Kamis, 11 Agustus 2011
Sejarah Hidup Muhammad SAW: Pengepungan Ta'if
Kaum Muslimin merasa gembira sekali akan karunia yang telah diberikan Tuhan itu. Mereka tinggal menunggu pembagian rampasan perang dan dengan itu mereka kembali pulang. Akan tetapi Rasulullah menginginkan suatu kemenangan yang lebih cemerlang lagi.
Jika Malik bin Auf yang telah mengerahkan orang-orang, kemudian setelah mengalami kekalahan mencari perlindungan pada pihak Tsaqif di Ta'if, maka pihak Muslimin dapat mengepung Ta'if lebih ketat lagi. Begitulah cara menghadapi Khaibar setelah Perang Uhud, dan terhadap Quraizah setelah Khandaq.
Mungkin suasana ini mengingatkan Rasulullah ketika beberapa tahun sebelum Hijrah, beliau pergi ke Ta'if, mendakwahkan Islam kepada penduduk kota itu. Tetapi beliau malah dicemooh, dan anak-anak melemparinya dengan batu.
Sehingga beliau terpaksa berlindung di sebuah kebun anggur. Kini Rasulullah berangkat menuju Ta'if dengan sebuah rombongan Muslimin, dengan jumlah yang belum pernah disaksikan sepanjang sejarah jazirah itu.
Rasulullah memerintahkan pasukan Muslimin mengepung Tsaqif yang dipimpin oleh Malik bin Auf. Ta'if adalah sebuah kota yang sangat kokoh, tertutup rapat oleh pintu-pintu gerbang seperti kebanyakan kota-kota negeri Arab ketika itu. Penduduk kota ini sudah punya pengetahuan dalam soal kepung-mengepung dalam peperangan dan mempunyai kekayaan yang cukup besar pula untuk membuat perbentengan yang kuat.
Ketika kaum Muslimin telah sampai di Ta'if, Nabi memerintahkan pasukannya berhenti dan bermarkas di dekat kota itu. Sahabat-sahabat dikumpulkan untuk diajak berunding tentang apa yang akan harus dilakukan.
Namun begitu pihak Tsaqif melihat kaum Muslimin dari atas perbentengan, mereka menghujankan serangan panah. Sehingga tidak sedikit pihak Muslimin yang terbunuh. Dan tidak pula mudah bagi Muslimin untuk menyerbu benteng-benteng yang sangat kokoh itu.
Rasulullah SAW memerintahkan agar markas dipindahkan jauh dari sasaran panah, ke sebuah tempat—yang kemudian setelah Ta'if menyerah dan menerima Islam—dibangunnya masjid Ta'if. Anak panah Tsaqif telah menewaskan 18 orang Islam, dan tidak sedikit pula yang telah mendapat luka-luka, di antaranya salah seorang anak Abu Bakar.
Disamping tempat itu, dipasang pula dua buah kemah dari kulit berwarna merah untuk tempat tinggal kedua istri Nabi—Ummu Salamah dan Zainab—yang sejak beliau meninggalkan Madinah, ikut bersama-sama dalam perjalanan menghadapi peristiwa-peristiwa itu. Di antara kedua kemah inilah Rasulullah melakukan shalat.
Setelah pengepungan selama sebulan penuh tanpa hasil, akhirnya Rasulullah memutuskan pengepungan dihentikan. Ketika itu bulan Dzulhijjah, Rasulullah dan pasukannya kembali hendak melakukan umrah.
Selanjutnya Rasulullah pun berangkat dari Ji'ranah menuju Makkah, hendak menunaikan umrah. Selesai melakukan umrah, beliau menunjuk Attab bin Asid sebagai tenaga pengajar untuk Makkah dengan didampingi oleh Mu'adz bin Jabal untuk mengajar orang-orang memperdalam agama dan mengajarkan Alquran.
Rasulullah SAW kembali pulang ke Madinah bersama orang-orang Anshar dan Muhajirin. Sementara itu, lahir pula anaknya yang diberinama Ibrahim. Dan selama beberapa waktu itu, setelah sedikit merasakan ketenangan hidup, beliau pun harus bersiap-siap pula menghadapi Perang Tabuk di Syam.
sumber : republika.co.id
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar