Kamis, 31 Maret 2011

Ismail: Prosedur Pengampunan Dalam Islam Sungguh Masuk Akal

"Saya menjadi Muslim sebab ada banyak alasan baik, namun yang terpenting, saya ingin dekat dengan Tuhan dan menerima pengampunan dan penyelamatan abadi," tulis Ismail Abu Adam di akun YouTube miliknya. Padahal jauh sebelum menyatakan itu, Ismail yang awalnya penganut Kristen taat, ingin melakukan misi penginjilan ke komunitas Muslim yang selama ini ia pikir harus diselamatkan.


"Saya lahir besar sebagai Kristen. Tetapi dasar saya adalah Katholik Roma," kata Ismail. "Saya selalu meyakini Yesus adalah Tuhan dan saya berikan hidup saya kepadanya," tuturnya.

Ismail meyakini Yesus adalah penyelamat dan ia juga mempercayai peristiwa kematian, penyaliban hingga kebangkitan Yesus. "Juga konsep dosa asal, seratus persen semua itu saya yakini sebagai kata-kata tuhan," ungkap Ismail.

Sebagai penganut taat, ia pergi ke gereja setiap minggu dan aktif dalam kegiatan peribadatan. Bahkan ia kerap mengkotbahi teman-temanya dan mengajak mereka yang beberbeda keyakinan untuk mempercayai agama yang ia anut.

Pada awal usia 20-an, Ismail mulai tertarik melebarkan kotbah ke umat Muslim. "Saya besar, tinggal di Amerika Utara. Di sana saya sangat jarang bertemu Muslim, yang ada hanyalah kaukasia dan kristen, jadi saya ingin menyakskan Kristen bisa disebarkan ke komunitas Muslim," ujarnya.

Sebelum benar-benar turun ke lapangan dan bersentuhan langsung dengan Muslim, Ismail memutuskan mengawali dari dunia maya. Ia mencoba mencari celah bagaimana Kristen bisa disebarkan lewat media tersebut.

Ketika menelusuri internet itulah ia menemukan dan menyaksikan video yang ia anggap menarik; debat antara seorang Muslim dan penginjil. Muslim itu dari Afrika Selatan bernama Ahmad Deedat. Lewat debat, Ismael menyadari bila ia sangat paham injil. "Ia selalu menang dan mampu mematahkan serta membuat sanggahan jitu terhadap penginjil dari setiap aspek," tutur Ismael.

"Ia mematahkan argumen bahwa dosa asal itu tidak ada, bahwa Kristen bukan kata-kata Tuhan, serta menunjukkan bahwa Kristen adalah doktrin yang salah karena dibuat oleh intepretasi selip, sudah mengalami fabrikasi, modifikasi ditambah dan juga dikurangi oleh penulisnya," kata Ismail lagi.

Dedat, menurut Ismail, juga menyinggung doktrin trinitas, kebangkitan, penyaliban. "Terasa betul argumen lawan (penginjil-red) sangat lemah dan mudah dipatahkan. Harus saya akui, jujur saya tidak suka Ahmad Deedat saat itu," ungkap Ismail.

Ia bahkan frustasi dengan pembicara dari kubu Kristen. "Ia memegang gelar PhD di bidang teologi Kristen, tapi ia tak bisa mematahkan balik argumen Ahmad Deedat yang hanya bicara sendiri dan hanya didukung oleh Al Qur'an."

Saat itu Ismael berpikir Deedat tentu menggunakan Injil untuk membantah doktrin Kristen. Ia pun tergugah untuk mempelajari Kristen lebih lanjut dengan semangat kelak ia akan membantah argumen-argumen Ahmad Deedat.

Ismael mengaku tipe orang dengan pemikiran skeptis. "Saya sulit percaya dan meyakini sesuatu jadi saya perlu memelajari dan menyelediki sendiri untuk memahami dan meyakini sesuatu," ujarnya.

Saat memutuskan untuk lebih mendalami Kristen ia memilih dari prespektif Islam. "Sebelumnya saya tak pernah melakukan itu, memelajari Kristen dari prespektif selain Kristen dan Deedat benar-benar mengonfrontasi pemahaman saya," ungkap Ismail.

Ismail pun mengkaji Injil dan doktrin Kristen dari Islam. Ia memelajari keabadian, konsep trinitas, penyaliban Yesus, konsep juru selamat hingga kebangkitan, dosa asal. "Apakah benar injil adalah kata-kata tuhan," tuturnya.

Ketika mendalami Al Qur'an Ismail menyadari bahwa argumen Deedat ternyata benar. "Saya tiba-tiba merasa berada di jalan yang salah. Kristen bukanlah kata-kata Tuhan. Ini benar-benar sebuah tamparan keras bagi saya" kata Ismail.

"Saya telah menganut Kristen bertahun-tahun, saya lahir sebagai Kristen dan menjadi seorang Katholik selama 20 tahun, tiba-tiba semua yang saya yakini berbalik dari atas ke bawah. Tentu ini merupakan guncangan besar," tuturnya.

Saat itu belum timbul keinginan Ismail untuk menjadi Muslim. "Yang saya inginkan saat itu mengetahui secara mendasar kebenaran sesungguhnya," ungkapnya.

Islam pun mulai ia pejalari. Dari sana ia memahami Muslim hanya mempercayai satu tuhan dalam konsep bernama tauhid. Monoteisme, itulah kesimpulan yang ia peroleh dari agama Islam. "Mereka memanggil tuhan dengan Allah, mereka percaya Yesus adalah nabi, seorang messiah yang mengabarkan kebenaran saat dibangkitkan lagi, itu juga keyakinan besar yang saya anut," kata Ismail.

Lebih dalam mengkaji, Ismael menemukan konsep pengampunan dan penyelamatan Tuhan. Ia memahami pengampunan dalam Islam diperoleh dengan cara beriman kepada Tuhan, melakukan ajaran-Nya dan berbuat kebaikan sebagai wujud iman.

Ismail juga mengetahui bahwa Muslim mempercayai ada nabi setelah Isa yakni Muhammad. "Mereka meyakini itu sebagai kata-kata Tuhan dan semua ada dalam kitab yakni Al Qur'an," ujarnya. "Ini sesuatu yang baru bagi saya. Saya pernah tahu Islam, tapi tidak mendetail."

Saat itu Ismail mengaku mulai muncul rasa suka terhadap Islam. "Muslim mempercayai keberadaan Yesus. Bagi saya itu adalah sebuah tautan antara Islam dan Kristen dan itu membuat saya merasa nyaman. Saya seperti menemukan batu pijakan," tutur Ismael.

Begitu mengetahui bagaimana Muslim meyakini Tuhannnya, bagaimana Nabi diutus membawa pesan, Ismail merasa dilahirkan untuk mempercayai itu. Ia pun memutuskan pergi ke masjid. "Saat itu saya pindah ke kota kecil dan di kota itu ada sebuah masjid. Saya ketuk pintunya dan berkata saya ingin berbicara dengan seseorang tentang Islam," tutur Ismail.

Setelah itu Ismail rutin meyambangi masjid tersebut saban minggu untuk berdiskusi dengan seorang imam di sana. Sang imam memberinya buku-buku bacaan tentang Islam dan juga biografi Rasul Muhammad. saw. "Ia meladeni dan menjawab semua pertanyaan-pertanyaan saya," kata Ismail.

Hingga suatu hari, sang Imam berkata kepadanya "Saya tidak ingin kamu menjadi Muslim kecuali kamu benar-benar yakin dengan agama ini." Mendengar itu Ismael lagi-lagi mengaku terkejut. "Selama saya menjadi Kristen saya selalu bertemu kotbah dan juga berkotbah untuk mengajak seseorang menjadi Kristen. Setiap Kristen selalu mencoba mempengaruhi seseorang menjadi Kristen," tuturnya. "Hampir tidak mungkin Kristen berkata, 'Saya tidak ingin kamu menjadi Kristen kecual kamu yakin dan kembalilah kepada saya jika kamu sudah yakin'."

Ismail justru tertantang dengan ucapan sang imam. Apakah ini memang jalan sesungguhnya? "Ini justru menggelitik saya untuk mengetahui apakah Islam itu memang yang benar, yang harus diyakini? Sungguh tak ada yang memaksa saya untuk menjadi Muslim," tuturnya. "Saya melihat dalam Islam terdapat kebenaran dan itu tampak jelas sebagai cara hidup yang diinginkan Tuhan bagi saya," ujarnya.

Ketika Ismail mengingat Injil kembali, justru ia menemukan fakta Yesus yang diyakini sebagai tuhan tak pernah mengklaim dirinya adalah tuhan dan menyeru pengikutnya untuk menyembahnya. Membandingkan lebih jauh lagi, dalam Al Qur'an, Ismail menemukan janji pengampunan Allah akan diberikan bagi orang yang beriman, namun di Injil, kata 'janji' itu tak ada.

"Pengampunan dan penyelamatan diberikan Allah karena Ia mencintaimu, karena engkau bertobat, beriman kepadanya dan melakukan apa yang ia kehendaki. Itu sungguh jelas dan sederhana," kata Ismail. Sementara di Kristen, menurut Ismail, penyelamatan cukup sulit bagi pemeluknya.

"Pertama anda harus meyakini dahulu peristiwa pembunuhan kejam dan penyaliban seseorang yang tak berdosa, di mana darah ditumpahkan demi menyelamatkan dosa anda. Anda diciptakan dengan dosa asal. Tuhan menempatkan diri anda di dunia bersama dosa dalam hati atau jiwa anda. Semua itu justru tidak mencerminkan keadilan Tuhan," paparnya.

Ismail menilai pengampunan dan penyelamatan di Islam lebih masuk akal. "Pengampunan adalah milik Tuhan, pemberian Tuhan karena cinta, karena kita meminta kepada-Nya, karena kita meyakini-Nya," ujarnya. "Memang di Injil juga ada kata-kata yang mengandung kebenaran. Tetapi Islam lebih superior dan secara logika benar. Bagi saya itu sangat mengagumkan," imbuhnya.

Padahal selama ini Ismail selalu membayangkan Islam sebagai agama kekerasan, seperti menganjurkan pembunuhan. "Tapi ketika saya membaca Al Qur'an saya menemukan banyak ketenangan, kalimat mengandung kedamaian, kesunyian dan pencerahan. Karena itulah saya memutuskan untuk menjadi seorang Muslim.

Kini Ismael meyakini Allah adalah tuhannya dan menyerahkan seluruh hidupnya kepada-Nya. "Ia adalah raja sekaligus penyelamat saya di dunia dan akhirat. Dengan ini saya pun meyakini Yesus membenarkan ajaran Yesus sebagai seorang Muslim," ujarnya.

Saat ini Ismael mengambil disiplin Kajian Islam di perguruan tinggi. Dalam sepuluh tahun terakhir ia telah bepergian ke enam negara bermayoritas Muslim dan membaca puluhan buku-buku tentang Islam dan Perbandingan Agama. Ia bahkan sudah cukup fasih untuk berbincang dalam Bahasa Arab. Dalam akun YouTube-nya Ismail menulis, "Saya mencintai Allah karena Ia yang pertama kali mencintai saya."

sumber : republika.co.id

Bandung Menyimpan Potensi Gempa Besar


Sesar Lembang sepanjang 22 km mengancam 2,4 juta penduduk Bandung.

Gedung Sate Bandung


Dibalik keindahan panorama Bandung, ternyata kota ini menyimpan potensi gempa bumi yang cukup besar.

Walaupun kota ini dikelilingi oleh jajaran pegunungan, mungkin selama ini banyak orang tak pernah mengira bahwa kota berjuluk Parijs van Java itu menyimpan sebuah sesar aktif sepanjang 22 kilometer, yang sewaktu-waktu mengancam sekitar 2,4 juta penduduknya.

Menurut pakar geologi dari ITB, Agus Hardoyo, sesar Lembang, yang membelah daerah Maribaya hingga Cisarua, merupakan salah satu sesar aktif di pulau Jawa yang berhubungan dengan aktivitas gunung Sunda purba.

Sesar atau juga dikenal dengan istilah ilmiah fault, merupakan retakan di kerak bumi yang mengalami pergeseran atau pergerakan. Secara umum dikenal tiga jenis sesar, yaitu sesar normal (normal fault), sesar naik (reverse fault), dan sesar geser mendatar (strike-slip fault).

Menurut Agus, dengan memperhatikan morfologi yang terbentuk, maka sesar Lembang termasuk dalam kategori sesar normal. Bagian utara sesar bergerak turun sementara bagian selatan terangkat. Akibat dari proses tektonis ini, maka terbentang suatu gawir (lereng) yang merupakan bidang gelincir sesar Lembang.

“Sesar lembang membentang sepanjang 22 kilometer dari Maribaya ke Cisarua. Di Cisarua jejak sesar tersebut menghilang sedangkan di Maribaya membelok ke selatan. Sesar Maribaya terhubung dengan sesar Cimandiri dan sesar Baribis yang aktif,” ujar Agus, dalam Kuliah Umum Sesar Lembang dan Hubungannya Dengan Masyarakat Bandung di Institut Teknologi Bandung, Jumat 26 Maret 2011.

Sesar Cimandiri adalah sesar yang terletak di Sukabumi Selatan, membentang dari daerah Pelabuhan Ratu hingga Gandasoli. Sementara Sesar Baribis adalah sesar yang di berada di bagian utara Jawa, membentang mulai dari Purwakarta hingga ke daerah Baribis, sebelah barat Gunung Ciremai, di Kadipaten-Majalengka Jawa Barat

Observatorium Bosscha, Lembang, Bandung

Pada kesempatan yang sama, peneliti Geoteknologi LIPI Eko Yulianto, membeberkan beberapa bangunan yang tepat berada di atas sesar Lembang. Bangunan-bangunan itu antara lain Observatorium Bosscha, Sesko AU, Sespim Polri, Detasemen Kavaleri TNI-AD, dan Restoran The Peak.

Lebih jauh, Agus menjelaskan, beberapa bagian sesar Lembang yang terangkat, antara lain adalah Gunung Palasari, Batunyusun, Gunung Batu & Gunung Lembang, Cihideung, The Peak, dan Jambudipa bagian barat. Wilayah-wilayah tersebut merupakan wilayah pemukiman yang padat dan dapat berpotensi membahayakan.

Jika terjadi pergerakan di patahan itu, Eko mengatakan, maka akan dapat memicu gempa bumi dan yang akan mengancam hidup banyak orang.

sumber : vivanews.com

Rabu, 30 Maret 2011

Salah Satu Hidayah Ahui, Mimpi Beradzan di Atas Kabah


Petunjuk Allah bisa datang dari mana saja. Khusus bagi Ahui, hidayah itu ia peroleh dari serangkaian mimpi.

Pada usia 39, adalah awal pria keturunan Tionghoa itu mengalami serangkaian peristiwa yang akhirnya membawanya ke Islam. Saat itu ia bermimpi memasuki sebuah gedung dan mengaji di dalam gedung tersebut. Tapi ia tak memandang mimpi itu istimewa. Ahui tidak tergelitik. "Saya tidak tahu mengapa bisa mendapat mimpi itu, jadi saya abaikan saja," katanya.

Selang satu bulan, Ahui kembali bermimpi. Kali ini ia menyuarakan adzan di atas kabah. Seperti mimpi pertama, ia juga tak menghiraukanya. Lagi-lagi, berjarak satu bulan dari mimpi kedua, dalam tidurnya, Ahui melihat dirinya berwudhu dan mengucapkan kalimat syahadat.

Hingga mimpi ketiga, pikiran Ahui tetap tidak terusik. Ia masih menanggap semuanya sekedar kembang tidur.

Ketika mimpi-mimpi itu datang, Ahui tengah mencoba peruntungan dalam wirausaha yang ia rintis sejak muda. Bukan mendapat untung, ia merugi hingga bangkrut. Semua harta bendanya habis dan kondisi Ahui saat itu, tuturnya, sangat menyedihkan.

Pada tahun berikut, tepatnya 1998, Istri Ahui sakit keras. Ia divonis mengidap penyakit kanker stadium 4. Selang beberapa bulan, istrinya pun meninggal.

Sebelum jatuh sakit, rupanya istri Ahui pernah pula bermimpi membawa Al Qur'an lalu kitab itu terjatuh. "Dalam mimpinya, istri saya memasuki sebuah Masjid mengikuti sebuah pengajian. Setelah keluar dari masjid itu istri saya mendapat hadiah sebuah Al-Quran. Ketika membawa Al-Quran tersebut istri saya tersnggol oleh seseorang dan Al-Quran itu jatuh hingga terbelah menjadi dua”, tuturnya.

Ahui tak bisa lagi mengabaikan rentetan peristiwa yang ia alami. Ia mencoba mengaitkan satu demi satu kejadian tersebut. Ahui sempat kebingungan, mengapa di saat kehilangan semua harta dan orang kesayangannya, ia malah mendapatkan mimpi-mimpi yang berkaitan dengan Islam.

“Saat saya mengalami kebangkrutan saya bermimpi mengenai Islam, ketika Istri saya meninggal, isti saya juga mengalami mimpi yang berkaitan dengan Islam. Saya sendiri waktu itu tidak tahu apa itu Islam”, ungkapnya.

Ahui memang tidak pernah mengenal agama dan memeluk agama sejak ia dilahirkan. Keluarganya pun setali tiga uang. Tapi, sebagai persyaratan membuat Kartu Tanda Penduduk (KTP), Ahui mencatumkan agama Budha. Begitupun dengan keluarganya. “KTP kan harus ada agamanya, ya udah saya cantumkan saja agama Budha," kata Ahui.

Karena hanya agama KTP, ia pun mengaku tak pernah mengerti dan tahu bagaimana cara beribadah umat Budha. Ahui hanya mengikuti gerakan dan ritual yang dilakukan oleh umat Budha. “Saya melihatat orang membakar dupa, ya saya ikut bakar duha, orang berdoa ya saya ikut berdoa, padahal saya tak tahu bagaimana bacaan doanya”, aku Ahui.

Akhirnya Ahui terdorong untuk mencari tahu tentang Islam. Ia mendatangai ustad dan melakukan diskusi tentang Islam. Bahkan ia mendatangi pula beberapa orang yang ahli agama. Ia juga membaca sedikit-sedikit buku mengenai islam.

Setelah kurang lebih tiga tahun ia mencari tahu tentang Islam, Ahui memutuskan untuk memeluk agama tersebut pada akhir Febuari tahun 2001. Dari sinilah ia mulai menyusun hidup barunya.

Setelah masuk Islam, Ahui mengubah namanya menjadi Muhamad Abdul Ahui. Keputusannya memeluk Islam tak mendapat pertentangan dari keluarga. Sebaliknya, ia malah disambut baik, terutama oleh ibundanya. Ibu Ahui merasa bangga dengan anaknya yang telah memiliki agama dan berubah menjadi lebih baik setelah beragama Islam.

“Mendiang mama saya sangat bangga dengan keputusan saya memeluk agama Islam, mama saya merasa anaknya ini telah mengalami banyak perubahan yang lebih baik” ujarnya. Ahui yang mengaku sebelumnya memiliki sikap buruk seperti urakan, pemarah, tidak sabar berangsur-angsur berubah setelah memeluk islam.

“Temperamen saya yang sulit dikontrol, emosi dan gampang marah mulai bisa saya kendalikan," tuturnya. Ahui yang sempat benar-benar terpuruk akibat bangkrut, mencoba membuka usaha kembali.

Kini ia berdagang mie ayam di depan Masjid Lautze. Lokasi usahanya yang berada di depan masjid Lautze, membuat Ahui terbiasa mendengar surat-surat pendek dalam bacaan shalat.

Dari sanalah Ahui mulai mengenal bacaan shalat. Masih belum jauh dari mimpi, Ahu mengaku juga mengetahui sebagian bacaan shalat seperti Al-Fatihah dari mimpinya terdahulu. Ahui merasa mimpinya itu sangat nyata sehingga ia masih mengingat bacaan shalat dari mimpi tersebut.

“Lucu memang kalau tahu bagaimana saya bisa tahu bacaan shalat, saya tahu dan mengerti bacaan sahalat ya awalnya dari mimpi saya. Saya juga tidak mengerti kenapa mimpi saya itu bisa seperti benar terjadi di dunia nyata, mungkin itu hidayah untuk saya” ujarnya.

Tak ada kendala dari luar, tantangan terbesar Ahui setelah memeluk Islam justru datang dari dirinya. Ia mengaku masih berat untuk disiplin melaksanakan shalat 5 waktu. Sejak awal masuk Islam shalatnya masih bolong-bolong tak tepat waktu. Ahui hanya rutin melaksankan shalat Isya sementara untuk shalat lainnya masih terbengkalai.

Namun keinginannya untuk sunguh-sungguh memelajari Islam membuat memotivasinya untuk memperbaiki ibadah shalatnya. Akhirnya di tahun 2004 ia mulai rutin melaksanakan shalat 5 waktu. Pertama kali ia menunaikan shalat 5 waktu, ia merasa semua beban di kepalanya hilang. “Pikiran saya tenang seusai melaksanakan shalat 5 waktu. Saya merasakan kedamain dan kenikmatan hati”, ungkapnya.

Ahui tak hanya belajar dan menggali ilmu mengenai Islam untuk dirinya saja. Ahui juga berbagi ilmu dengan para mualaf yang baru masuk Islam. “Saya juga senang bila bisa berbagi kepada sesama mualaf yang ingin tahu mengenai Islam”, ucapnya.

Meski sudah sepuluh tahun Ahui memeluk agama Islam, ia merasa masih ingin terus menggali tentang ilmu islam hingga akhir hayatnya nanti. Ahui juga meyakini bahwa Islam merupakan ajaran terbaik di semesta alam ini. “Islam merupakan ajaran agama terbaik di semesta alam ini, hal ini tak bisa dipungkiri dan di bantah”, pungkasnya.

sumber : www.republika.co.id

Senin, 28 Maret 2011

Kesempurnaan Cinta Seorang Wanita (Bagian ke-2)


Dakwatuna.com – Hari Ahad pagi. Lelaki itu sendirian di rumahnya. Istrinya tadi ijin untuk mengisi ta’lim rutin pekanan. Ia pergi dengan membawa kedua putra angkat mereka. Lelaki itu tadi sudah menawarkan untuk mengantarkannya seperti biasa. Tapi istrinya menolak karena mungkin agendanya kali ini cukup lama. Apalagi lelaki itu harus mengisi ta’lim pukul 10 pagi ini, jadi wanita itu tidak mau jika suaminya sampai terlambat datang nanti.

Lelaki itu baru saja selesai dhuha dan memurajaah hafalannya. Masih ada waktu satu jam sebelum ia pergi ke ta’lim yang tempatnya tak begitu jauh dari tempat tinggalnya. Tiba-tiba lintasan mimpinya semalam berkelebat di ruang pikirnya. Ah, kenapa tiba-tiba ia memimpikan perempuan itu lagi? Dan petikan memori tentang sebuah mozaik kelabu dalam perjalanan hidupnya pun membuka dengan terang pagi itu. Dan tanpa sadar ia mulai menapaktilas atsar-atsarnya yang digoreskan sang waktu dalam episode bernama masa lalu.

Tsabita..

Perempuan cinta pertama dan pada pandangan pertama baginya. Mereka dipertemukan dalam kelompok yang sama pada masa OSPEK kampus. Lelaki itu merasa ada yang lain dalam getar jiwanya terhadap perempuan itu dalam tatap pertama. Rasa yang belum pernah ia rasai sebelumnya. Maka sejak tatap itu, lelaki yang senantiasa menjaga pandangannya itu, lebih memilih menghindar darinya. Menyedikitkan interaksi, kecuali benar-benar terpaksa. Agar rasa itu segera beralih rupa. Agar menguap hilang tak menyisakan bekas dalam putihnya jiwa. Tapi dia gagal. Wajah itu telah terlukis sempurna dalam dinding hatinya. Yang ia tak tau, bagaimana bisa?

Sejuta cara telah ia upayakan untuk menghapusnya. Namun sampai ia kelelahan dan putus asa, rasa itu tetap berada di sana. Di palung terdalam samudera hatinya. Maka kemudian dia memilih untuk membiarkannya. Berharap seiring berjalannya hari, rasa itu akan menghapus dirinya sendiri.

Namun tak selamanya ia bisa menghindar. Sepanjang masa 4 tahun perkuliahan, mereka kadang dipertemukan dalam satu kepanitiaan. Lelaki itu sering memilih mengundurkan diri dari kepanitiaan yang nama perempuan itu tertera di sana juga. Namun terkadang, dia tidak bisa menolak amanah yang telah dipercayakan kepadanya oleh ‘dewan pertimbangan agung’ kampusnya. Dan demi kemaslahatan bagi umat yang lebih banyak, dia harus menekan ego dirinya. Berusaha menjadi seorang jundiyah muthi-ah. Sami’na wa athna.

Empat tahun pun berlalu. Ijazah kelulusan sudah ia terima. Dan rasa itu masih mengendap di dalam sukmanya. Bahkan semakin dalam. Sedang dia tidak tau apakah perempuan itu memiliki rasa yang sama padanya. Setelah meminta pertimbangan dari orang-orang yang ia anggap lebih bijaksana, maka ia memberanikan diri menyampaikan maksud kepada perempuan tersebut untuk meminangnya. Melalui perantara tentu saja. Dan tanpa diduga, perempuan itu memberi jawab iya. Perempuan itu ternyata juga mempunyai getar jiwa yang sama terhadapnya. Kebahagiaan melimpahruah dalam dada lelaki itu. Jiwanya terbang, mengepak ringan bersama awan-awan. Dan tiba-tiba saja dunia menjadi begitu hidup dalam pandang matanya. Bergairah. Penuh semangat. Berwarna. Berpendar. Bercahaya. Subhanalloh indahnya..

Maka lelaki itu pun meminta sedikit waktu untuk mempersiapkan segala sesuatunya, sebelum dia datang secara resmi kepada orang tua perempuan itu untuk mengkhitbahnya. Dan di masa jeda itu mereka tetap konsisten untuk tidak melakukan interaksi kecuali lewat perantara.

Dua bulan berlalu. Lelaki itu telah siap datang kepada keluarga perempuan. Bahkan tanpa sepengetahuan perempuan itu, dia telah menyiapkan mahar yang akan dia berikan. Cincin, seperangkat alat shalat, satu set kitab tafsir, dan satu set kitab hadist. Kemudian dia mengirimkan pesan kepada perantaranya agar ditanyakan kepada perempuan itu kapan keluarganya siap menerima kedatangannya. Tapi perantara itu tak memberi jawaban.

Sehari. Dua hari. Tiga hari berlalu.

Lelaki itupun merasa ada sesuatu yang aneh dan tidak biasa di sini. Merasa tidak bisa menunggu lebih lama lagi dalam ketidakpastian asa, lelaki itupun menghubungi sang perantara. Namun jawab perantara jauh di luar dugaannya.

“Maaf akhiy shalih, sebaiknya proses ini dicukupkan sampai tahap ini saja. Semoga antum mendapatkan seorang wanita yang jauh lebih baik dari beliaunya. Karena beliau akan segera menggenapkan agamanya.” Telepon ditutup tanpa ada penjelasan lebih lanjut. Laki-laki itu diam mematung. Tubuhnya membeku. Dia tidak mampu mencerna kata yang baru saja diucap sang perantara. Kata itu begitu asing di telinganya. Seperti diucapkan dengan bahasa negeri antah berantah tak bernama. Sedang dalam mimpikah ia? Salah dengarkah? Atau perantara itu sedang ingin bercanda?

Maka dia hubungi lagi perantaranya. Tidak diangkat. Sekali. Dua kali. Tiga kali. Biasanya dia akan berhenti pada kali ketiga. Tapi tidak untuk saat ini. Namun dia harus menelan kekecewaan, karena telpon diseberang telah dinon aktifkan. Ia pun bersegera menghubungi perempuan itu. Hal yang tidak pernah dilakukan sebelumnya. Namun di titik ini, maka kepada siapa lagi dia harus meminta jawaban yang terang atas semua tanya yang menggumpal di jiwa? Tidak ada jawaban juga. Sekali. Dua kali. Dan baru pada kali ketiga, terdengarlah salam lirih dari seberang sana.

“Assalaamu’alaykum..” Suara perempuan itu lirih bergetar

“Wa’alaykumussalaam warohmatulloh.. Ukhtiy, ana mohon penjelasan anti tentang apa yang terjadi. Ana sama sekali tidak mengerti. Benar-benar tidak mengerti..”

“Afwan..” suara itu mulai terisak. Tak ada kata lain lagi. Hanya isakan yang semakin keras terdengar.

“Ukh, untuk saat ini sepertinya kata itu bukan kata yang tepat untuk diucapkan. Ana mohon beri ana penjelasan atas semua keputusan yang sama sekali tidak ana prediksikan..” Lelaki itu mulai terbawa emosi

Tak ada jawaban. Suara tangis yang begitu perih masih terdengar di ruang pendengaran si lelaki.

“Ukh.. ana mohon” Lelaki itu kehabisan kata. Terdiam lama.

Tangis perempuan itu semakin menggugu. Tapi kemudian terdengar juga suaranya. Bergetar. Timbul – tenggelam diantara isakan. “Ana juga mohon, tolong jangan tanya mengapa.. Ana hanya ingin membahagiakan orang tua ana. Ana hanya ingin menunjukkan bakti ana. Dan ana harap antum menerimanya dengan kelapangan jiwa…” Sampai disitu telpon mati. Di saat gugu perempuan itu berada di titik yang tertinggi.

Lelaki itu tidak mencoba menghubungi perempuan itu lagi. Karena marahkah? Sepertinya bukan. Tapi hanya karena ia tidak mau mengalirkan embun jiwa yang lebih banyak dari mata perempuan yang sangat ia kasihi. Hanya itu. Ya, hanya itu.

Akhirnya lelaki itu hanya diam. Tidak tau apa yang dia rasakan sekarang. Marah, kecewa, sedih, merasa dikhianati, iba. Semuanya campur aduk berjejalan dalam jiwanya. Dia merasa menjadi lelaki yang paling dungu di dunia. Selama dua bulan ini dia mati-matian menyiapkan segala sesuatunya agar bisa bersegera menyempurnakan separuh agamanya. Agar bisa bersegera bersanding halal penuh kesakinahan dengan perempuan yang mengisi hatinya saat tidur maupun jaganya. Dan di saat yang sama, perempuan itu justru sedang berproses dan menerima pinangan lelaki lain. Tanpa sepengetahuannya. Tanpa memberitahunya. Sungguh, ia tidak pernah merasai sakit yang sesakit saat itu. Serasa semua syaraf di tubuhnya dicerabut secara paksa. Serasa dirinya dijatuhkan dari langit tempat bintang bergantung hingga ke bumi pada inti terdalamnya. Hancur. Remuk. Lebur. Namun tanpa air mata.

Lelaki itu ingin menangis, tapi tidak bisa. Airmata telah menguap dari kantung matanya. Beralih rupa menjadi mendung yang bergumpal-gumpal, yang kemudian membanjir dan membadai di hatinya. Akhirnya dia hanya mematung. Sejenak dia merasai waktu berhenti berdetak. Menyisakan sepi yang teramat dalam menusuk hingga ke kedalaman jiwanya. Menelan semua rasa sakit yang ada. Kosong. Hampa. Tanpa rasa.

Seminggu kemudian undangan pernikahan berwarna biru langit ia dapatkan. Nama perempuan itu tertera dengan apik dalam balutan tinta putih perak di sana. Disandingkan dengan nama seorang lelaki, yang tentu saja bukan namanya. Khalid Triangga Dewantara. Sosok yang ia kenal. Teman sekampus dan seangkatannya. Allohuakbar!!! Ia bertakbir dalam kehampaan hatinya. Yang ia juga tidak tahu bertakbir untuk dan atas nama apa.

Kemudian ia menghubungi perantaranya lagi. Meminta tolong untuk yang terakhir kali. Dia ingin menyerahkan seluruh mahar yang sudah ia siapkan kepada mempelai laki-laki, sebagaimana yang Salman al-Farisi lakukan terhadap saudaranya Abu Darda’ saat pinangannya dialihpemilikannya. Namun perantara itu tak meloloskan permintaannya. Untuk kondisi sekarang hal itu malah akan mengeruhkan dan menyulitkan pihak perempuan, katanya memberikan pertimbangan. Dan alasan itu dapat ia terima.

Ia pun menawarkan opsi lainnya. Untuk memberikan kepada kedua mempelai sebagai hadiah pernikahan mereka. Perantara menjanjikan untuk mengusahakan, namun keputusan untuk menerima atau menolak tetap berada di tangan kedua orang yang diberi hadiah itu. Lelaki itu menyetujui, dengan memberikan tambahan opsi lagi. Jika mereka tetap menolak, maka tolong dihadiahkan kepada siapa saja yang mau menerimanya. Dia tidak mau barang-barang itu dikembalikan lagi kepadanya. Kesepakatan pun tercapai. Yang baru empat hari kemudian dia mendengar hasilnya. Perempuan itu menerima kitab tafsir dan mengembalikan yang selainnya. Yang sekarang sudah lunas terdistribusi kepada orang-orang yang Alloh kehendaki untuk menerimanya. Alhamdulillah..hati lelaki itu sedikit lega.

Dan akhirnya, kini sampailah juga ia pada hari yang baginya seperti mimpi. Hari di mana perempuan yang dulu sempat sangat ia yakini akan menjadi pendampingnya, menggenapkan agamanya. Diapun telah bersiap untuk melajukan motornya menuju tempat walimah yang cukup jauh perjalanannya. Teman-temannya mati-matian melarangnya untuk hadir. Mereka khawatir. Teramat khawatir. Bukan kekhawatiran lelaki ini akan melakukan hal-hal yang dapat menggagalkan pernikahan. Bukan itu. Tapi mereka khawatir jika lelaki lembut hati ini tiba-tiba menggegana isaknya pada saat ijab qabul dilisankan sehingga akan menjadi tontonan dan fitnah menarik bagi orang-orang yang tidak tahu duduk permasalahannya. Atau yang lebih mengkhawatirkan lagi, jika ia tiba-tiba pingsan. Atau justru malah perempuan itu, karena melihat lelaki ini menghadiri akadnya dalam kedalaman luka jiwanya. Ya, mereka khawatir jika di hari yang seharusnya dipenuhi senyuman itu malah menjadi hari yang paling banyak menumpahkan air mata nantinya.

Tapi semua kekhawatiran itu sempurna tertepiskan. Lelaki itu datang dengan tenang. Walaupun senyumnya masih enggan untuk dinampakkan. Rautnya datar. Tak banyak bicara. Bungkam. Dan saat ijab qabul diucapkan, airmata menetes di wajah tirusnya. Menganak sungai. Tapi tanpa isakan. Dia menengadahkan kedua tangannya yang bergetar dan dengan khusyu’ mengaminkan setiap doa yang ditujukan untuk kedua mempelai. Yah itulah tujuannya datang ke sana. Mendoakan kebaikan untuk mereka berdua. Agar selamat mengarungi bahtera dunia, hingga menjejak ke Surga.

Setelah akad selesai dia menghampiri pengantin, sebagaimana tamu lainnya. Teman-temannya tentu saja mengiring di belakangnya tanpa ia minta. Dia menjabat erat tangan pengantin lelaki sambil menggumamkan doa keberkahan. Tersenyum walaupun agak dipaksakan. Tak berani dia melihat sosok perempuan yang berada di samping lelaki itu. Hanya menangkupkan tangan dan menganggukan sedikit wajahnya, tanpa melihatnya. Pandangannya tertunduk pada lantai berkarpet merah itu. Berpamitan kemudian segera berlalu pergi.

Hujan yang begitu deras mengguyur bumi, membersamai lelaki itu pulang ke rumahnya. Sengaja ia tak bermantel karena dia berharap deras guyuran air hujan itu akan menghapus segala dosa-dosanya, yang jika dosanya itu menimbulkan jelaga di tubuhnya maka pastilah air itu akan menghitam karenanya. Sepanjang perjalanan itu, airmatanya mengalir tak kalah derasnya dengan hujan yang turun. Hingga jarakpandangnya menjadi begitu sempit. Dia menangis sejadi-jadinya. Menumpahkan segala duka yang selama berminggu lalu hanya menjadi bongkah dalam jiwa.

Berulang surah al-Baqarah ayat 155-157 mendayu dan berkelebat dalam otaknya. Memberikan sensasi ketentraman dan menumbuhkan optimisme untuk melanjutkan kehidupan dengan bara iman yang menaungi jiwa kerdilnya.

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”

Maka kemudian yang terdengar hanya rintihan doa dari lisan si lelaki yang membisik lirih terbias kalah oleh derasnya guyuran hujan.

“Ya Allah, ridhakanlah hati ini atas semua mimpi yang tak menyata. Ikhlaskanlah atas harap paruh sayap jiwa yang tak mengepak bersama. Ampuni atas segala dosa yang mewarnai hati yang tak mampu hamba hindari. Dan karuniakanlah nikmat dengan pengganti yang jauh lebih baik, bagi diri terutama bagi dakwah dan agama ini. Engkau yang menganugerahkan cinta, maka hanya Engkau juga yang mampu menghapusnya. Mudahkan langkah kaki ini untuk mengayun mantap di jalan-Mu,, seberapapun beratnya dera yang terjadi pada raga. Karena hamba cinta Kau ya Rabb.. Dengan sebenar-benar cinta.. Dan semoga tak ada dusta yang mengaburkan maknanya..

Ya Ilahi, wahai Dzat yang Maha membolakbalikkan hati dan yang menggenggam jiwa,, tetapkanlah hati ini dan genggamlah jiwa ini senantiasa dalam keimanan, ketha-atan, dan kecintaan kepada-Mu, selalu dan selamanya… Selalu dan selamanya… Selalu dan selamanya..”

Dan rintik hujan pun mengamini senandung doa dari tulusnya jiwa..

sumber : Dakwatuna.com

Kesempurnaan Seorang Wanita (Bagian ke-1)

Sebuah suara samar mengusik tidur wanita itu. Menerobos halus celah gendang telinga, dan perlahan membawanya dari alam mimpi menuju keterjagaan raga. Namun matanya masih terpejam dalam kantuk yang masih menggelayut dalam. Tak ingin ia hirau akan suara yang masih samar terdengar. Tapi sekian detik kemudian suara itu semakin terang dalam keterjagaan telinganya sekarang.

“Tsabita.. Tsabita..”

Tiba-tiba saja matanya mengerjap terjaga dengan begitu cepatnya. Kantuk yang mengikatnya dalam lelapnya mimpi, bertolak kilat meninggalkannya. Salah dengarkah ia? Mimpikah? Sambil mencubit tangannya, dia amati wajah teduh pemilik suara. Perempuan itu tidak bermimpi. Dia dalam keterjagaan yang sempurna.

“Tsabita…” Nama itu kembali terucap dari lelaki di sampingnya. Begitu lirih. Begitu dalam. Begitu.., ah tak mampu ia menggambarkannya.

Wanita itu tercekat. Airmata begitu saja menderas dari kedua matanya. Dadanya teramat sesak. Bumi seakan ditindihkan di atasnya. Rasa sakit yang begitu dalam menjajah hatinya. Sakit. Sakit sekali. Sakit yang takkan bisa dilukis dengan sempurna oleh kata. Dia mencoba menguasai dirinya. Tapi ia gagal. Isaknya semakin menjadi. Tubuhnya berguncang menahan keterguguan. Kemudian dengan bersegera ia meninggalkan tempat tidurnya. Khawatir jika lelaki pemilik sumber suara itu terbangun karenanya.

Kran ia nyalakan. Suara air bergemericik mengalahkan isaknya. Dia terduduk lunglai di sana. Di dalam kamar mandi yang berada di luar kamar tidurnya. Maka menjadilah tangisnya. Yang dengannya, ia ingin mengeluarkan segala bongkah-bongkah pengganjal perasaannya. Ia ingin menjadikan air matanya itu sebagai hujan yang mengurai habis gumpalan mendung kelam yang ada di hatinya.

Setelah seperempat putaran jam, barulah ia mulai bisa mengendalikan dirinya. Kejernihan hati mulai mengikis masuk dalam kebuntuan akal yang tadi rapat tertutup jerat emosi kewanitaannya. Perlahan ia beranjak mendekati kran. Menangkupkan kedua telapak tangannya dalam dingin dan sejuknya air wudhu di pertengahan malam itu. Khusyu’ ia basuhkan air itu di wajahnya. Ia biarkan dinginnya meresap hingga ke dalam hatinya. Ia ingin membuang segala perasaan marah, sedih, kecewa dalam tetesan air suci yang mengurai dari setiap pori anggota wudhunya.

Dan kini wanita itu tersungkur dalam sujud panjangnya. Isakan itu menjadi lagi.

“Subhaana Rabbiyal a’laa.. Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi.. Maha Suci Engkau Ya Rabb.. Sungguh wanita penuh dosa ini kembali lagi mencari kesempurnaan dalam mata air Kesucian-Mu.. Dan dalam kekerdilan dan kerapuhan diri ini, izinkan hamba berlindung dalam Ketinggian dan Kesempurnaan cinta yang utuh menjadi milik-Mu..”

Setelah salam dilafadzkan. Tertengadah kedua tangannya mengharap kucur Cinta-Nya. Tangan itu bergetar hebat seakan tak mampu menangkup doa yang diucap oleh lisannya dalam keterbataan isak kata.

“Ya Rabbiy, Wahai Dzat Pemilik hati dan jiwa ini.. Hamba berserah pasrah kepadamu. Terhadap urusannya. Terhadap hatinya. Karena hanya Engkau yang berhak mengaruniakan cinta. Walaupun seluruh manusia mengeluarkan perbendaharaan hartanya untuk membantuku menebus cinta lelaki itu,, maka hamba tahu hal itu mustahil tanpa kehendak-Mu..”

“Ya Rahman, sungguh hamba telah menjadikan Engkau sebagai wali dari setiap urusan hamba.. Hamba bermohon dengan segala Kemahabesaran-Mu agar Engkau berkenan melapangkan hati hamba.. Menyamuderakan cinta hamba.. Meluaskan kemaafan dan kesyukuran hamba.. Hingga hamba sanggup menerima segala beban penggelayut jiwa ini dengan segala sikap dan amalan yang Engkau Ridhoi saja.. Tanpa dengan kecemburuan yang membuta..Tanpa dengan kemarahan yang membara.. Tanpa dengan kekecewaan yang mematikan rasa.. Dan dengan tanpa mengurangi bakti dan kecintaan hamba pada suami hamba..

Ridhokan hamba atas apa yang mampu ia berikan pada hamba. Jangan jadikan hamba wanita yang tidak bisa mensyukuri pemberiannya. Berikan hamba kecintaan terhadap apa yang menjadi kecintaannya.. Berikan hamba kecintaan terhadap apa yang menjadi kecintaannya.. Berikan hamba kecintaan terhadap apa yang menjadi kecintaannya.. Tercekat suara wanita itu. Ia biarkan air matanya meneruskan setiap doa yang masih ingin ia panjatkan setelahnya.. Dan tanpa sadar ia pun tertidur dalam kelelahan jiwa raga.

Suara alarm dari kamar tidurnya membangunkan wanita itu untuk kali kedua. Dia pun beranjak dari mushalla kecilnya dan bersegera menuju kamarnya. Lelaki yang telah menjadi suaminya selama hampir empat tahun itu masih pulas tertidur di sana. Terlalu lelah sepertinya, hingga suara alarm tak berhasil membangunkannya seperti sepertiga malam lainnya.

Wanita itu menatap dalam-dalam ke wajah itu. Air mata yang ingin menyeruak, ia tahan sekuatnya. Ia takkan menangis di depan imamnya. Lelaki luar biasa. Lelaki terbaik yang pernah ia kenal dalam hidupnya. Yang dalam tiga tahun masa panjang pernikahannya tak pernah sedikit pun kata-kata kasar meluncur dari bibirnya. Yang selalu menjaganya dengan penjagaan sempurna. Yang selalu menerima segala kekurangannya tanpa menghakimi dan mencari pembandingnya. Yang menumbuhkannya dengan ilmu dan menuntunnya untuk selalu menjadi muslimah yang semakin dewasa keimanannya dan semakin indah akhlaqnya dari waktu ke waktu.

Wanita itu ingin selalu mensyukuri setiap hal yang suaminya telah beri. Ia tahu bahwa suaminya senantiasa mengusahakan yang terbaik untuknya. Apapun segala kebaikan yang bisa diberikan oleh lelaki itu, selama ini telah ia terima dengan sempurna. Namun malam ini wanita itu terantuk pada kenyataan, bahwa hati lelaki itu bukanlah untuknya. Kecintaan lelaki itu bukanlah miliknya. Walaupun sesaat lalu dia masih dalam keyakinan bahwa dialah ratu hati lelaki itu. Yang kemudian baru saja ia tersadar bahwa itu hanyalah fatamorgana semu.

Tsabita..

Perempuan masa lalu itu ternyata masih menempati ruang tertinggi di hati lelaki berwajah teduh ini. Perempuan yang namanya tidak pernah tersebut dalam lisan suaminya di waktu sadarnya selama masa panjang bilangan tahun pernikahannya. Perempuan yang ia yakini bahwa suaminya telah mengusahakan segala hal yang bisa ia lakukan untuk mengeluarkannya dari hati, agar hanya ia satu-satunya wanita yang menempati singgasana dalam jiwa si lelaki. Dan wanita itu sadar, bukan salah suaminya jika pada akhirnya ia tidak mampu. Bukan salah lelaki itu jika cinta untuk perempuan itu masih melekat dengan erat di palung sukmanya. Sungguh bukan salahnya. Karena hak Dia seutuhnya untuk mengaruniakan cinta kepada apa dan sesiapa yang menjadi Kehendak-Nya.

Yah, rasa sakit itu ada. Kecemburuan yang begitu dalam pun telah sangat menyiksanya. Namun wanita ini segera tersadar, bahwa dulu sebelum ia menerima pinangan si lelaki, ia telah mengetahui resiko ini. Lelaki ini berkata jujur padanya akan semua masa lalunya sejak awal kedatangannya. Dan waktu itu, wanita ini telah menyalakan azzam untuk menerima segala konsekuensi atas pilihannya. Dan kini saatnya ia harus membuktikan semuanya.

Perlahan ia dekati sosok itu. Ia cium keningnya. Takzim. Sebagaimana suaminya selalu melakukannya saat membangunkannya. Lelaki itu membuka matanya. Tersenyum padanya. Perlahan bangkit dari posisi tidur dan berdiri menjajari istrinya.

“Yah, keduluan Ummi deh bangunnya. Afwan ya Sayang..” canda lelaki itu sambil meraih kepala istrinya. Membalas mencium kening wanita itu.

“Ga papa juga dong sekali-kali Ummi yang dapat pahala membangunkan. Masa Abi terus yang memborong pahala..” wanita itu tersenyum manja, menggelayut tangan suaminya.

“Yee, ga mau kalah ni ceritanya? Baiklah, besok-besok Ummi terus aja deh yang bangunin. Abi sih rela-rela aja setiap pagi dibangunkan oleh kecupan seorang bidadari..” sambil mengelus kepala istrinya.

