Senin, 23 Mei 2011
Sejarah Hidup Muhammad SAW: Pertemuan Tiga Agama Langit
Ajaran-ajaran Rasulullah serta teladan dan bimbingan yang diberikannya telah meninggalkan pengaruh yang dalam sekali ke dalam jiwa orang, sehingga tidak sedikit orang yang berdatangan menyatakan masuk Islam. Dan kaum Muslimin pun makin bertambah kuat di Madinah.
Ketika itulah orang-orang Yahudi mulai memikirkan kembali posisi mereka terhadap Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya. Mereka dengan telah mengadakan perjanjian dengan beliau. Mereka bermaksud merangkulnya ke pihak mereka agar posisi mereka bertambah kuat terhadap orang-orang Kristen.
Akan tetapi ada seorang rabbi yang cerdik-pandai, yaitu Abdullah bin Salam yang telah berhubungan dengan Nabi dan memeluk Islam, merasa khawatir akan muncul hujatan yang dilontarkan orang-orang Yahudi jika mereka mengetahui dirinya telah memeluk Islam. Maka di seluruh perkampungan Yahudi itu, Abdullah mulai difitnah dan diumpat dengan kata-kata yang tak senonoh.
Dalam hal ini, kaum Yahudi juga sepakat akan berkomplot melawan Muhammad SAW dan menolak kenabiannya. Secepat itu pula sisa-sisa orang yang masih musyrik dari kalangan Aus dan Khazraj serta mereka yang pura-pura masuk Islam segera menggabungkan diri.
Kini mulai terjadi konflik antara Rasulullah SAW dengan orang-orang Yahudi, yang ternyata lebih bengis dan lebih licik daripada konflik yang dulu pernah terjadi antara beliau dengan orang-orang Quraisy di Makkah. Dalam perang yang terjadi di Madinah ini semua orang Yahudi berdiri dalam satu barisan menyerang Rasulullah dan risalahnya, menyerang sahabat-sahabatnya—kaum Muhajirin dan Anshar.
Begitu memuncaknya polemik antara orang-orang Yahudi dan kaum Muslimin itu, sehingga acapkali—sekalipun sudah ada perjanjian antara mereka—permusuhan itu berakhir dengan bentrok fisik.
Tak cukup dengan maksud hanya menimbulkan insiden antara Muhajirin dan Anshar, antara Aus dan Khazraj, dan tidak pula cukup dengan membujuk kaum Muslimin supaya meninggalkan agamanya dan kembali menjadi syirik, bahkan lebih dari itu orang-orang Yahudi itu kini berusaha memperdayai Rasulullah.
Pemuka dan pemimpin mereka datang menemui beliau dengan berujar, "Tuhan sudah mengetahui keadaan kami, kedudukan kami. Kalau kami mengikuti tuan, orang-orang Yahudi pun akan juga ikut dan mereka tidak akan menentang kami. Sebenarnya antara kami dengan beberapa kelompok golongan kami timbul permusuhan. Lalu kami datang ini minta keputusan tuan. Berilah kami keputusan. Kami akan ikut tuan dan percaya kepada tuan."
Kemudian turunlah firman Allah: "Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS Al-Maa'idah: 49-50).
Orang-orang Yahudi merasa sesak napas terhadap Rasulullah. Terpikir oleh mereka untuk melakukan tipu-daya terhadap Rasulullah hingga beliau keluar meninggalkan Madinah, seperti yang terjadi karena gangguan-gangguan Quraisy dahulu hingga beliau dan sahabat-sahabatnya keluar meninggalkan Makkah.
Pada waktu polemik antara Rasulullah dan orang-orang Yahudi kian memuncak, delegasi Nasrani dari Najran tiba di Madinah, terdiri dari enam puluh buah kendaraan. Diantara mereka terdapat orang-orang terkemuka, orang-orang yang sudah mempelajari dan menguasai seluk-beluk agama mereka.
Pada waktu itu penguasa-penguasa Rumawi yang juga menganut agama Nasrani sudah memberikan kedudukan, memberikan bantuan harta, memberikan bantuan tenaga serta membuatkan gereja-gereja dan kemakmuran buat kaum Nasrani Najran itu.
Boleh jadi delegasi ini datang ke Madinah hanya karena mereka sudah mengetahui adanya pertentangan antara Nabi dengan orang-orang Yahudi, dengan harapan mereka akan dapat mengobarkan pertentangan itu lebih hebat sampai menjadi perang terbuka. Dengan demikian orang-orang Nasrani yang berada di perbatasan Syam dan Yaman dapat membebaskan diri dari intrik-intrik Yahudi dan sikap permusuhan orang-orang Arab.
Dengan datangnya delegasi ini dan polemiknya dengan Nabi serta dibukanya kancah pertarungan teologis yang sengit antara Yahudi, Nasrani dan Islam, maka ketiga agama samawi sekarang berkumpul. Pihak Yahudi samasekali menolak ajaran Isa dan Muhammad. Sedang pihak Nasrani berpaham trinitas dan menuhankan Isa. Sebaliknya Rasulullah mengajak orang kepada keesaan Allah.
Di manakah ada suatu pertemuan yang hakikatnya lebih besar dari pertemuan yang kini dialami oleh Madinah? Tiga agama samawi bertemu di tempat ini, yang hingga kini saling memengaruhi perkembangan dunia. Di tempat ini ketiganya bertemu untuk suatu tujuan dan cita-cita yang tinggi dan mulia. Ini bukanlah suatu pertemuan ekonomi, juga bukan dengan suatu tujuan materi, yang sampai saat ini dikejar-kejar dunia namun tiada juga berhasil—melainkan tujuannya adalah ruhiyah semata-mata.
Namun dalam hal ini, dibelakang Nasrani dan Yahudi, berdiri ambisi-ambisi politik serta keinginan-keinginan orang-orang yang memiliki uang dan kuasa. Sebaliknya, tujuan dakwah Rasulullah adalah ruhaniah dan perikemanusiaan semata-mata, yang jalannya telah ditunjukkan Allah kepadanya dengan bentuk kata yang dialamatkan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani serta seluruh umat manusia.
sumber : Republika.co.id
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar