Jumat, 29 April 2011

Keindahan dalam Hidup Nabi Muhammad


Walau telah banyak buku yang menulis tentang sosok Nabi Muhammad Saw, namun kemurnian dan kejernihan kualitas dan tata kramanya yang agung terus mengalir. Seri kehidupan Rasulullah mengungkapkan kemuliaan sifatnya, keluhuran budi pekertinya, dan keunggulan pribadinya. Dengan ini, orang-orang beriman dapat memuaskan dahaga mereka spritual mereka dengan tekad untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Seiring dengan banyaknya tugas mengiringi diutusnya para Nabi, ia juga membawa tugas untuk mengajarkan orang tentang keindahan dan menghidupkan kembali indra dan kesadaran itu. Sesungguhnya Allah SWT indah, Al-Qur'an yang mulia juga indah, dan seluruh alam semesta indah. Rasulullah Saw, tidak diragukan lagi, adalah orang terbaik dalam mengajarkan keindahan.

1. Keindahan senyum. Ya, senyum adalah jenis keindahan yang unggul. Ini juga merupakan bahasa universal manusia. Tersenyum berarti merasakan semua kegembiraan, sukacita, dan kasih sayang terhadap manusia. Laksana sebuah lukisan, senyuman adalah gambar indah.

Nabi Muhammad dikenal memiliki wajah yang selalu tersenyum. Jarir ra berkata, "Rasulullah tidak pernah menolak untuk melihat sejak saya memeluk Islam. Setiap kali beliau melihat saya, beliau akan menemui saya dengan senyum." (HR Bukhari).

Nabi tidak hanya menjaga senyum indah di wajahnya, namun juga mendorong orang lain untuk tersenyum. "Senyum terhadap saudaramu adalah sedekah." (HR At-Tirmidzi). "Jangan meremehkan setiap amal baik, bahkan jika itu hanya pertemuan dengan saudaramu dengan wajah yang ceria." (HR Muslim).

2. Keindahan penampilan. Nabi Saw selalu memakai pakaian terbaik yang beliau miliki. Sebelum menemui para utusan, beliau akan mengenakan pakaian yang sesuai dengan status dan tradisi masing-masing utusan. Rasulullah juga suka parfum. Dari Aisyah," Aku selau memercikkan aroma (farfum) terbaik kepada Nabi." (HR Muslim).

Nabi melarang setiap orang yang makan bawang merah atau bawang putih masuk ke dalam masjid. Beliau mendukung keindahan secara umum sebagai salah satu hal yang dicintai Allah SWT. Dalam sebuah hadits, beliau bersabda, "Allah SWT indah dan mencintai keindahan."

3. Keindahan sikap lembut. Nabi diriwayatkan pernah bersabda, "Kelembutan tak dapat ditemukan pada apa pun kecuali itu menambah keindahannya, dan tidak tercabut dari apa pun kecuali bahwa itu membuatnya cacat" (HR Muslim). Jadi, kelembutan adalah perhiasan dan keindahan, sedangkan kekerasan adalah suatu hal keburukan. Nabi yang mulia melakukan semua urusan dengan kelembutan, dan beliau mendesak diterapkannya kelembutan dalam semua urusan, baik negara maupun pribadi.

Berikut contoh-contoh kelembutan yang menunjukkan budi pekerti beliau yang luar biasa:

a) Rasulullah akan mempercepat doa dalam shalat ketika mendengar tangis bayi, dengan pertimbangan kecemasan sang ibu terhadap anaknya.

b) Suatu ketika Rasulullah pernah menghentikan pergerakan pasukan karena kepedulian terhadap seekor burung yang berduka karena anak-anaknya ditangkap oleh beberapa tentara. Pasukan itu kembali bergerak maju setelah tentara-tentara itu mengembalikan anak-anak burung kepada induknya.

c) Beliau menghindari teguran langsun kepada umatnya. Rasulullah lebih suka menegur dengan kata-kata halus seperti, "Bagaimana dengan orang-orang yang merasa terlalu bangga untuk melakukan sesuatu yang saya sendiri lakukan?"

d) Rasulullah memanjakan anak-anaknya dan bercanda dengan mereka. Anas ra berkata, "Nabi Saw selalu berkumpul dengan kami (anak-anak), kadang beliau berkata kepada adikku, 'Wahai Ayah Umair, apa yang dilakukan burung-burung kecil ini?" (HR Bukhari).

e) Nabi Muhammad mengizinkan rumahnya dijadikan sebagai tempat bermain. Aisyah berkata, "Aku biasa bermain boneka di rumah Nabi, dan teman-teman perempuanku juga biasa bermain denganku. Setiap kali Nabi masuk (ke tempatku), mereka bersembunyi, tetapi Nabi selalu memanggil mereka untuk bergabung dan bermain denganku." (HR Bukhari).

f) Rasulullah pernah bersabda, "Jangan seorang pun dari kalian yang mengatakan, ''jiwaku menjadi jahat,' namun hendaknya mengatakan, 'jiwaku menjadi kejam." (HR Bukhari-Muslim).

Menurut Ibnu Hajar, mengutip Al-Khattabi, jahat dan kejam hampir sama dalam arti, namun Nabi tidak menyukai kata sifat jahat dan memilih ekspresi yang lebih aman kejam. Memang, ini adalah kebiasaan beliau untuk mengganti sebutan yang tidak menyenangkan dengan yang lebih halus. Hadits ini menyiratkan bahwa kosa kata yang tidak menyenangkan harus dihindari. Intinya adalah menghindari ungkapan seperti "jiwaku menjadi jahat" adalah tindakan kelembutan terhadap diri sendiri.

g) Rasulullah sangat menghormati istri-istrinya dan memperlakukan mereka dengan lembut. Sebagai contoh, beliau biasa menawarkan lututnya untuk diinjak istrinya (Safiyyah) setiap kali Safiyyah ingin naik unta.

h) Nabi Saw kerap berkhutbah tentang "kelembutan" Tuhan kepada manusia. Dalam sebuah hadits beliau bersabda, "Ketika Allah telah menyelesaikan ciptaan-Nya, Dia menulis di atas Arsy-nya, 'Belas kasih-Ku menguasai amarah-Ku." (HR Bukhari-Muslim).

Masih mau jadi orang pemarah, pembenci, pendongkol dan pendendam? Jangan, ah! Nabi tentu tidak suka umatnya berlaku demikian. Semoga kita bisa mencontoh perilaku Rasulullah, walau hanya sebagian kecil.

sumber : REPUBLIKA.CO.ID

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman Ke