Selasa, 21 Juni 2011

Sejarah Hidup Muhammad SAW: Pengkhianatan Bani Quraizah


Setelah Abu Lubabah pergi, Ka'ab bin Asad—pemimpin Bani Quraizah—menyarankan mereka agar menerima agama Muhammad dan memeluk Islam. Maka harta-benda dan anak-anak mereka akan hidup lebih aman.

Namun saran itu ditolak. "Kami tidak akan meninggalkan ajaran Taurat, tidak akan menggantikannya dengan yang lain," kata mereka.

Ka'ab juga menyarankan supaya kaum wanita dan anak-anak dibunuh saja, dan mereka boleh melawan Nabi Muhammad dan sahabat-sahabatnya dengan pedang terhunus tanpa meninggalkan suatu beban di belakang. Biar nanti Tuhan menentukan, kalah atau menang. Kalau mereka hancur, tidak ada lagi turunan yang akan dikhawatirkan. Sebaliknya, kalau menang mereka akan memperoleh wanita-wanita dan anak-anak lagi.

Bani Quraizah kemudian mengirimkan utusan kepada Rasulullah, mengusulkan bahwa mereka akan pergi ke Adhri'at dengan meninggalkan harta-benda mereka. Tetapi usul ini ditolak. Mereka harus tunduk kepada keputusan semula. Dalam hal ini mereka lalu mengirim orang kepada suku Aus, meminta Sa'ad bin Mu'adz sebagai lawan berunding. Mata mereka seolah-olah tertutup, sehingga lupa akan kedatangan Sa'ad saat pertama kali mereka melanggar perjanjian, lalu diberi peringatan. Juga tatkala mereka memaki-maki Muhammad SAW di depan Sa'ad serta mencerca kaum Muslimin tidak pada tempatnya.

Sa'ad lalu membuat persetujuan dengan mereka. Setelah persetujuan ditetapkan, Bani Quraizah diperintahkan supaya keluar dan meletakkan senjata. Keputusan ini mereka laksanakan. Selanjutnya Sa'ad memutuskan bahwa mereka yang melakukan kejahatan perang dijatuhi hukuman mati, harta-benda dibagi, wanita dan anak-anak ditawan.

Mendengar keputusan itu Rasulullah bersabda, "Demi Dzat yang menguasai diriku. Keputusanmu itu diterima oleh Allah dan oleh orang-orang beriman, dan dengan itu aku diperintahkan."

Setelah itu, Sa'ad keluar ke sebuah pasar di Madinah. Diperintahkannya supaya digali beberapa buah parit di tempat itu. Orang-orang Yahudi itu dibawa dan di sana leher mereka dipenggal, dan di dalam parit-parit itu mereka dikuburkan. Sebenarnya Bani Quraizah tidak menduga akan menerima hukuman demikian dari Sa'ad bin Mu'adz.

Bahkan tadinya mereka mengira Sa'ad akan bertindak seperti Abdullah bin Ubay terhadap Bani Qainuqa', yang dibolehkan pergi dari Madinah. Mungkin Sa'ad teringat, bahwa kalau pihak Ahzab yang menang karena pengkhianatan Bani Quraizah itu, maka kaum Muslimin pasti akan habis dibantai. Maka balasannya seperti yang sedang mengancam kaum Muslimin sendiri.

Terbunuhnya Bani Quraizah itu adalah karena ulah Huyay bin Akhtab, meskipun dia sendiri juga terbunuh. Dia telah melanggar janji yang dibuat oleh golongannya sendiri, Bani Nadzir, yang oleh Rasulullah telah dikeluarkan dari Madinah dengan tiada seorang pun yang dibunuh, setelah keputusannya itu mereka terima.

Tetapi tindakannya menghasut pihak Quraisy dan Ghatafan, kemudian menyusun kekuatan dengan masyarakat dan kabilah-kabilah Arab untuk memerangi Rasulullah. Hal ini memperbesar permusuhan antara golongan Yahudi dengan kaum Muslimin, sehingga mereka merasa belum puas sebelum dapat menghabisi Rasulullah dan sahabat-sahabatnya. Huyay juga mengajak Bani Quraizah melanggar perjanjian dan meninggalkan sikapnya yang netral.

Sekiranya Bani Quraizah menolak dan tetap bersikap netral, tentu mereka takkan mengalami nasib seburuk itu. Huyay juga datang ke benteng Bani Quraizah—setelah kepergian pihak Ahzab—dan mengajak mereka melawan kaum Muslimin. Sekiranya sejak awal Bani Quraizah bersedia menerima keputusan Rasulullah serta mengakui kesalahannya yang telah melanggar janjinya sendiri, niscaya pertumpahan darah dan pembunuhan tidak akan terjadi.

Akan tetapi, permusuhan itu sudah berurat berakar dalam jiwa Huyay dan kemudian menular pula ke dalam hati orang-orang Quraizah, sehingga Sa'ad bin Mu'adz sendiri sebagai kawan sepersekutuan mereka yakin bahwa kalau mereka dibiarkan hidup, keadaan tidak akan pernah tenteram. Mereka akan kembali menghasut golongan Ahzab, agar mengerahkan kabilah-kabilah dan orang-orang Arab supaya memerangi kaum Muslimin dan membantai mereka hingga habis. Keputusan tegas Sa'ad terdorong oleh sikap hendak mempertahankan diri, dengan pertimbangan bahwa eksistensi atau lenyapnya orang-orang Yahudi itu berarti hidup atau matinya kaum Muslimin.

Kaum wanita, anak-anak serta harta-benda Bani Quraizah oleh Nabi dibagi-bagikan kepada kaum Muslimin, setelah seperlimanya dikeluarkan. Setelah itu, Sa'ad bin Mu'adz mengirimkan tawanan-tawanan Bani Quraizah itu ke Najd.

Adanya serbuan Ahzab serta hukuman yang telah dijatuhkan terhadap Bani Quraizah, telah memperkuat kedudukan Muslimin di Madinah. Orang-orang munafik sudah tidak bersuara lagi. Seluruh masyarakat dan kabilah-kabilah Arab mulai berbicara tentang kekuatan dan kekuasaan Muslimin, disamping posisi dan kewibawaan Rasulullah.

Namun ajaran Islam bukan hanya untuk Madinah saja, melainkan buat seluruh dunia. Jadi Nabi dan para sahabatnya masih harus terus berdakwah dan berjihad menjalankan perintah Allah, mengajak manusia menganut agama yang benar, dengan terus membendung setiap usaha yang hendak melanggarnya.

sumber : republika.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman Ke