“Ogah ah. Ntar Abi ngrasa jadi sleeping beauty lagi. Eh sleeping handsome ding.. hehe.. ”

“And the beast.. hehehe..” Mereka tertawa bersama

“Eh Mi, Ummi habis nangis? Matanya kok sembab gitu?” Lelaki itu tiba-tiba menghentikan tawanya.

Wanita itu diam sejenak. Berpikir bagaimana harus menjawabnya. Tapi senyumnya masih ia kembangkan, untuk menutupi segala kebingungan.

“Yah ketahuan ya? Iya Bi, Ummi tadi udah mencuri start shalat malam duluan. Tapi baru 2 rakaat kok. Ummi menangis karena Ummi tiba-tiba tersadar, betapa baiknya Allah sama Ummi. Mengaruniakan seorang lelaki luar biasa.. Lelaki surga.. Ah udah Bi, buruan ambil wudhu gih..”

“Hffh.. Abi yang harus jauh lebih banyak bersyukur kepada Allah Mi.. Karena Allah telah mengizinkan Abi untuk didampingi seorang wanita yang sebaik dan seindah Ummi..” Menatap dalam-dalam ke mata wanita itu. Kemudian sekali lagi mencium keningnya dan segera beranjak mengambil air wudhu.

Di sepertiga malam terakhir itu, wanita tersebut meminta imamnya agar membaca surat Ar-Rahman. Fabiayyi aalaa-I rabbikumaa tukadzdzibaan. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Seiring berulangnya kalimat itu dilafadzkan, semakin tergugu mereka berdua tenggelam dalam kedalaman maknanya. Semakin mereka merasa begitu kecil di hadapan Rabb-Nya. Hingga sebelum selesai surat itu dibaca pada rakaat pertama, lelaki itu sudah kehilangan suaranya. Tertelan oleh airmata yang mengalir tanpa bisa ditahannya. Membanjir memenuhi tenggorokannya. Dan akhirnya mereka berdiri dalam diam. Hanya isak mereka berdua yang terdengar semakin keras mengguncang.

Ya Rabb, ampuni kesyukuran kami yang hanya setetes saja, padahal Engkau telah memberikan kami nikmat yang luas menyamudera… Maafkan Ya Rahman.. Maafkan..

sumber : Dakwatuna.com

Sabtu, 26 Maret 2011

Jin dan Malaikat, Penghuni Alam Malakut

Jin dan Malaikat, Penghuni  Alam Malakut
Seorah jamaah wanita berdoa di Masjid Istiqlal, Jakarta (Ilustrasi).

"Wahai hamba-Ku, jika engkau ingin masuk ke wilayah kesakralan-Ku (Haramil Qudsiyah), jangan engkau tergoda oleh alam Mulk, alam Malakut, dan alam Jabarut, karena alam Mulk adalah setan bagi orang alim, alam Malakut setan bagi orang arif, dan alam Jabarut setan bagi orang yang akan masuk ke alam Qudsiyah." (Hadis Qudsi).


Dalam artikel terdahulu dibahas tentang apa itu alam Syahadah Mutlak dengan tingkatan-tingkatannya: alam Mulk, Mitsal atau Hayal, dan alam Barzakh, yang keseluruhannya ternyata akrab dengan manusia. Sementara alam Malakut yang lebih dikenal dengan alamnya para malaikat dan jin, merupakan suatu alam yang tingkat kedekatannya dengan alam puncak lebih utama dari pada alam-alam sebelumnya.

Namun, alam Malakut masih lebih rendah daripada alam di atasnya, seperti Jabarut dan Al-A'yan al-Tsabitah, yang akan dibahas dalam artikel mendatang. Mulai alam Mitsal sampai alam-alam di atasnya tidak bisa ditangkap panca indera dasar atau fisik manusia karena sudah masuk wilayah alam gaib. Manusia dengan panca indera fisiknya hanya mampu mengobservasi secara fisik alam Syahadah Mutlak, seperti alam mineral, alam tumbuh-tumbuhan, alam hewan, dan sebagian dari dirinya sendiri.

Alquran mengisyaratkan unsur kejadian manusia ada tiga, yaitu unsur badan atau jasad (jasad), unsur nyawa (nafs), dan unsur roh (ruh). Dalam Alquran, nyawa dan roh berbeda. Nyawa dimiliki tumbuh-tumbuhan dan binatang, tetapi unsur roh tidak dimiliki oleh keduanya, bahkan oleh seluruh makhluk Tuhan lainnya. Unsur roh inilah yang membuat para malaikat dan seluruh makhluk lainnya sujud kepada manusia (Adam).

Roh yang merupakan unsur ketiga manusia ini menjadi potensi amat dahsyat baginya untuk mengakses alam puncak sekalipun. Unsur ketiga inilah yang disebut sebagai ciptaan khusus (khalqan akhar) di dalam Alquran.

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian, Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang-belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik". (QS al-Mu'min [23]: 12-14).

Kata ansya'nahu khalqan akhar dalam ayat di atas, menurut para mufasir, maksudnya adalah unsur rohani setelah unsur jasad dan nyawa (nafs). Hal ini sesuai dengan riwayat Ibnu Abbas yang menafsirkan kata ansya'nahu dengan ja'ala insya' al-ruh fih, atau penciptaan roh ke dalam diri Adam. Unsur ketiga ini kemudian disebut unsur ruhani, atau lahut atau malakut, yang menjadikan manusia berbeda dengan makhluk biologis lainnya.

Unsur ketiga ini merupakan proses terakhir dan sekaligus penyempurnaan substansi manusia sebagaimana ditegaskan di dalam beberapa ayat, seperti dalam Surah al-Hijr: 28-29. Setelah penciptaan unsur ketiga ini selesai, para makhluk lain termasuk para malaikat dan jin bersujud kepada Adam dan alam raya pun ditundukkan (taskhir) untuknya. Unsur ketiga ini pulalah yang mendukung kapasitas manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi (QS al-An'am [6]: 165) di samping sebagai hamba (QS al-Zariyat [51]: 56).

Meskipun memiliki unsur ketiga, manusia akan tetap menjadi satu-satunya makhluk eksistensialis karena hanya makhluk ini yang bisa turun naik derajatnya di sisi Tuhan. Sekalipun manusia ciptaan terbaik (ahsan taqwim/QS al-Tin [95]: 4), ia tidak mustahil akan turun ke derajat paling rendah (asfala safilin/QS at-Tin [95]: 5), bahkan bisa lebih rendah daripada binatang (QS al-A'raf [7]: 179).

Eksistensi kesempurnaan manusia dapat dicapai manakala ia mampu menyinergikan secara seimbang potensi berbagai kecerdasan yang dimilikinya. Seperti orang sering menyebutnya dengan kecerdasan unsur jasad (IQ), kecerdasan nafsani (EQ), dan kecerdasan ruhani (SQ). Tidak semua aspek manusia itu dapat dipahami secara ilmiah dan terukur oleh kekuatan panca indera manusia. Karena memang unsur manusia memiliki unsur berlapis-lapis.

Dari lapis mineral tubuh kasar sampai kepada roh (unsur Lahut/Malakut) yang di-install Allah SWT sebagaimana ditegaskan lagi di dalam Alquran, "Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan roh-Ku kepadanya, tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya. Lalu, para malaikat itu bersujud semuanya". (QS Shad [38]: 72-73).

Para penghuni alam Malakut terdiri atas para jin dan malaikat, termasuk iblis. Alam ini tidak bisa diakses dengan panca indera atau kekuatan-kekuatan fisik manusia. Alam ini hanya bisa diakses manusia jika mereka mampu menggunakan potensi lahut dan malakut yang dimilikinya. Hubungan interaktif antara para penghuni alam dimungkinkan, mengingat berbagai alam itu sama-sama ciptaan Allah Swt.

Manusia sebagai makhluk utama memiliki kemampuan untuk itu karena kedahsyatan unsur ketiga tadi. Jika kita merujuk kepada pendapat Syekh Abduk Qadir Jailani yang membagi roh itu dalam empat tingkatan, semakin mudah kita memahami kemungkinan itu. Menurut Syekh Abdul Qadir Jailani dalam kitabnya Sirr al-Asrar, roh itu memiliki empat tingkatan.

Tingkatan itu adalah roh jasadi yang berinteraksi dengan alam Mulk; roh ruhani yang berinteraksi dengan alam malakut; roh sulthani yang berinteraksi dengan alam Jabarut; dan roh al-quds yang berinteraksi dengan alam Lahut. Namun perlu diingatkan di sini bahwa kita sebagai hamba tidak boleh terkecoh oleh bayangan keindahan alam-alam di atas manusia.

Jangan sampai kita lengah sehingga seolah-olah pencarian kita bukan lagi tertuju kepada rida Allah semata, melainkan sudah terkecoh oleh unsur-unsur kekeramatan. Semakin tinggi tingkat pencarian seseorang, semakin tinggi pula unsur pengecohnya, sebagaimana disebutkan dalam hadis qudsi di atas. Kerjakanlah semuanya dengan semata-mata karena Allah SWT.

Redaktur: Siwi Tri Puji B
Sumber: Republika Koran

Jumat, 25 Maret 2011

Hijrah Membawa Kieran Forde pada Islam


REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH - Perekonomian Irlandia pada tahun 1986 adalah dalam keadaan miskin. Hampir satu dari lima dari angkatan kerja menganggur, utang nasional tiga kali lipat pada periode yang sama dan utang / rasio GNP meningkat dari 88 persen menjadi 148 persen dan output nasional pada tahun 1986 tidak lebih tinggi dari enam tahun sebelumnya. Yang terburuk, 24 ribu pekerja menjadi pengangguran.

Kieran Forde, lahir dalam keluarga Katolik yang taat di sebuah desa di Irlandia, merasakan kesuraman itu. Lulus kuliah fakultas pertanian, ia menjadi pengangguran.

Ia berpikir, beremigrasi tampaknya menjadi jalan keluar dari situasi mendung yang mengungkungnya. Dengan sekelompok teman-temannya, ia mulai berburu pekerjaan ke luar negeri. Surat lamaran disebarnya ke seluruh negeri. Teman-temannya memenuhi panggilan-panggilan kerja: di Selandia Baru, Eropa, hingga Amerika Serikat. Namun bagi Forde, tak ada yang terasa mantap di hatinya.

Ia baru merasa tergerak saat menerima panggilan dari surat lamaran yang dikirimkannya ke sebuah lembaga di Arab Saudi. "Negeri itu pada kurun 1980-an sedang giat-giatnya membangun sektor pertanian," ujarnya.

Pemerintah Saudi telah memulai program untuk memodernisasi dan mengkomersialkan pertanian. Dukungan besar-besaran pemerintah dilakukan pada infrastruktur, termasuk pasokan listrik, irigasi, drainase, sistem jalan sekunder, dan sarana transportasi lainnya untuk distribusi dan pemasaran produk.

Maka ia angkat kopor meninggalkan negerinya, dan bergabung dengan Masstock Saudia di Riyadh pada divisi penjualan.

Kariernya menanjak di perusahaan itu, hingga terakhir menjadi direktur strategi. Forde berfokus pada pngembangan SDM pertanian Saudi. Ia menggarap anak-anak muda untuk menekuni pertanian. Orang muda, katanya, jauh lebih berpendidikan sekarang daripada ketika ia pertama kali datang.

"Kami mencoba merekrut dari Saudi pada tahun 1980-an tapi tidak bisa menemukan orang melampaui tingkat SMA. Sekarang mereka jauh lebih canggih."

Di satu sisi, ia tertantang dengan pekerjaan yang dilakukan. Di sisi lain, ia merasakan ketenangan batin luar biasa berada di antara kaum Muslim di negeri Muslim.

"Satu hal yang saya terkesan dengan ketika saya datang ke sini adalah nilai-nilai keluarga, mereka benar-benar memukul saya," katanya.

Ia menemukan kesamaan besar antara hubungan keluarga yang akrab di Arab dengan masyarakat perdesaan di Irlandia, tempatnya berasal. Namun, sentuhan Islam membuatnya terlihat lebih menariknya.

Forde, dengan kesadarannya sendiri, akhirnya memilih masuk Islam.

