Kalau boleh disebut rekor, maka barangkali sampai kiamat tidak akan ada yangbisa memecahkan rekor Hakim bin Hizam, kemenakan Sayidah Khadijah r.a. Apaitu? Lahir di dalam Ka’bah. Meski bukan karena disengaja, tapi lahir didalam Ka'bah adalah peristiwa yang sangat unik dan langka.
Kronologinya, ibu Hakim bin Hizam yang tengah hamil tua masuk ke dalamKa’bah untuk suatu keperluan. Pada zaman dulu, Ka’bah memang biasa di bukauntuk umum dalam kesempatan-kesempatan tertentu. Saat berada di dalam,tiba-tiba ibu Hakim merasa bahwa janin dalam perutnya akan segera lahir.Lalu orang pun membantu dan mengambilkan alas dari kulit binatang. Dan,lahirlah Hakim bin Hizam.
Seperti moment kelahirannya, kisah perjalanan hidup Hakim pun cukup unik.Sewaktu masih muda, boleh dikata Hakim dan Muhammad yang belum diutusmenjadi Rasul adalah dua sahabat kental. Persamaan karakter berupa ketajamanberpikir, kemuliaan nasab dan kehormatan diri menjadikan persahabatankeduanya sangat erat.
Meskipun Hakim lima tahun lebih tua dari Muhammad, namun la begitu menikmatipersahabatan tersebut. Lebih-lebih manakala Muhammad mempersunting“amah”nya, Khadijah binti Khuwailid. Persahabatan itu kian erat menjadihubungan persaudaraan.
Dengan semua yang disebutkan diatas, barangkali pembaca sedikit kaget,mengapa diantara *as sabiqunal awwalun*, orang-orang yang pertama kali masukIslam tidak tertera nama Hakim bin Hizam?
Ya, memang janggal. Semestinya Beliau masuk daftar karena persahabatannyadengan Muhammad hampir mirip dengan persahabatan Nabi *shalallahu alaihiwassalam* dengan Abu Bakar, Kemampuan berpikirnya juga tidak sepertikebanyakan orang. Tapi apa hendak dikata, itulah kuasa Allah. Hakim binHizam baru masuk Islam 20 tahun setelah Muhammad diangkat menjadi Rasul danmendakwahkan Islam. Beliau mengikrarkan syahadat setelah orang-orang kafirkalah secara total pada penstiwa *Fathu Makkah* tahun 8 Hijriyah.
Lantas apa sebenarnya yarg membuat Hakim bin Hizam tertinggal dari *kafilahas sabiqunal awwwalun* yang mulia?
Penuturan beliau akan memberikan pelajaran berharga bagi siapapun yangmenyimaknya. Beliau menuturkan bahwa sebenarnya hasrat untuk masuk Islamsudah beberapa kali menyeruak di hatinya. Namun, saat hasrat itu datang,beliau memandang para pembesar dan ksatria-ksatria Quraisy yang masihkonsisten dengan jalan yang mereka pilih, menjadi pembela paganisme dankejahiliyahan. Melihat konsistensi, semangat dan keteguhan mereka, hasratitupun meredup dan cahaya hidayah urung menghampiri. Beliaupun berkesah,"Duhai seandainya aku tak melakukan itu .... yang membinasakanku, tak lainadalah mengekor pada nenek moyang dan para pembesar."
20 tahun itu bukan waktu yang sedikit. Ada ribuan moment berharga yang telahdilalui Rasulullah dan para shahabatnya yang setia. Dan itu berarti, Hakimbin Hizam melewatkannya. Manisnya saat-saat turunnya wahyu, gemuruh semangatperjuangan di medan perang, ledakan gairah saat meraih kemenangan, damainyakesabaran saat ditimpa ujian, cerahnya suasana dengan mekarnya bunga ukhuwahdan sejuknya nasihat-nasihat Rasulullah berupa kuntum-kuntum hadits yangsetiap saat diberikan adalah moment yang tak temilai harganya. Semua itu,Hakim bin Hizam melewatkannya meski ia masih berkesempatan merasakannya dipenghujung masa Nubuwah.
Sedih. Tentu saja Hakim bin Hizam merasa sangat sedih. Beliau hanya bisamenggigit ibu jari kekecewaan atas umur yang beliau habiskan dalam kubangankejahiliyahan, sementara shahabat-sahabatnya telah mentas dan bahkanbermandikan mutiara.
Suatu hari, beliau menangis.
Melihat airmata meleleh di pipi ayahnya, sang anak bertanya,
"Apa yang membuatmu menangis, ayah?"
Sang ayah menjawab,
"Ada banyak hal yang membuatku harus menangis, anakku. Yang paling pertamaadalah keterlambatanku memeluk Islam hingga membuatku tertinggal dariberbagai moment yang mulia, yang meskipun aku infakkan emas seberat bumi,tak akan sebanding sama sekali."
Di sisa-sisa waktu yang beliau miliki, seakan-akan beliau senantiasaberusaha menebus segala hal yang pemah dilakukan di masa Jahiliyah. Salahsatu yang paling kelihatan adalah soal infak. Dulu, beliau adalah donaturkawakan untuk menyukseskan agresi kaum Quraisy kepada kaum muslimin. Meskidi tengah jalan beliau sempat bersumpah untuk menghentikan suplay danakarena suatu hal.
Namun, rasa menyesal telah menjadi pendukung musuh-musuh Islam membuatbeliau merasa harus menebus hal itu setelah masuk Islam kini. Tak ayal,beliaupun menggelentorkan sekian banyak dana dari rezeki yang Allahkaruniakan kepada beliau. Pada haji perdana yang beliau tunaikan, beliaupergi sambil menggiring 100 unta lalu menyembelihnya di Makah. Haji kedua,beliau membawa 100 orang sahaya dan mengalungi leher mereka dengan perakyang bertuliskan "Yang dibebaskan untuk Allah dari Hakim bin Hizam". Danpada haji yang ketiga, beliau menggiring 1000 ekor kambing dan disembelih diMina lalu dagingnya dibagikan kepada fakir miskin.
*Subhanallah*, beliau memang telah tertinggal banyak dari yang lain. Tapilihatlah, beliau berlari sekencang-kencangnya agar tak jauh daripendahulunya. Beliau korbankan dunia ini, diberikan semuanya untukmempercepat langkah beliau menyusul orang-orang mulia yang telahmendahuluinya.
Satu lagi keunikan beliau, beliau tidak pernah meminta harta dari siapapun.beliau pernah meminta harta ghanimah dari Rasulullah pada awal keislamannya,tapi sejak itu beliau tak pemah meminta harta kepada manusia, hingga MalakulMaut menjemputnya. (T Anwar/disarikan dari *Suwar min Hayatish Shahabah*,DR. Abdurrahman Ra'fat Basya)
Sumber : ar-risalah No. 112 / Vol. X / 04 Syawal – Dzhulqa’dah 1431 H /Oktober 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar