Kamis, 28 Oktober 2010

Fitnah Besar Rezim George Walter Bush Terhadap Umat Islam


Artikel ini ditulis setelah saya bertemu Jerry D. Gray di Masjid Salman ITB pada Ahad 11/7/2010 dalam rangka tabligh akbar dengan tema “Mewaspadai Upaya Yahudi/Zionis Menghancurkan Islam”. Tabligh Akbar ini merupakan program bareng DKM Masjid Salman ITB dengan Pesantren Al-Quran Babussalam Bandung yang menghadirkan pembicara KH. Drs. Muchtar Adam penulis buku “Zionis Dalam Al-Quran : Peran Syas bin Qais Menghancurkan Islam”, Jerry D. Gray penulis buku “The Real Truth The Hard Evidence Exposed”, dan dr.Suherman relawan dari Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) yang pernah ke Gaza Palestina.

Dalam bahasa Indonesia, kata fitnah adalah perbuatan yang tidak terpuji (Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1997, hlm. 277).
Kata fitnah berasal dari bahasa Arab, dari akar kata fa-ta-na yang berarti percobaan (al-ibtila), ujian (al-imtihan), dan eksperimen (al-ikhtibar). Menurut mufassir Ibn al-Arabiy, kata fitnah mempunyai banyak arti, antara lain berarti harta yang berlimpah, anak-anak kufur, perbedaan terdapat diantara manusia, memasukkan manusia ke dalam api neraka, percobaan, menguji keimanan, bingung (pikiran), siksaan, kezaliman, kesesatan, peperangan, dan membuka kejelekan (orang lain).

Kosa kata fitnah diperkenalkan oleh al-Quran dalam berbagai bentuk turunan dari kata fa-ta-na sebanyak 60 antara lain :
◘ Fitnah untuk menguji keimanan, “Dia (Allah) berfirman, “Sungguh, Kami telah menguji kaummu setelah engkau tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.” QS. 20: 85.
◘ Fitnah dalam bentuk kebaikan dan keburukan sebagai cobaan, “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan.” QS. 21: 35.
◘ Fitnah berupa azab dari Allah Swt, “(Hari pembalasan itu ialah) pada hari (ketika) mereka siazab di dalam api neraka. (Dikatakan kepada mereka), “Rasakanlah azabmu ini. Inilah azab yang dahulu kamu minta agar disegerakan.” QS. 51: 13-14.
◘ Fitnah dari orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada umat Islam, “Sungguh, orang-orang yang mendatangkan cobaan (bencana, membunuh, menyiksa) kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan lalu mereka tidak bertobat, maka mereka akan mendapat azab Jahabam dan mereka akan mendapat azab (neraka) yang membakar.” QS. 85: 10.

Dalam konteks tulisan ini, fitnah bisa berarti perkataan bohong atau tanpa dasar kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan umat Islam. Dengan bahasa lain, perkataan dan perbuatan bohong teoris Negara Amerika Serikat dibawah pimpinan Presiden George Walter Bush yang disebarkan untuk mendzalimi umat Islam dalam tragedi 9 September 2001.

Siapa George Walter Bush?

Dalam sejarahnya, Keluarga Bush adalah bagian dari Partai Republik dan politik Amerika. Bush adalah anak tertua mantan Presiden Amerika Serikat George H. W. Bush. Ibunya adalah Barbara Bush.
Kakeknya, Prescott Bush menurut dokumen-dokumen yang dirahasiakan dari intelijen Belanda dan arsip-arsip pemerintah AS bahwa telah memperoleh keuntungan yang tidak sedikit dari ladang kerja-paksa di Auschwitz. Pada tanggal 20 Oktober, pemerintah AS melancarkan aksi terhadap perusahaan tersebut di bawah Undang-undang Perdagangan Dengan Pihak Musuh (Trading With The Enemy Act). Setelah ke lima perusahaan yang dikelolanya dibekukan di penghujung tahun 1942, maka sebagai pihak yang mewakili seorang industrialis Nazi, yaitu Fritz Thyssen, dia telah gagal untuk melepaskan keterkaitan dirinya dari selusin lebih “musuh nasional [AS]” yang terus berlanjut sampai akhir 1951, yakni ketika dokumen-dokumen baru pemerintah AS bermunculan kembali. Namun tahun 1952, Prescott Bush terpilih sebagai senator tanpa ada tuduhan keterlibatan di masa lalu dengan pihak Nazi yang telah terbungkus secara rapi adalah mantan Senator Amerika Serikat dari Connecticut. Sedang, adiknya, Jeb Bush adalah mantan Gubernur Florida.
George W Bush dilahirkan di New Haven, Connecticut). Aktivitasnya dalam dunia politik dimulai dari keterlibatannya dalam tim kampanye ayahnya sebagai senator dari Texas. George W Bush lulus dari Universitas Yale dengan gelar Bachelor of Arts dalam bidang sejarah pada tahun 1968. Kemudian pada tahun 1975, ia memperoleh gelar Master of Business Administration (MBA) dari Sekolah Bisnis Harvard. Dua tahun kemudian ia menikahi Laura Welch dan memperoleh dua orang anak kembar, Barbara dan Jenna pada tahun 1981.

Ia mengawali karier dalam dunia usaha tahun 1979 dengan mendirikan Arbusto Energy, sebuah perusahaan pengeboran minyak dan gas. Arbusto dijualnya pada tahun 1984 kepada Spectrum 7, perusahaan minyak lainnya dan diubah namanya menjadi Bush Exploration Co.. Bush sendiri menjadi CEO perusahaan baru tersebut. Kemudian pada tahun 1986, Spectrum 7 melakukan merger dengan Harken Energy,
dan Bush menjadi direktur Harken.

Pada April 1989, George W Bush dan beberapa rekan investor lain membeli 86% saham klub bisbol AS, Texas Rangers dengan pinjaman sebesar US$500.000 dari bank. Pinjaman tersebut dibayarnya dengan menjual sahamnya sebesar $848.000 di Harken. Hal ini memicu kerugian yang besar di Harken, dalam peristiwa yang dikenal dengan nama "Skandal Harken."

George W Bush merupakan orang kedua menjadi presiden yang mengikuti jejak ayahnya George H. W. Bush, Presiden Amerika Serikat yang ke-41, setelah John Adams, Presiden kedua, dan John Quincy Adams, yang keenam, merupakan bapak dan anak. Terdapat juga pasangan kakek dan cucu, William Henry Harrison dan Benjamin Harrison.

Masa jabatannya sebagai presiden didominasi "perang melawan terorisme", yang mencuat setelah terjadinya Peristiwa 9/11 (serangan terhadap WTC). Serangan tersebut dijadikannya alasan untuk memerintahkan invasi terhadap Afganistan pada tahun 2001 untuk membebaskan Afganistan dari rezim Taliban dan Irak pada tahun 2003 untuk menjatuhkan pemerintah Saddam Hussein. Bush menyatakan kemenangan AS dalam invasi Irak pada 1 Mei 2003, namun hingga kini (Juli 2010) konflik di Irak masih belum berakhir akibat serangan-serangan dari para pemberontak. Meskipun banyak pihak yang menentang kedua peristiwa tersebut (khususnya dari luar AS), ia memenangkan Pemilu Presiden Amerika 2004 dengan selisih 3% dengan saingan utamanya John Kerry. Masa jabatan keduanya masih
dipenuhi masalah di Irak dan Afganistan, karena korban dari pasukan AS terus berjatuhan.

Menurut data Wikipedia bahasa Indonesia, jumlah korban di Afghanistan dalam operasi Enduring Freedom sbb: al-Qaeda tewas: 1.800 orang; Taliban tewas: 15.000-20.000 orang; Pasukan Afgan tewas: + 5.500 orang (Oktober 2009); Aliansi Utara tewas: 200 orang; Koalisi tewas: 1908 orang (Amerika Serikat: 1162, Inggris: 313, Lainnya: 433); Koalisi luka: + 15.000 orang (Amerika Serikat: 6773, Inggris: 3.954, Kanada: + 1.500, Lainnya: + 2.500); Kontraktor sipil AS: 338 terbunuh, 7224 luka. Jadi total tentara: + 8.000 terbunuh, + 25.000 luka. Sipil tewas: 25.000-30.000 orang. [http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Afghanistan_(2001-Sekarang)].

Sedang jumlah korban dalam operasi Iraqi Freedom sbb: Militer Irak era Saddam: 4.895-6.370 orang tewas; Pemberontak tewas: Tidak bisa dipastikan.; Pasukan Irak Baru tewas (era setelah Saddam): 6.669 orang (perkiraan terkecil); Pasukan Irak Baru terluka: tidak diketahui; Koalisi tewas (termasuk 2,923 AS, 126 UK, 121 lainnya, 647 kontraktor): 3.817 orang; Koalisi hilang atau tertangkap (AS 2): 2; Koalisi terluka (termasuk 22.032 AS, 891+ UK, 3.963+ kontaktor): 26.886 orang. Jadi total tewas (seluruh Irak) menurut Johns Hopkins: 392.979 - 942.636 orang; Tewas karena perang atau kriminal (seluruh Irak) menurut Kementrian Kesehatan Irak:100.000-150.000 orang; dan tewas karena perang atau kriminal (sipil Irak): 43.850-48.693 orang. [dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Irak].

George W Bush Bernafsu Menyerang Irak

Menurut mantan Menteri Keuangan dalam pemerintahan Presiden George W Bush periode pertama, Paul O’Neill dipecat sebagai menteri pada Desember 2002. Paul O’Neill merupakan salah seorang peserta dalam seluruh pertemuan mengatakan bahwa “Invasi Irak merupakan ‘topik A’ pada meeting yang sangat awal dari Dewan Keamanan Nasional Presiden George W Bush, sepuluh hari sejak pelantikannya pada 20 Januari 2001 dan terus berlanjut menjadi tema yang selalu muncul pada pertemuan lanjutan.”

Paul O’Neill mengutip dokumen-dokumen yang menunjukkan bahwa sejak awal 2001 pemerintahan Bush sudah mengkaji opsi-opsi militer untuk menyingkirkan Presiden Irak Saddam Hussein. Presiden George W Bush berkata, “Carikan saya jalan untuk melakukannya.” O’Neill mengatakan, Bush sudah berketetapan untuk mendapatkan suatu alasan guna maju berperang ke Irak, kendati Bush sendiri heran mengapa tak satu pun orang di Dewan Keamanan Nasional AS mempertanyakan mengapa Irak harus diserang.
Paul O’Neill menyamakan sidang kabinet Presiden Bush laksana “orang tuli dalam ruangan yang penuh dengan orang tuli”. Kecaman Paul O’Neill memang membuat kaget Washington yang selama ini menyangka orang-orang dekat Bush terdiri dari mereka yang kesetiaannya kepada Bush tidak diragukan. (Margaret Neighbour, ‘Bush Admits He Wanted Regime Change Before 11 September’, The Scotsman, January 13, 2004).

Fakta Tragedi 9 September 2001

Dalam laman Aceh Forum, kepada komisi nasional independen untuk investigasi tragedi 911 yang dibentuk Kongres AS pada November 2002, dan diberitakan berbagai media massa serta dalam wawancaranya dengan harian The Independent di Washington DC, AS, Edmonds mengakui bahwa beberapa bulan sebelum September 2001, ia --yang pernah masuk dalam daftar top-secret di bidang keamanan itu-- sudah memperingatkan adanya rencana serangan menggunakan pesawat terbang, dan menekankan tentang para teroris yang sudah siap di tempat masing-masing untuk melakukan aksi.

Namun, Edmonds yang memberikan kesaksiannya di depan komisi investigasi pada 11 Februari 2004, menuding pemerintahan Bush justru memintanya untuk diam. Lalu, muncul instruksi dari pengadilan untuk menganggap informasi itu sebagai “rahasia Negara”. Edmonds hanya satu dari sejumlah pejabat dan mantan pejabat AS yang dimintai kesaksian tim investigasi. Presiden Bush, Wapres Dick Cheney, dan mantan Presiden Bill Clinton pun termasuk dipanggil oleh tim investigasi yang diketuai Thomas Kean, mantan Gubernur New Jersey dari Partai Republik.

Kesaksian Sibel Edmonds memberatkan George W Bush, tentu membuat gerah para pendukung sang presiden yang tengah berjuang untuk dapat terpilih kembali pada Pemilu AS, bulan November. Apalagi George W Bush ingin dicatat dalam sejarah sebagai presiden pertama AS yang paling serius memerangi terorisme, sebagaimana diperlihatkan dalam keberhasilannya menghancur-leburkan Afghanistan dan Irak, dua negara yang dituduh sebagai sarang dan dalang teroris internasional.

Tetapi, Edmonds bukan yang pertama. Sebelumnya, Richard Clarke yang pernah bertugas di badan kontra terorisme sejak masa kepresidenan Ronald Reagan hingga ia mengundurkan diri pada Januari 2003 mengatakan bahwa Presiden George W Bush mengesampingkan masalah penanganan terorisme termasuk yang dilakukan Alqaidah (USA Today, 20 Maret 2004). Namun, menurut Clarke, Bush ternyata lebih senang berbicara tentang Irak. Dengan kata lain, Bush tak menganggap serius ancaman Alqaidah, karena terobsesi mencari pembenaran untuk menyerang Irak.Kesaksian Clarke termuat lengkap dalam bukunya, Against All Enemies: Inside America’s War on Terror (Free Press, 2004), yang menurut CNN (26 Maret 2004), mengalami lima kali cetak ulang hanya dalam tiga hari setelah diterbitkan. Dalam bukunya Clarke antara lain menulis bahwa Penasihat Keamanan Nasional AS, Condoleezza Rice, sampai awal tahun 2001 tampak belum pernah mendengar nama organisasi Al-Qaidah (Her facial expression gave me the impression that she had never heard the term before). Namun, Rice justru skeptis terhadap peringatan yang diberikan Clarke.

Kesaksian O’Neill, Clarke, dan Edmonds hanya menambah deretan panjang bukti-bukti kebohongan Presiden Bush yang juga sudah dibeberkan David Corn dalam bukunya yang jadi bestseller berjudul The Lies of George W Bush: Mastering The Politics of Deception (Crown Publishers, 2003).

Ketua tim investigasi, Thomas Kean, seperti dikutip CBS (17 Desember 2003), untuk pertama kali mengatakan, tragedi 911 seharusnya dapat dicegah. Kristen Breitweiser, salah seorang janda yang suaminya ikut menjadi korban tragedi 911 dengan kesal mempertanyakan, “How is it possible we have a national security advisor coming out and saying we had no idea they could use planes as weapons when we had FBI records from 1991 stating that this is a possibility”. Pemerintahan Bush juga dituding mengabaikan peringatan kantor FBI di Minnesota dan Arizona perihal adanya para siswa pilot yang mencurigakan.

Dalam bukunya, Stranger Than Fiction: An Independent Investigation of the True Culprits Behind 9-11 (Dandelion Books, 2003), Prof Albert D Pastore PhD, mengungkapkan dengan gamblang sejumlah keganjilan di balik tragedi 911 antara lain:
1. Angkatan Udara AS memiliki satuan khusus (NORAD) yang dilengkapi dengan sistem radar dan pesawat-pesawat tempur canggih. Mereka bertugas selama 24 jam nonstop mengawasi seluruh wilayah udara AS, dan salah satu protap (prosedur tetap) mereka adalah menyergap pesawat komersial manapun yang melenceng dari jalur penerbangannya selama 15 menit. Tapi menjelang tragedi 911 ada sejumlah pesawat komersial yang melenceng selama 40 menit hingga 120 menit dan tak ada reaksi apa pun dari NORAD.
2. Pastore mempertanyakan, mengapa baja-baja kerangka penyangga gedung WTC hanya dalam tempo dua hari setelah tragedi 911 langsung didaur ulang atas perintah langsung dari Walikota New York, Rudy Giuliani. Sebagian didaur ulang di AS, tapi sekitar 70 ribu ton baja langsung dikirim ke Cina dan India oleh sebuah perusahaan Metals Management. Seharusnya tim investigasi diberikan kesempatan terlebih dahulu untuk meneliti baja-baja tersebut, guna memastikan apakah gedung-gedung itu memang hancur karena ditabrak pesawat atau karena sebab lain.“The steel beams were quickly recycled before investigators even had the chance to look at them!” tulis Pastore. Pasalnya, beberapa petugas pemadam kebakaran mengaku mendengar adanya bunyi ledakan bom di gedung-gedung itu. Dengan kata lain, bisa saja gedung-gedung WTC runtuh karena bom yang sudah dipasang terlebih dulu, bukan karena tertabrak oleh pesawat Boeing. Apalagi, menurut Pastore, ada satu gedung (WTC 7) yang runtuh kendati tak tertabrak oleh satu pesawat pun.
3. Pastore sangat meragukan versi resmi pemerintahan Bush yang “tanpa bukti-bukti akurat dan valid” langsung menuding kelompok Al-Qaidah sepenuhnya berada di belakang tragedi 911, kendati ia tidak mengesampingkan aksi tersebut dilakukan oleh komplotan teroris Timur Tengah. Buktinya, video yang konon menggambarkan pengakuan Usamah bin Ladin (pemimpin Al-Qaidah) ternyata orisinalitasnya sangat diragukan. Ia menduga video tersebut hasil rekayasa belaka. Wajah Usamah yang ada dalam gambar video itu memang ternyata sangat berbeda dengan Usamah yang asli.
4. Pastore menemukan, 7 dari 19 anggota Al-Qaidah yang dituduh sebagai pelaku pembajakan, ternyata masih hidup. Ia juga mempertanyakan, mengapa pemerintahan Bush yang katanya sudah mengetahui adanya ratusan anggota Al-Qaidah menyusup ke AS tapi ternyata tak berhasil menangkap satu pun dari mereka.

Pastore mengutip laporan The London Times bahwa “Thousands of FBI agents have rounded up more than 1,300 suspects across America since September 11, but they have failed to find a single Alqaidah cell operating in the United States Tom Ridge, Director of Homeland Security could not explain why none had been caught.” [Z.A. Maulani. 2009. Fitnah Itu akhirnya terungkap (WTC tragedy).(http://wahidasgar.blogspot.com/2009/08/fitnah-itu-akhirnya-terungkap-wtc.html), diakses 4 Agustus 2010.]

Bukti lain justru Negara Zionis Israel terkait dengan serangan 11 September. Namun, belum ada fakta yang kuat mengenai hal ini. Indikasi yang pernah disebut adalah tidak satu pun dari 3.000 pegawai Yahudi masuk kerja pada waktu WTC dihancurkan. Tidak mungkin 3.000 orang sakit atau cuti secara bersamaan, tanpa ada sesuatu di baliknya.

Selain itu, atas pertanyaan wartawati Margaret Neighbour dari koran The Scotsman, terungkap bahwa Bush mengakui serangan terhadap Afghanistan dan Iraq dengan menjadikan peristiwa 11 September 2001, serangan terhadap gedung-kembar WTC di New York dan gedung Pentagon di Washington DC sebagai dalih, telah direncanakan oleh pemerintah Amerika Serikat jauh sebelumnya. [Z.A. Maulani. 2009]

Pada tanggal 28 Januari 2002, di depan Kongres Amerika Serikat, presiden Bush melaporkan, “The British government has learned that Saddam Husein recently sought significant quantities of uranium from Africa” (Pemerintah Inggeris telah berhasil mengetahui bahwa Saddam Hussein baru-baru ini telah mengusahakan/mendapatkan sejumlah besar uranium dari Afrika). Enambelas butir kata yang kini menjadi gunjingan orang banyak itu kini ternyata didasarkan pada dokumen yang palsu, atau dipalsukan, yang digunakan sebagai dalih oleh Presiden Bush untuk mengelabui rakyat dan Kongres Amerika Serikat untuk mendapatkan persetujuan melibas Iraq.[Z.A. Maulani. 2009]

Dari lembaga resmi militer Amerika Serikat, The Armed Forces Institute of Pathology (AFIP), berdasarkan hasil pemeriksaan mereka atas daftar manifes penumpang pesawat, yang konon “dibajak oleh 19 orang teroris Arab”, dan dari hasil otopsi pada tanggal 16 Nopember 2001 terhadap 189 korban para penumpang pesawat, ternyata baik dari daftar manifes penumpang maupun dari otopsi jenazah para korban, AFIP menyatakan tidak menemukan satu pun nama orang Arab, atau jenazah orang Arab.[Z.A. Maulani. 2009]

Menurut para ahli demolisi itu, cara runtuhnya dan habisnya gedung-kembar WTC itu memperlihatkan ciri-ciri, apa yang mereka sebut ‘controlled demolition’ dari dalam, oleh orang-orang yang paham benar tentang konstruksi bangunan WTC, dengan memakai teknik yang digunakan untuk menghancurkan gedung-gedung tua tanpa perlu membahayakan lingkungan di sekitarnya. Gedung Pentagon yang konon disebut-sebut ditabrak pesawat Boeing 767 juga tidak memperlihatkan adanya puing-puing pesawat, atau isi perut pesawat yang berserakan berupa barang-barang penumpang dan sebagainya sebagaimana layaknya bila ada pesawat yang jatuh. Pendek kata, semua itu dalam bahasa Amerika, cerita tentang ulah teroris Arab itu,
“toogood to be true”. (The Prince George's Journal, Maryland, ‘Operation 911: No Suicide Pilots’, edisi September 18, 2001, dikutip oleh http://www.serendipity.li/wtc.html, July 14, 2003).

Bukti lainnya sehubungan dengan rencana invasi ke Afghanistan dari BBC melaporkan (September 18, 2001) bahwa Niaz Niak, mantan menteri luar-negeri Pakistan dibisiki oleh seorang pejabat Amerika Serikat dalam sebuah pertemuan di Berlin pada medio-Juli 2001 (dua bulan sebelum terjadinya peristiwa 11 September 2001) bahwa “tindakan militer terhadap Afghanistan akan dilakukan pada medio-Oktober”. Sampai dengan bulan Juli 2001 pemerintah Amerika Serikat masih memandang Taliban sebagai sumber stabilitas di Asia Tengah yang memungkinkan untuk membangun jalur pipa hidro-karbon dari ladang-ladang minyak dan gas bumi di Turkmenistan, Uzbekistan, Kazakhstan, melalui Afghanistan dan Pakistan, menuju pantai Lautan Hindia. Tetapi ketika Taliban menolak syarat-syarat yang disorongkan,
wakil Amerika Serikat dalam perundingan itu mengancam dengan angkuh, “anda menerima tawaran kami berupa karpet emas, atau kami akan kubur anda dengan karpet bom” (Inter Press Service, November 15, 2001).

Menurut Suripto, tindakan sejenis ini hanya dapat dilakukan oleh terorisme Negara (state terrorism). Hanya terorisme Negara yang mempunyai kapabilitas untuk melakukan tindakan teror yang didukung oleh fasilitas Negara; berupa dukungan anggaran yang besar, didukung pula oleh organisasi intelejen dan menggunakan mesin propaganda resmi (pemerintah). Salah satu mesin propaganda pada tingkat global yang digunakan AS ialah CNN. Tayangan langsung CNN atas kejadian 11 September 2001 terkesan kuat merupakan bagian skenario dari George Walker Bush yang mengutuk aksi teror WTC dan Pentagon yang dilakukan oleh Al-Qaidah dan diotaki oleh Osama bin Laden. (Jerry D.Gray. 2009. (9-11) The Hard Evidence Exposed!!! The Real Truth. Jakarta: Sinergi, hlm. xv).

Hasil dari Komisi Penyelidikan Gabungan Kongres (Joint Congress Inguiry) yang dikeluarkan pada tanggal 24 Juli 2003 menyatakan, penyelidikan mereka tiba pada kesimpulan: “tidak ada kaitan apa pun antara Iraq dengan Al Qaidah, dan tidak ada kaitan apa pun antara Iraq dengan peristiwa serangan tanggal 11 September 2001”. Nasi telah menjadi bubur, Afganistan sejak 7 Oktober 2001 dan Iraq sejak 19 Maret 2003 telah menjadi negeri jajahan Amerika Serikat.

Kesimpulan

Jadi berdasarkan kesaksian dan fakta yang terungkap ke publik dari serangan terhadap WTC dan Pentagon pada 11 September 2001, dimana Presiden George W Bush menuduh Al-Qaidah sebagai organisasi teroris yang di pimpin Osama bin Laden yang melakukannya, ternyata hanya kebohongan belaka dari ulah terorisme
Negara Amerika Serikat yang bertujuan sbb:
1. Membangun kebencian masyarakat dunia (khususnya Barat) kepada umat Islam yang diposisikan sebagai “teroris”.
2. Membangun opini global tentang adanya musuh bersama harus diperangi, seperti ucapan Presiden George W Bush yang terkenal beberapa saat setelah tragedy 11 September 2001. “If you are not with us, you’re against us.”
3. Menginvasi Afghanistan dan Irak untuk mencuri “emas hitam” (minyak bumi).
Kini menjadi jelas, bahwa selama ini umat Islam hanya menjadi korban fitnah besar dari persekongkolan keji rezim George Walker Bush dan sekutunya.

sumber : rumahsantri.multiply.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman Ke