Senin, 11 April 2011

Menara tertinggi di dunia dioperasikan



Beberapa tahun terakhir Dubai menyedot perhatian dunia dengan berita tentang pulau-pulau buatan, gedung berputar serta hotel berbintang tujuh. Hari Senin ini gedung tertinggi di dunia, Burj Dubai, mulai dioperasikan.

Tingginya sekitar dua kali Empire State Building di New York AS, dan bisa dilihat sejauh jarak 95 km sementara bagian luarnya ditutup dengan panel kaca 26.000 buah, yang menyilaukan pandangan di tengah terik matahari padang pasir setempat.

Rancangan bangunan ini belum pernah ada baik secara teknik maupun logistik sebelumnya, bukan cuma terkait ketinggiannya tetapi juga karena Dubai sangat terpengaruh oleh kecepatan angin dan dekat dengan patahan bumi.

"Anda tahu bagaimana mengakalinya tapi anda selalu bertanya-tanya apakah cara itu benar-benar bisa diterapkan," Mohamed Ali Alabbar, Direktur Emaar, pengembang pembangunan Burj Dubai menjelaskan pada BBC.

"Kami pernah dua kali kena sambaran petir, gempa besar terjadi tahun lalu dengan sumber gempa di Iran, lalu ada juga macam-macam angin yang menimpa saat kami tengah membangun. Hasilnya bagus dan saya salut pada para perancang dan profesional yang mendirikan gedung ini."

Bergeser dari barat ke timur

Salah satu perusahaan di belakang Burj adalah perusahaan pengelola angin asal Kanada RWDI. Angin kencang di daratan Dubai bisa berhembus dengan kecepatan 50km per jam. Di puncak gedung, kekuatannya bisa naik menjadi tiga kali lipat.

Wayne Boulton, manajer tim pengelola angin RWDI di Timur Tengah, menjelaskan bagaimana mereka menguji ketahanan menara itu terhadap goncangan angin.

Burj Dubai

Burj Dubai dirancang tahan gempa dan badai besar

"Kami membangun sebuah model dengan skala tertentu dan meletakkannya dalam sebuah lorong angin," kata Boulton. "Di dalam terowongan ini kami bisa menguji berbagai jenis kecepatan angin dan dari berbagai arah. Kami bisa uji tekanan yang dihasilkan pada permukaan menara dibawah kondisi normal serta dibawah situasi ekstrim."

Dengan tinggi sekitar 800 meter, Burj Dubai dengan mudah mematahkan rekor bangunan tertinggi sebelumnya, menara Taipei 101 di Taiwan, setinggi 508 meter. Dua puluh tahun terakhir terjadi pergeseran pembangunan gedung pencakar langit dari Barat ke Timur. Empat dari lima gedung tertinggi di dunia terdapat di Asia dan Timur Tengah.

Gajah Putih?

Dubai adalah kota dengan predikat paling, dimana semuanya harus merupakan paling besar atau paling bagus. Namun seperti banyak gedung dengan gelar tertinggi lainnya, Burj Dubai direncanakan dan dibangun pada masa keemasan ekenomi, sementara selesai pada saat kejatuhan sektor properti. Gedung Empire State diselesaikan ditengah Depresi Besar AS tahun 1930an sementara menara Petronas di Malaysia selesai tahun 1990an sekitar terjadinya krisis keuangan Asia.

Kenyataan ini membawa orang bertanya-tanya apakah pemecah rekor bangunan tertinggi di dunia ini merupakan gajah putih, perumpamaan untuk barang yang nampak mewah dan indah dari luar namun justru menjadi beban besar bagi pemiliknya. Mohamed Ali Alabbar membantah keras.

Sampai hari ini kami sudah menjual 90% menara ini dan kami perkirakan akan 90% terisi

Mohammed Ali Alabbar

"Sampai hari ini kami sudah menjual 90% menara ini dan kami perkirakan akan 90% terisi," katanya. "Kami beruntung sudah mendapat laba sekitar 10%. Mulanya kami pikir impas saja sudah cukup, karena kami bisa mendapat banyak uang dengan menggarap lahan sekitar Burj Dubai yang luasnya mencapai 500 hektar."

Fakta bahwa pengembang membukukan keuntungan sebesar US$1,5 miliar dari investasinya terjadi akibat pembelian lahan dilakukan dengan melepas saham bukan secara tunai, dan sebagian besar apartemen dan unit perkantorannya dijual sebelum harga properti ambruk.

Investor sudah menyerahkan sekitar 80% nilai apartamen dan kantor tersebut dan akan menggenapi pembayaran 20% saat menempatinya.

sumber : BBC Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman Ke