Sabtu, 19 Juni 2010

Syeikh Abdul Qodir Jaelani " TAFAKUR "


“Manusia adalah rahasiaKu dan Aku adalah rahasianya. Pengetahuan batin mengenai ilmu batin (‘ilm batin) adalah relung rahasiaKu. Jika Kumasukkan pengetahuan ini ke dalam hati hambaKu yang saleh, takkan ada yang dapat mengetahui keadaannya kecuali Aku”. (Hadits Qudsi)

Pengetahuan ilmu batin (yang tak mengenal huruf dan suara) diperoleh dengan terus menerus membaca kalimat tauhid, dengan lidah dan hatinya. Hatinya telah masuk ke dalam cahaya Ilahi melalui cahaya tauhid. Dan, satu-satunya cara untuk mencapai tujuan itu adalah tafakur, suatu laku yang jarang dijalankan kaum awam. Rasulallah saw bersabda, “Tafakur sesaat lebih utama daripada ibadah seribu tahun.”

Tafakur mengenai makrifat, yang disertai tekad kuat untuk mengenal Allah swt dianggap lebih utama daripada seribu tahun ibadah. Sebab tafakur seperti itu adalah pengetahuan sejati. Dan, pengetahuan sejati adalah maqam tauhid.

Pada maqam seperti ini, tak ada pengungkapan rahasia, karena pengyingkapan rahasia ketuhanan dianggap sebagai kemaksiatan. Berbagai keajaiban yang ia tampilkan membuktikan ketinggian derajatnya. Namun, semua mukjizat itu tak ada kaitannya dengan maqam ruhaninya.

Dalam kitab berjudul “Mirshad” dikatakan, “Karamah atau kemampuan menampilkan sesuatu yang luar biasa merupakan hijab yang membuat seseorang lengah akan keadaan dirinya. Karena itu, saat-saat kemunculan karamah dianggap seperti masa-masa haid pada kaum wanita. Para wali, yang merupakan kekasih Allah, harus melewati sekurang-kurangnya seribu anak tangga. Di antara anak tangga yang pertama adalah karamah. Jika dapat melewatinya, ia dapat mendaki anak tangga lainnya. Jika tidak, langkahnya terhenti di sana.”

Kemampuan luar biasa, seperti melihat tanda-tanda keberadaan Allah – manifestasi sifat-sifatNya, ketunggalan dalam kemajemukan, hakikat di balik penampakan – dan kedekatan kepada Sang Pencipta merupakan buah amal saleh dan keikhlasan ibadah. Tetapi, semua itu masih berkaitan dengan kehidupan ragawi, dari ujung kaki hingga ke langit.

(“Sirr Al-Asrar Fi Ma Yahtaju Ilayhi Al-Abrar – Rahasia Hakikat yang Dibutuhkan Para Pencari Kebaikan”, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani)

sumber:

http://lingkarhati.blogspot.com/2008/06/syekh-abdul-qadir-al-jailani-tafakur.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman Ke