelajaran Injil, melainkan juga kisah-kisah yang tidak saya ketahui.

Kejutan terbesar bagi saya berasal dari ayat-ayat yang berkenaan dengan Yesus Kristus. Al Qur’an berisi kisah-kisah menakjubkan tentang ibunya yang sholihah, kelahiran ajaib dan bahkan beberapa mukjizat yang tidak kita temukan dalam Injil seperti ketika Yesus membela kehormatan ibunya dari dalam buaian.

Kejutan awal hadir ketika secara kebetulan saya membaca ayat Al Qur’an yang menyatakan bahwa Yesus bukanlah ‘Anak Allah’, ‘Allah tidak diperanakkan’ dan bahwa ‘Yesus bukanlah bagian dari Trinitas Ketuhanan’. Saya begitu terkejut – “Apa yang telah saya temukan?!”

Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara. (Al Qur’an, 4:171)

Saya ketahui bahwa apa yang dikatakan Al Qur’an sepenuhnya berseberangan dengan doktrin Trinitas yang diajarkan oleh semua Gereja Kristen besar di seluruh dunia hari ini.

Saya pun kemudian menjalani satu misi; saya telah membulatkan hati untuk menyibak apa yang mesti dikatakan Injil untuk membela diri dari tuduhan semacam itu.

Beberapa hal yang saya temukan kemudian dan saat ini didokumentasikan di bawah ini dimulai dengan Yesus sebagai Anak Allah.

Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!” (Revised Standard Version, Markus 15:39)

Jadi, orang-orang pada jaman itu mengakui Yesus sebagai ‘Anak Allah’.

Kata mereka semua: “Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?” Jawab Yesus: “Kamu sendiri mengatakan, bahwa Akulah Anak Allah.” (Lukas 22:70)

Dan kini ayat yang buruk John 3:16

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yohanes 3:16)

Namun bila kita baca, maka akan kita temukan bahwa istilah ‘Anak Allah’ tidak hanya diperuntukkan bagi Yesus sebagaimana mungkin diklaim beberapa orang, tetapi juga oleh Yesus untuk mendeskripsikan orang-orang yang takut kepada-Nya.

Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. (Matius 5:9)

Dengan membaca tidak hanya Perjanjian Baru tetapi juga Perjanjian Lama, akan kita temukan bahwa istilah Injil bagi orang-orang sholih dan taat adalah ‘Anak-anak Allah’.

Dalam Islam, kami menggunakan kata Muttaqun.

Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. (Lukas 6:35)

Bahkan Paulus, yang mengaku diilhami oleh Yesus dan ada di barisan depan dalam melekatkan ketuhanan pada Yesus, menuliskan dalam suratnya kepada orang-orang Romawi baris berikut …

Semua orang, yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. (Roma 8:14)

Lantas, dari mana asal gagasan Yesus sebagai satu-satunya ‘Anak Allah’?

Ayat yang diajukan sebagai bukti terbaik bagi Doktrin Trinitas kini telah dihapus dari Injil.

Dahulu, ayat tersebut berbunyi:-

Karena ada tiga yang menghuni surga, Bapa, Firman, dan Roh Kudus: dan ketiganya adalah satu.

Ayat yang dikenal dengan 1 Yohanes 5:7 kini diakui secara universal sebagai “sisipan” di kemudian hari dari Gereja.

Daniel B. Wallace (PhD, Seminari Teologi Dallas – adalah guru besar studi Perjanjian Baru di Seminari Teologi Dallas dan seorang pakar grammar terkemuka) menyatakan dalam artikelnya ‘The Textual Problem in 1 John 5:7-8’ bahwa: “Bacaan ini, the infamous Comma Johanneum, telah dikenal di Negara-negara berbahasa Inggris melalui terjemah King James. Namun, bukti—baik eksternal maupun internal—dengan tegas bertentangan dengan otentisitasnya.”

Wallace melanjutkan dengan mengatakan bahwa “…tidak ada bukti pasti atas bacaan ini dalam naskah berbahasa Yunani sampai tahun 1500-an…” dan bahwa “Rumusan Trinitarian (dikenal dengan Comma Johanneum) pun mulai dimasukkan dalam edisi ketiga Erasmus’ Greek NT (1522) akibat tekanan dari Gereja Katolik.

Setelah muncul edisi pertamanya (1516), terjadi kehebohan atas ketiadaan Comma hingga Erasmus harus melakukan pembelaan diri. Dia berargumen bahwa dia tidak memasukkan Comma karena tidak didapatinya satu pun naskah berbahasa Yunani yang memasukkannya.” [http://www.bible.org/page.asp?page_id=1186]

Banyak di antara Injil versi terkini, seperti The Revised Standard Version, The New Revised Standard Version, The New American Standard Bible, The New English Bible, serta The Phillips Modern English Bible tidak berisi ayat ini, sebagian malah menyertakannya sebagai catatan kaki yang mengutipnya sebagai edisi terbaru.

Lantas, dari mana asalnya Trinitas?

The New Encyclopedia Britannica menyatakan, “Baik kata Trinitas, maupun doktrinnya yang eksplisit tidak ada dalam Perjanjian Baru, pun Yesus dan para pengikutnya tidak bermaksud menentang Shema (Pengakuan Yahudi atas Monoteisme) dalam Perjanjian Lama: “Hear O Israel: The Lord our God is one Lord.” (Deuteronomy 6:4). Kalangan Kristen pertama, bagaimana pun juga, harus mengatasi implikasi kedatangan Yesus Kristus dan implikasi anggapan keberadaan dan kekuasaan Allah di tengah-tengah mereka …” (The New Encyclopedia Britannica Volume II, Edition ke-15 2002, hal. 928)

Maka, bukan Yesus ataupun pengikutnya yang mengajarkan doktrin Trinitas, melainkan orang-orang yang datang setelah mereka?!

Dan bila itu kurang bermasalah, mereka menambahkan keyakinan fiktif mereka pada teks agama yang kini disebut Injil?!

Injil memperingatkan tentang tindakan seperti ini:-

Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: “Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.” (Wahyu 22:18-19)

Mungkin kini Anda juga ingin tahu apakah ini juga tambahan?

Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan peringatan tegas dalam Al Qur’an:-

Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan. (Al Qur’an, 2:79)

Jadi, bila Yesus bukan Anak Allah, maka, siapakah dia sebenarnya?

Baik Injil maupun Al Qur’an akan menegaskan bahwa ia adalah Nabi dan Rasul yang menyerukan keesaan Allah, sebagaimana Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang mendahuluinya.

Dan iblis juga muncul, sembari meneriakkan, “Engkaulah Anak Allah!” Namun dia mengingkari mereka, dan tidak akan membiarkan mereka berbicara, karena mereka tahu dia adalah Al Masih.

Dan ketika siang hari, dia berangkat dan memasuki tempat sepi. Dan orang-orang mencari-carinya dan menghampirinya, dan berusaha mencegahnya supaya tidak meninggalkan mereka;

Namun ia berkata kepada mereka, “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.”

Dan Ia memberitakan Injil dalam rumah-rumah ibadat di Yudea. (Lukas 4: 41-44)

Kita ketahui sebelumnya dalam Mark 15:39 bagaimana Centurion yang mengklaim telah menyaksikan kematian Yesus di tiang salib berseru bahwa “Benar-benar orang ini adalah Anak Allah!” namun sepanjang hidupnya, dikatakan oleh orang-orang Jerusalem bahwa ia adalah Nabi dari Nazareth.

Dan ketika Ia masuk ke Yerusalem, gemparlah seluruh kota itu dan orang berkata: “Siapakah orang ini?”

Dan orang banyak itu menyahut: “Inilah nabi Yesus dari Nazaret di Galilea.” (Matius 21: 10-11)

Yesus Kristus sendiri selama masa dakwahnya mengajarkan kepada orang-orang bahwa ia tidak berbicara atas kemauannya sendiri, bahwa apa yang tengah ia ajarkan kepada orang-orang tersebut berasal dari Pencipta Langit dan bumi, berupa kenabian.

Jawab Yesus kepada mereka: “Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku. Barangsiapa mau melakukan kehendak-Nya, ia akan tahu entah ajaran-Ku ini berasal dari Allah, entah Aku berkata-kata dari diri-Ku sendiri. .

Barangsiapa berkata-kata dari dirinya sendiri, ia mencari hormat bagi dirinya sendiri, tetapi barangsiapa mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya, ia benar dan tidak ada ketidakbenaran padanya. Bukankah Musa yang telah memberikan hukum Taurat kepadamu? Namun tidak seorangpun di antara kamu yang melakukan hukum Taurat itu. Mengapa kamu berusaha membunuh Aku?” (Yohanes 7:16-19)

Dan pernyataan serupa dalam Al Qur’an:-

Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus (Malaikat Jibril). Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? (Al Qur’an, 2:87)

Merindu kehormatan dan kehidupan Yesus Kristus putra Maryam bukanlah hal buruk; justru hal itu terpuji dan mulia. Baik Injil maupun Al Qur’an akan bersaksi bahwa ia menjalani kehidupan Nubuwwah yang mengagumkan, teladan yang layak kita cintai dan patut ditiru.

Namun yang saya temukan adalah bahwa untuk menunjukkan kecintaan kita terhadap seseorang tidak semestinya kita membuat-buat cerita, melebih-lebihkan statusnya, ataupun menisbatkan kepadanya sifat-sifat pihak lain, khususnya Allah, Subhanahu Wa Ta’ala.

Tidak ada yang dapat menjelaskan bahwa terperangkap dalam penghormatan berlebihan ataupun peribadatan palsu terhadap diri seseorang merupakan sikap cinta yang dapat diterima. Menunjukkan cinta pada seseorang berarti berterus terang atas realitas tentangnya dan mengajarkan kisah-kisah mereka yang mulia dengan sebenar-benarnya, satu hal yang saya harap dapat saya lakukan dengan lebih gigih namun bukan lagi sebagai seorang Kristen, melainkan sebagai seorang Muslim.

Inilah yang saya temukan dalam usia semuda itu dan kini saya bagi dengan Anda. Semoga Allah merahmati Anda semua dengan yang terbaik berupa ilmu dan iman!

Artikel ini juga dimuat di situs http://muslimmatters.org/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman Ke