"Saya sangat terkesan dengan mengingat Allah dan nilai-nilai agama, semua hal. Beda dengan agama lain, Islam merasuk di semua sendi kehidupan," ujarnya.

Di sela-sela kerja, ia giat menimba ilmu Islam. "Saya sempat terpikir untuk menjadi seorang imam, sekembalinya saya ke Tanah Air saya," katanya.

Namun, suratan takdir berkata lain. Ia terpikat seorang gadis lokal, dan kemudian menikah.

"Sekarang 70 persen hati saya ada di sini," ujarnya. Sesekali ia mengunjungi tanah kelahirannya bersama anak-anak dan istrinya. "Keluarga saya sangat welcome terhadap anak-anak dan istri saya."

Redaktur: Siwi Tri Puji B

Kamis, 24 Maret 2011

Di Antara Tanda Dekatnya Kiamat, Gempa Bumi Semakin Marak


Oleh: Badrul Tamam

Al-hamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan berbagai nikmat kepada kita. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, keluarga, dan para sahabatnya.

Gempa bumi dengan skala yang besar sering terjadi pada tahun-tahun terakhir ini. Banyak korban jiwa karenanya. Kerugian materi juga tidak sedikit. Bahkan kehidupan masyarakat yang menjadi korban juga terlihat memprihatinkan.

Sesungguhnya banyaknya gempa bumi di zaman yang sudah tua ini telah jauh-jauh hari diberitakan oleh Nabi shallallau 'alaihi wa sallam empat belas abad yang lalu. Yaitu saat beliau hidup di tengah-tengah padang pasir yang tak seorangpun menguasai peta gempa bumi. Bahwa di akhir zaman akan banyak terjadi gempa bumi. Dan beliau mengaitkan femomena alam tersebut dengan semakin dekatnya hari kehancuran alam semesta (kiamat).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallah 'anhu berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

لَا تَقُومُ السَّاعَةُ. . . وَحَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ وَتَكْثُرَ الزَّلازِلُ

"Tidak terjadi hari kiamat dan sehingga dihilangkannya ilmu, banyak gempa bumi." (HR. Bukhari, no. 978)

Dalam Musnad Imam Ahmad, ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam duduk-duduk bersama para sahabatnya, di antaranya Salamah bin Nufail perawai hadits ini, beliau menyebutkan sebuah hadits yang di antara isinya; "Sebelum terjadinya kiamat akan terjadi kematian-kematian yang mengerikan, dan sesudahnya akan terjadi tahun-tahun gempa bumi."

Sesungguhnya di antara bentuk rahmat Allah Ta’ala kepada kita (umat muslim), Dia memberikan petunjuk-petunjuk akan dekatnya kiamat. Sedangkan hari kiamat tidak datang kecuali dengan tiba-tiba dan sangat mengejutkan.

Allag Ta’ala berfirman,

هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا السَّاعَةَ أَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

Mereka tidak menunggu kecuali kedatangan hari kiamat kepada mereka dengan tiba-tiba sedang mereka tidak menyadarinya.” (QS. Al-zukjruf: 66)

Ayat di atas menceritakan kondisi orang atheis dan orang yang lalai dari Allah dan ayat-ayat-Nya. Berbeda dengan orang beriman, ia selalu waspada terhadap adzab akhirat. Allah Ta’ala berfirman,

أَمْ مَنْ هُوَ قَانِتٌ آَنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآَخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ

”(Apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Al-Zumar: 9)

Gempa dan Tsunami

Tsunami merupakan salah satu fenomena dari gempa bumi yang terjadi di tengah samudera yang menimbulkan gelombang besar pasang dan menghantam pantai sehingga menghancurkan rumah-rumah dan bangunan, membunuh ribuan jiwa dan meluluhlantahkan apa saja yang dilaluinya. Dan ini merupakan bukti nyata bahwa azab Allah Ta’ala datangnya tiba-tiba. Allah Ta’ala berfirman,

وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَلَوْلَا أَجَلٌ مُسَمًّى لَجَاءَهُمُ الْعَذَابُ وَلَيَأْتِيَنَّهُمْ بَغْتَةً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ

Dan mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. kalau tidaklah karena waktu yang telah ditetapkan, benar-benar telah datang azab kepada mereka, dan azab itu benar-benar akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, sedang mereka tidak menyadarinya.” (QS. Al-Ankabut: 53)

Allah berfirman kepada para ghafilin (orang-orang yang lalai),

وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ

Dan ikutilah Sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya.” (QS. Al-Zumar: 55)

Begitu juga kiamat, ia akan datang secara tiba-tiba di saat manusia melalaikannya. Allah Ta’ala berfirman,

فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا السَّاعَةَ أَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً فَقَدْ جَاءَ أَشْرَاطُهَا فَأَنَّى لَهُمْ إِذَا جَاءَتْهُمْ ذِكْرَاهُمْ

Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena Sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka Apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila kiamat sudah datang?” (QS. Muhammad: 18)

Karena itulah, kami mengingatkan kepada saudara-saudara seiman bahwa tanda-tanda dekatnya kiamat satu demi satu sudah nampak di hadapan kita. Karena itulah, marilah kita segera bertaubat dan kembali kepada Allah Ta’ala, melaksanakan kebaikan-kebaikan dan terus berbekal di dunia yang fana ini untuk kehidupan yang abadi sesuai dengan firman Allah Ta’ala,

وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى

Dan berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)

Semoga Allah menganugerahkan kepada kita kesadaran akan fenomena alam yang terjadi disekitar kita. Semua itu menuntut agar kita mengagungkan dan membesarkan-Nya. Yaitu dengan mematuhi segala perintah-perintah serta menjauhi larangan-Nya. Wallahu Ta’ala a’lam. [PurWD/voa-islam.com]

Emma Clark, Arsitek Taman Istana yang Jatuh Hati pada Islam


Emma Clark, Arsitek Taman Istana  yang Jatuh Hati pada Islam
Emma Clark

REPUBLIKA.CO.ID, Mungkin dengan mudah kita banyak menjumpai para ahli arsitektur taman. Namun, tidak demikian dengan mereka yang mengkhususkan diri pada rancangan taman berkonsep Islam. Emma Clark merupakan salah satunya. Di tanah kelahirannya, Inggris, perempuan paruh baya ini memang dikenal luas sebagai seorang arsitek spesialis taman bernuansa Islam.

Emma adalah seorang muslimah Inggris yang memeluk agama Allah bukan dari jalur keturunan dan keluarga. Ia baru memeluk Islam tujuh tahun lalu, tepatnya pada pertengahan Februari 2004 silam. Emmas lahir dan tumbuh di tengah-tengah keluarga pemeluk Kristen Protestan yang terbilang taat.

Kabar mengenai kepindahan Emma menjadi seorang pemeluk Islam sempat menghiasi pemberitaan di berbagai media di Inggris. Maklum saja, karena keluarga besar Emma termasuk salah satu keluarga terpandang di negeri Ratu Elizabeth II ini. Kakek buyut Emma, Herbert Henry Asquith, pernah menjabat sebagai perdana menteri Inggris periode 1908 hingga 1916. Sang kakek buyut juga dikenal sebagai tokoh yang ikut melibatkan Inggris dalam Perang Dunia (PD) pertama.

Perihal keputusannya berpindah keyakinan, Emma enggan membagi kisahnya kepada media-media Inggris. "Kita semua adalah satu ras. Saya berharap fenomena ini bukan seperti musim yang segera berlalu,'' ujarnya kepada harian Sunday Times menanggapi fenomena maraknya warga kalangan menengah ke atas di Inggris yang memeluk Islam beberapa tahun terakhir.

Harian Sunday Times menyebutkan bahwa Emma Clark termasuk salah satu arsitek taman yang ikut membantu membuat desain sebuah taman bernuansa Islam di kompleks rumah sekaligus peternakan milik putera mahkota Kerajaan Inggris, Pangeran Charles, yang terletak di Highgrove, kawasan Gloucestershire. Konsep taman tersebut ia beri nama "Carpet Garden". Ia juga ikut merancang taman serupa di seputar tempat parkir sebuah masjid di Woking, Surrey.

Konsep taman ada dalam Alquran

Dalam merancang sebuah taman, Emma tidak pernah keluar dari konsep rancangan sebuah taman dalam ajaran Islam. Karenanya tak mengherankan jika ia banyak mengacu kepada gambaran konsep sebuah taman sebagaimana yang banyak diterangkan di dalam kitab suci Alquran.

Emma bahkan telah menulis buku mengenai konsep taman Islam. Dalam bukunya yang diberi judul The Art of The Islamic Garden ini Emma secara khusus mengulas bagaimana Alquran tidak hanya mengajarkan kepada umat Islam mengenai masalah ibadah, tetapi juga mengajarkan banyak hal. Salah satunya adalah mengenai konsep penataan sebuah taman.

''Islam mengajarkan bahwa semua kebun atau pun taman yang ada di muka bumi ini hendaknya dibuat berdasarkan konsep taman dan kebun di surga seperti yang digambarkan dalam Alquran,'' papar Emma.

Ketertarikan Emma terhadap penataan taman sesuai dengan konsep Alquran berawal dari fenomena peningkatan suhu global yang mulai melanda kawasan Eropa Utara. Peningkatan suhu global melanda kawasan Eropa Utara ini telah mengusik rasa kepedulian Emma sebagai seorang arsitek taman untuk mendesain sebuah taman yang dapat mengurangi dampak pemanasan global.

Berawal dari situlah Emma kemudian melakukan sejumlah penelitian. Dari berbagai penelitian yang dilakukannya Emma menemukan fakta bahwa konsep taman yang dikembangkan oleh para arsitektur muslim di masa kekhalifahan Islam ternyata sangat ramah lingkungan dan bisa menjadi solusi untuk mengatasi peningkatan suhu global yang mulai melanda sejumlah tempat di muka bumi.

Hasil penelitiannya ini kemudian ia tuangkan dalam sejumlah konsep taman di Inggris. Konsep taman Islam yang ditawarkan oleh Emma ini pun banyak diminati di negara-negara di luar Inggris. Dan, sejak saat itu namanya dikenal luas sebagai arsitek spesialis taman Islam.

Berdasarkan konsep Islam, terang Emma, pohon-pohon yang ada di dalam taman hendaknya ditanam secara selang- seling antara pohon cemara dan pohon buah-buahan. Untuk pohon buah, ia merekomendasikan pohon almond, cherry, apel, pear atau pohon plum. Namun, jenis pohon buah yang akan ditanam, menurut Emma, bisa saja disesuaikan dengan iklim daerah setempat. Misalnya, di Inggris, bisa saja jenis pohon buah yang ditanam adalah buah murbei.

Dalam Alquran, ungkap Emma, ada empat jenis pohon yang banyak disebut, yakni ara, zaitun, delima dan kurma. Dalam konsep taman yang dibuatnya di kediaman pribadi Pangeran Charles di Highgrove, Gloucestershire, Emma menggunakan tiga dari empat jenis pohon yang banyak disebut dalam Alquran ini. Untuk taman di kediaman Pangeran Charles, ia menggunakan pohon ara, zaitun dan delima. ''Kalau kurma saya anggap tidak cocok untuk di tanam di lokasi ini.''

Dalam bukunya, Emma juga memaparkan bahwa konsep taman dalam Islam hendaknya memiliki elemen air di dalam taman, berupa kran-kran air yang dalam konsep Islam berfungsi sarana untuk berwudhu atau bersuci. Selain itu juga terdapat kran air khusus yang berfungsi sebagai focalpoint pada taman utama, yang dapat memancarkan air sewaktu-waktu. n dia

Keberadaan sebuah taman dalam Islam juga menjadi suatu simbol bagi keterbukaan, dimana taman berfungsi sebagai open space (ruang terbuka). Karenanya penanaman vegetasi pada burffer area (ruang penyangga) menggunakan tanaman yang bersifat tembus pandang (tidak terlalu rapat).

Selasa, 22 Maret 2011

Biodata IBLIS Ditemukan Secara Tidak Sengaja



Nama : Iblis

Kedudukan : Pemimpin tertinggi syetan jin dan syetan manusia.

Gelar : Laknatullahi'alaihi (semoga Allah melaknatnya)

Lahir : Sebelum Nabi Adam alaihissalam diciptakan

Tempat Tinggal : Tempat-tempat yang kotor, WC, dan rumah-rumah manusia yang terdapat gambar & patung, serta rumah yang tidak disebutkan Nama Allah Azza Wajalla ketika orang memasukinya. (baca : Tempat Mangkal Favorit Syetan)

Kemampuan : Tidak dapat mengetahui yang Ghaib, namun ia dapat berubah bentuk menyerupai wujud manusia, hantu, anjing hitam, ular atau wujud lainnya.

Agama : Kafir

Ciri2 Sosok dan Rupa : Ghaib, ia dan keturunannya tidak mudah dilihat. “Sesungguhnya ia (syetan) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.” (Lihat QS.Al-A’raf: 27)

Sifat : Sombong.
"Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?’ Iblis menjawab, ‘Aku lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan aku dari api sedang Engkau ciptakan dia dari tanah’ (Lihat QS.Al-A’raf: 12)

Bahasa: Dapat mengetahui semua bahasa manusia, punya kemampuan membaca, memahami, berbicara dan Berkomunikasi tanpa menggunakan aksen asing.

Juru Bicara: Paranormal, Dukun, dan penyebar ideologi-ideologi sesat.
Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki diantara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki diantara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (Al-Jin: 6) (Lihat Qa’idah ‘Azhimah, hal. 152)

Asisten : Para wanita yang menampakkan aurat nya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda “Wanita itu adalah aurat, apabila ia keluar rumah maka syaitan menghias-hiasinya (membuat indah dalam pandangan laki-laki sehingga ia terfitnah)”. (HR. At Tirmidzi, dishahihkan dengan syarat Muslim oleh Asy Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi`i dalam Ash Shahihul Musnad, 2/36).

Masa Jabatan: Sampai hari kiamat. Iblis pernah memohona: "Ya Tuhanku, beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan" (Lihatlah QS.Shaad:79)

Kaki Tangan : Orang kafir, Fasiq, Murtad, dan Munafiq. Orang-orang boros adalah saudara-saudara syaithan" (Lihat QS.Al-Isra:27).

Kekasih di Dunia: Para penjudi, peminum khamr, pezina dan mereka-mereka yang bermaksiat kepada Allah Ta'ala. "Sesungguhnya syetan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu dan berjudi itu dan menghalangi kamu untuk untuk mengingat dan shalat". (QS.Al-Maa’idah:91)

Musuh utama: Para Nabi dan Ulama yang memikul tugas kenabian.
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh yaitu syetan-syetan manusia dan jin sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yg lain perkataan-perkataan yg indah-indah utk menipu” (Lihat QS.Al-An’am:112).

Musuh Umum: Setiap orang mu'min.
"Maka kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka". (Lihat QS.Thaha:117)

Hobby : Berbuat keji, merusak dan menjerumuskan manusia dan Jin ke dalam kekufuran dan menyesatkan mereka sejauh-jauhnya. "Wahai orang-orang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, Maka Sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar" (Lihat QS.An-Nur: 21)

Cita-Cita: Menjadikan seluruh manusia dan jin menjadi sesat dan kafir dan menjadi pengikutnya.

Tujuan Hidup : Menggiring manusia ke dalam neraka. Iblis pernah bersumpah: "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus" (Lihat QS.Al-A'raf:16).

Makanan dan minuman Favorit : makanan dan minuman yang tidak disebutkan nama Allah 'aza wajalla atasnya. “Sesungguhnya setan ikut makan dengan orang yang tidak menyebut nama Allah (didalam makan & minumnya).” (HR. Muslim 6/107)

Jika seseorang makan dan mengucapkan basmillah, maka syetan berkata: ‘Tidak ada kesempatan menginap dan bersantap malam’.” (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)

Tempat Favorit : Tempat najis dan tempat-tempat maksiat. Jin yang jahat dan merusak, mereka tinggal di kamar mandi dan tempat-tempat yang kotor. (Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika kamu akan masuk WC, maka bacalah:
Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari hal-hal yang keji dan kotor.” (HR. Bukhori 1/48)

Tempat yang Dibenci: Majelis Ilmu, medan jihad dan tempat-tempat ketaatan.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memerintahkan kepada kita agar menutup pintu-pintu sembari beliau mengatakan: ‘Sesungguhnya syetan tidak dapat membuka yang tertutup dengan membaca Basmalah.

Lukisan kesayangan: Tato dan simbol-simbol iblis.
Dari Abu Juhaifah Radiyallahu ‘anhu : “Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam telah melarang dari (memakan) hasil (jual beli) darah, anjing, usaha pelacuran, dan (beliau) telah melaknat pemakan riba, yang menyerahkannya, pembuat tato (gambar tubuh), yang meminta ditato serta tukang gambar.” (HR Bukhari).

Mata Pencaharian : Setiap harta yang haram.

Suara kesukaan: Musik dan nyanyian.
Dari Anas bin Malik berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda, ”Dua suara terlaknat di dunia dan di akhirat; ‘Seruling-seruling (musik-musik atau nyanyian) ketika mendapat kesenangan, dan rintihan (ratapan) ketika mendapat musibah’.” (Dikeluarkan oleh Al Bazzar dalam Musnad-nya, juga Abu Bakar Asy Syafi’i, Dliya’ Al Maqdisy, lihat Tahrim ‘alath Tharb oleh Syaikh Al Albani halaman 51-52)

Yang ditakutkan & dikhawatirkan oleh nya: Manusia yang Ta'at kepada Allah dan istiqomah diatas nya (Al-Qur'an dan As-Sunnah). “Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Robb-nya.” (Lihat QS.An-Nahl: 99)

PESAN ROSULULLAH BUAT KITA
Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya di Madinah terdapat golongan jin yang telah masuk Islam, maka jika kalian melihat sebagian mereka –dalam wujud ular– berilah peringatan tiga hari. Dan apabila masih terlihat olehmu setelah itu, bunuhlah ia, karena sebenarnya dia adalah syetan.” (HR. Muslim no. 2236 dan 139 dari Abu Sa`ib, maula Hisyam bin Zuhrah) [3]

“Apabila salah satu di antara kamu bangun dari tidur hendaknya berwudhu dan mengeluarkan air hidung tiga kali karena sesungguhnya syetan bermalam di lubang hidungnya.” (HR. Muslim 1/146).

“Sesungguh syetan itu berjalan di dlm diri anak Adam melalui aliran darah.”


Jabir bin Abdillah berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila sudah lewat beberapa saat dari tenggelamnya matahari, maka boleh kamu lepaskan anak-anakmu dan tutuplah pintu rumah dan bacalah basmalah, karena syetan tidak bisa membuka rumah yang tertutup.” (HR. Bukhari 7/145)

Dari Ibnu Abbas Radiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda : "(Sesungguhnya kami para) Malikat tidak masuk rumah yang didalamnya ada anjing dan gambar” (HR Bukhari & Muslim, dengan lafadz Muslim).

Dari Zaid bin Khalid dari Abi Talhah secara marfu’: “Malaikat tidak akan masuk rumah yang didalamnya ada anjing dan patung (gambar).” (HR Muslim).

Janganlah kamu menjadikan rumahmu seperti kuburan, sesungguhnya syetan lari dari rumah yang dibaca di dalamnya surat al-Baqoroh.” (HR. Muslim 2/188)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Apabila anak Adam membaca ayat sajdah lalu dia sujud, maka setan itu pergi dan menangis dan berkata; 'celaka diriku, anak Adam diperintah sujud, maka dia sujud, lalu dia mendapat surga sedangkan aku diperintah sujud aku enggan maka aku masuk neraka'.” (HR. Muslim 1/61)

“Sesungguhnya setan apabila dikumandangkan adzan dia lari sambil mengeluarkan suara kentutnya.” (HR. Muslim 2/6)[/list]

Maka kita katakan: “Ya Rabbku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung kepada Engkau ya Rabbku dari kedatangan mereka kepadaku.” (lihat Nashihatii li Ahlis Sunnah Minal Jin)

sumber : situslakalaka.blogspot.com

Minggu, 20 Maret 2011

Perjalanan Panjang Sang Mantan Misionaris Menemukan Islam


Nama saya Iselyus Uda. Istri saya Maria Juana. Lima belas tahun saya menjadi penginjil di Kalimantan Tengah sampai akhirnya saya bertemu dengan seorang laki-laki dalam suatu mimpi.

Benarkah Ia Rasul yang terpuji?
Tidak pernah terbayang kalau kelak saya akan menginjakkan kaki di negeri yang dirindukan umat Islam (tanah Haram). Bahkan tak pernah terpikir saya akan memeluk agama yang tadinya saya benci (Islam). Sebab, sejak kecil saya dan istri biasa hidup di lingkungan adat yang sama sekali bertentangan dengan ajaran Islam.

Memang, di dalam masyarakat Dayak terdapat beberapa anak suku, yaitu Kenyah, Iban, Kayan, Bahau dan sejumlah kelompok kecil yang tersebar hampir di seluruh Kalimantan, termasuk Sabah dan Serawak di wilayah Malaysia Timur. Namun akar budaya dan kepercayaan kami nyaris tidak berbeda.

Jasa penginjil
Tak seorang pun penganjur Islam yang pernah memberi tahu bahwa ada keringanan-keringanan yang tidak terlalu keras menajiskan anjing dan babi, serta tidak terlalu memaksa seseorang yang baru membaca syahadat agar segera dikhitan. Seakan keringanan itu sengaja disembunyikan.

Berbeda dengan sikap para penginjil, baik dari kalangan agama Katolik maupun Protestan. Sesudah Perang Dunia berakhir mereka datang berduyun-duyun membawa hadiah, ilmu dan pengetahuan baru yang dapat mengubah cara hidup kami tanpa mengharubiru adat istiadat dan upacara ritual nenek moyang.

Sungguh mereka banyak berbuat untuk suku Dayak, termasuk saya dan seluruh keluarga saya, yang sebagai pengikut Yesus dan Bunda Maria, segala kebutuhan hidup kami selalu dipenuhi. Oleh karena itu, untuk menanggung delapan orang anak dan seorang istri, saya tidak pernah mengeluh walaupun selama lima belas tahun saya sepenuhnya hanya mengabdikan diri pada agama Katolik selaku penginjil.

Sudah tak terhitung banyaknya penduduk yang dapat saya ajak masuk gereja. Apalagi sejak saya dianugerahi amanat memimpin umat Katolik di desa Bangkal oleh gereja Sampit. Makin menggebu-gebu semangat saya untuk mengibarkan panji-panji sang juru selamat dan menegakkan palang salib di berbagai penjuru.

Mimpi yang menakjubkan
Tiga tahun saya menebarkan ayat-ayat Injil di mimbar gereja dan di berbagai persekutuan doa di desa bangkal dan desa-desa lainnya. Kemudian saya dipercaya pula untuk mengumandangkan misi gereja di kecamatan Cempaga sejak tahun 1978. Berkat kegigihan saya, hingga hampir segenap waktu saya tersita oleh kegiatan pelayanan rohani, bahkan saya berhasil mengajak umat dan berbagai pihak untuk bersama-sama membangun gereja yang besarnya lumayan, lengkap dengan asramanya.

Dua tahun saya mengucurkan keringat, memeras tenaga dan pikiran demi kejayaan agama Katolik melalui gereja yang saya dirikan. Sungguh bangga hati saya, sungguh mantap kaki saya. Namun di balik kepuasan batin itu ada sesuatu yang terngiang-ngiang jauh di dasar sanubari saya.

Entah mengapa dan dari mana datangnya tuntutan itu, tidak pernah terungkap sama sekali. Yakni tanda tanya yang tak mampu saya jawab meskipun telah saya gali lewat firman-firman suci. Apakah betul yang saya tempuh berasal dari Tuhan? Tidak kelirukah saya menyerahkan diri bulat-bulat dalam keyakinan itu?

Kebimbangan tersebut betul-betul sangat menyiksa hidup saya dan senantiasa mengusik ketentraman batin saya. Seolah ada sebuah lubang pada diri saya yang tidak mampu saya tutupi, malah saya rasa makin lama makin dalam dan lebar. “Ya Tuhan, kalau Engkau Maha Kuasa dan Maha Penyayang, tunjukkanlah kebenaran yang sempurna,” demikian ratap saya tiap malam tatkala suasana sedang lengang dan kesunyian sedang mencekam sambil saya genggam rosario (kalung salib) erat-erat.

Saya menggapai-gapai bagaikan hampir tenggelam di tengah-tengah samudera kehampaan. Saya berteriak nyaring di tengah gurun kesunyian. Saya merasa ditinggalkan sendirian dalam sebuah lorong gelap dan pengap setelah seberkas cahaya yang tadinya saya jadikan pedoman kian buram dan hampir padam. Saya merindukan sinar terang yang tidak menipu saya dengan bercak-bercak fatamorgana. Saya mendambakan jalan lurus menuju haribaan Tuhan yang sejati dan hakiki.

Tiba-tiba, pada suatu malam menjelang akhir Oktober 1980, ketika kesibukan untuk mengabarkan Injil dan menawarkan kerajaan surga tengah mencapai puncaknya, saya didatangi mimpi yang sangat aneh. Seorang lelaki berjenggot rapi mengunjungi saya antara tidur dan jaga. Pundak saya ditepuk dan tangan kanan saya ditariknya. Saya menoleh. Betapa takjub saya melihat sosok manusia yang begitu tampan dalam usia bayanya. Berpakaian serba putih dengan rambut berombak tertutup selembar kain halus yang juga berwarna putih, ia tampak sangat agung dan anggun. Saya merasa damai oleh sentuhan pandang dan senyumnya.

Dituntunnya saya menjelajahi hamparan tanah yang tandus menuju sebuah gurun pasir yang luas dan gersang. Anehnya, meskipun matahari terik membakar, saya justru terlena oleh kesejukan yang indah dan menawan. Seolah gumpalan awan besar menaungi kami berdua.

Ketika tiba di tempat tujuan, entah di mana saya tidak tahu, ia mempersilakan saya masuk ke suatu kawasan yang asing dan sakral. Saya lihat ribuan manusia berselimut putih-putih bergerak bak busa ombak mengelilingi sebuah bangunan hitam berbentuk kubus menjulang ke atas membelah langit sambil berlari-lari kecil.

Di antara mereka ada yang sedang bersujud dengan khusyuk, banyak pula yang berebutan mengecup batu hitam kebiruan yang menempel di dinding kubus itu. begitu saya datang, kerumunan manusia tadi menyibakkan diri dan memberikan kesempatan kepada saya untuk memeluk dan mencium batu berkilat itu sepuas hati. Amboi, alangkah harumnya, alangkah tenteramnya.

Setelah itu ia mengarak saya bersama gemawan ke tempat lain yang pemandangannya amat berbeda, tetapi suasananya sama, penuh keagungan. Saya bertanya, “Bangunan apa yang teduh ini?” Ia menjawab, “Ini yang dinamakan Masjid Nabawi.”

Sebagai penginjil saya pernah mengenal istilah itu, sebab mempelajari agama-agama lain adalah modal untuk membeberkan kebenaran kami dan membongkar kelemahan mereka. Oleh karena itu saya terkejut. mengapa saya dibawa ke mari?

“Gundukan tanah yang di tengah itu untuk apa?” kembali saya bertanya. “Itu makam Nabi Muhammad,” sahutnya. Mendengar penjelasan itu saya pun makin kaget. Nabi Muhammad adalah pembawa ajaran Islam. Ada hubungan apa dengan saya sampai diajaknya saya berziarah ke sini?

Meski beribu kebingungan menyemak di hati saya dan berbagai tanda tanya merimbun di benak saya, sekonyong-konyong, tanpa dimintanya saya bersimpuh di depan kuburan yang sederhana itu. Air mata saya menetes. Saya terharu walau pun tidak tahu mengapa bisa terharu.

Saya cuma membayangkan betapa mulianya pemimpin kaum Muslimin itu yang pengikutnya ratusan juta orang, tetapi makamnya begitu bersahaja, yang ajarannya ditaati umatnya, namun kematiannya tidak boleh diratapi. Saya terpana sangat lama sehingga tatkala saya sadar kembali, lelaki yang mengantar saya tadi telah menghilang.

Panggilan hati
Saya ceritakan mimpi saya kepada istri dan anak-anak saya. Mereka terkesima. Istri saya berkaca-kaca; saya tidak mengerti apa sebabnya. Barulah pada malam harinya, ketika kami cuma berdua, ia berkata, “Saya yakin itu bukan sekadar mimpi. Itu panggilan. Dan kita berdosa kepada Tuhan apabila tidak mau mendatangi panggilan-Nya.”
“Maksudmu?” saya tidak paham akan maksud istri saya.

“Kita tanya kepada orang yang ahli agama Islam. Siapakah lelaki baya yang mengajak Abang itu. Dan bagaimana makna mimpi itu. Kalau memang benar merupakan panggilan Tuhan, berarti kita harus masuk Islam,” jawab istri saya tanpa ragu-ragu.

Sayalah yang justru dilanda kebimbangan, terombang-ambing dalam iman Kristiani yang makin goyah. Apalagi tiap kali teringat akan salah satu surah al-Qur’an yang pernah saya pelajari, “Tuhanmu adalah Allah Yang Maha Tunggal, Yang Tidak Beranak dan Tidak Diperanakkan,” (QS al-Ikhlash).

Saya ingin lari menghindari dengungan batin itu. Namun keyakinan saya tak cukup kuat untuk menahan deburan ayat-ayat suci al-Qur’an. Untungnya pada tahun 1983 gereja Sampit memindahkan saya ke Medan, tugas saya ke desa Resettlement untuk mengobarkan semangat Injil pada masyarakat setempat.

Saya terima tugas itu dengan setengah hati sebab semangat Injil saya sendiri sedang meluntur ke titik paling rawan. Anehnya, saya merasa bahagia menerima keadaan itu, lebih-lebih ucapan istri saya yang tak pernah lenyap dari pendengaran saya. “Kalau mimpi itu merupakan panggilan Tuhan, kita berdosa jika tidak mendatangi-Nya. Kita harus masuk Islam.”

Akhirnya, pada awal Maret 1990 saya sekeluarga mengunjungi Kantor Urusan Agama Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, sesudah lebih dulu mendapat penjelasan dari seseorang yang saya percayai memiliki pengetahuan mendalam tentang agama Islam.

Ia mengatakan bahwa lelaki dalam mimpi saya adalah Nabi Muhammad. Diterangkannya lebih lanjut bahwa tidak semua orang, termasuk kaum Muslimin, bisa memperoleh kehormatan bertemu dengan Nabi dalam mimpi. Dia meyakinkan saya bahwa mimpi itu bukan dusta, bukan kembang tidur. Sebab, Iblis tak sanggup menyerupai Nabi walaupun ia bisa menyamar sebagai Malaikat (walau kelak dikemudian hari aku menyadari bahwa Syetan bisa saja menjelma menjadi orang lain lalu mengaku sebagai Nabi).

Tetapi Itulah yang kian memantapkan tekad saya sekeluarga untuk memeluk ajaran Islam. Maka dengan bimbingan Mahali, BA, kami mengucapkan dua kalimah syahadat disaksikan oleh para pendahulu kami, Arkenus Rembang dan Budiman Rahim, dari Kantor Departemen Agama Sampit. Nama saya, Iselyus Uda, diganti dengan Muhammad Taufik; istri saya menjadi Siti Khadijah.

Begitu pula kedelapan anak saya yang memperoleh nama baru yang diambilkan dari al-Qur’an. Sepulang dari upacara persaksian itu dada saya terasa sangat lapang dan dunia makin benderang. Tengah malam saya mengangkat kedua tangan dan menggumam, “Ya Tuhan, terpujilah nama-Mu, telah datang kerajaan-Mu. Kami bersyukur kepada-Mu, ya Allah, untuk anugerah kebenaran ini.”

Menebus mimpi
Sejak hari paling bahagia itu saya mulai berangan-angan, kapankah pemandangan dalam mimpi saya dulu itu bisa terwujud. Saya merindukan Tanah Suci tempat kelahiran Nabi saw dan tempat jenazahnya dimakamkan, yaitu Makkah dan Madinah. Kecuali dengan kuasa Allah, rasanya mustahil terlaksana mengingat kemampuan ekonomi saya tidak secerah semasa menjadi penginjil. Akan tetapi saya tidak mengeluh. Memang pada segi materi terjadi penurunan, tetapi dari segi yang lain kehidupan kami bertambah makmur, sejahtera, dan penuh barokah.

Kekurangan kami sedikit, kami anggap biasa, itulah ujian iman. Materi bukanlah segala-galanya. Yang penting, anak-anak dapat melanjutkan pendidikan mereka dan kebutuhan sehari-hari kami tercukupi. Adapun hidup berlebihan bukan tujuan utama. Buat kami sudah puas dengan kaya di hati dan rezeki yang halal.

Saya tidak tahu apakah keikhlasan itu diterima Tuhan, ataukah lantaran sudah tertulis dalam takdir-Nya bahwa saya sekeluarga harus menjadi Muslim dan Muslimat yang kuat. Peristiwa yang terjadi dua pekan setelah kami masuk Islam membuat saya makin bersyukur kepada Allah, yaitu ketika Kakandepag Kotawaringin Timur, Drs. H. Wahyudi A. Ghani, bertamu ke rumah saya di Desa Resettlement. Ia tidak hanya bertandang, tetapi mengantarkan tebusan mimpi.

Ia mengabarkan bahwa Menteri Agama, H. Munawir Syadzali, MA, menaruh simpati kepada saya dan berkenan memberangkatkan kami suami istri untuk menjalani ibadah umrah. Subhanallah, alangkah akbarnya Engkau, alangkah luasnya kasih sayang Engkau. Sungguh saya tidak mampu menggoreskan pena atau menggerakkan lidah guna menggambarkan kegembiraan dan kebahagiaan saya.

Tidak bisa lain yang menggugah hati Menteri Agama, seorang petinggi negara di antara 170 juta lebih bangsa Indonesia, pasti Allah yang Maha Kuasa. Tanpa kehendak-Nya mana mungkin perhatiannya terlintas kepada seorang warga desa terpencil di Kalimantan Tengah ini, padahal kegiatannya selaku menteri tidak kepalang sibuknya.

Saya dan istri langsung bersimpuh di hadapan Allah Azza wa Jalla seraya melakukan sujud syukur. Kami pun tidak mengeluh walau keberangkatan kami ke Tanah Suci tertunda beberapa bulan. Sedianya kami akan diberangkatkan pada Juli 1990; namun karena terhalang oleh musibah Mina, terpaksa diundur ke bulan Januari 1991.

Akhirnya, kami kesampaian mewujudkan pemandangan dalam mimpi dengan melaksanakan thawaf mengelilingi Ka’bah, menunaikan sa’i antara bukit Shafa dan Marwah, serta berziarah ke makam Rasulullah saw.

Agaknya doa kami di tempat-tempat mustajab di Makkah dan Madinah mulai dikabulkan-Nya. Buktinya, setiba kembali dari Tanah Suci ada seorang hartawan yang tidak ingin disebut namanya, mewakafkan sebidang tanah kepada saya.

Saya berniat menghabiskan sisa umur saya untuk membayar dosa-dosa pada masa silam tatkala lima belas tahun lamanya saya bekerja keras memurtadkan umat Islam dan merayu banyak orang agar mengikuti keyakinan saya kala itu. Ihdinash shirathal mustaqim. (Sabili)

Seperti dituturkan M. Taufik kepada Musthafa

sumber : situslakalaka.blogspot.com

Halaman Ke