Senin, 25 Oktober 2010

Jilbab Membawa Berkah (Kisah Orang Indonesia di Eropa)

Asty Rastiya, menceritakan pengalamannya kidentitas Asty sebagai seorang muslimah. Dengan berbekal pengetahuan yang didapat detika kuliah di Den Haag, Belanda. Dirinya sempat ketar-ketir karena menurut apa yang dia tahu sebelum berangkat ke Belanda, dunia barat mendiskriminasi Islam.

Apalagi dengan mengenakan jilbab, tambah jelaslah ari media, Asty teguh berangkat ke Belanda dan bersiap menghadapi segala resiko.

Kecele
"Eh ternyata tak seperti yang aku kira. Dosen gak keberatan aku sholat di kelas. Teman-teman terutama yang bule, mereka memandang sinis Islam karena cuma punya pengetahuan dari media. Samalah dengan aku sebelum berangkat ke Belanda, " demikian Asty.

Roma
Asty mengatakan, justru mendapatkan banyak keuntungan dan beberapa kali ditolong orang asing gara-gara jilbab. Contohnya, ketika berada di Roma, Italia dan memesan makanan di sebuah restoran Turki, Asty di'ganjar' secangkir teh gratis oleh pemilik restoran.

"Saya pikir tehnya memang gratis di restoran itu, tapi setelah saya lihat menu, ternyata harganya 1,5 euro. Alhamdullilah, rejeki..." kata Asty.

Masih di Roma, dia menceritakan pengalamannya ketika sedang berjalan menyusuri jajaran toko dan restoran. Ketika itu Asty dan temannya harus melewati sekelompok pemuda yang sedang nongkrong di pinggir jalan, lengkap dengan botol bir di tangan. Tiba-tiba seorang dari mereka mengucapkan salam, "Assalamualaikum!" Walaupun kaget, Asty menjawab juga.

Tak lama seseorang dari gerombolan itu melambaikan tangan memanggil mereka. Asty lumayan gugup, karena tidak mengerti apa mau si pemuda. Mereka bergeming. Lalu laki-laki itu menyerahkan botol bir yang sedang dipegangnya pada salah satu temannya, dan berjalan ke arah kedua gadis tersebut.

Si pemuda kemudian menunjuk ke kepalanya, lalu menunjuk Asty. "That's beautiful! No many people who wear that!" Serunya. Asty lega, ternyata pemuda itu hanya ingin memberi pujian. Dan caranya menyerahkan botol bir kepada temannya sebelum menghampiri, diartikan Asty sebagai cara menunjukkan rasa hormat.

Milan
Lain lagi pengalaman di Milan. Karena lupa membawa peta kota Milan, Asty dan temannya harus menanyakan alamat kepada orang sekitar. Di Italia, kebanyakan orang enggan atau tidak fasih berbahasa Inggris. Setelah beberapa waktu, akhirnya mereka bertemu seorang pemuda yang membantu menunjukkan arah. Bahkan ikut menemani ke stasiun metro untuk membeli tiket dan membantu membelikan tiket dari mesin.

Ternyata pemuda itu seorang imigran asal Pakistan. Ketika Asty mengucapkan terima kasih atas bantuannya, dia menjawab "It's okay. I'm a Muslim, you are a Muslim, so I help you," jawabnya sambil tersenyum.

Praha
Kejadian lainnya ketika berada di Praha, Republik Ceko. Ketika sedang berjalan-jalan di sebuah kompleks Yahudi, kembali terdengar seseorang menyapa , "Assalamualaikum." Asty tidak menyangka karena itu keluar dari mulut seorang seorang laki-laki berkulitputih dan dalam kompleks pemakaman Yahudi di Praha.

Si pria yang ternyata pemilik toko suvenir itu menjanjikan korting untuk Asty. Asty waktu itu berpikir, yah semua pedagang akan bilang begitu, supaya dagangannya laku. Si laki-laki tersebut sempat bercakap singkat dengan si kasir, yang kemudian menghitung belanjaan Asty, yang totalnya sekitar 600 Kc. Tapi kemudian, ia berkata, "We give you discount." Total harga di monitor pun berubah menjadi sekitar 500 Kc. "Waaah, ternyata si pelayan toko tadi sungguh-sungguh dengan perkataanya! Alhamdulillah, rejeki lagi...," kata Asty.

London
Selain kejadian-kejadian di atas, masih ada beberapa pengalaman berkesan lain gara-gara jilbab yang Asty kenakan. Termasuk saat berjalan-jalan di London, Inggris. Saat sedang mengantri burger di sebuah restoran cepat saji, seorang ibu mengingatkan Asty makanan itu tidak halal, meskipun daging sapi. Asty yang kelaparan mengatakan mencari makanan sepenuhnya halal itu sulit di London. Ibu itu mengatakan, wah tidak benar itu. "And she was right!" kata Asty. Restoran yang menawarkan makanan halal ternyata cukup bertaburan di pusat kota London. "Saya bahkan menemukan sebuah restoran sushi bersertifikat halal!" Asty senang karena merasa diingatkan.

Belanda
Tak hanya pertolongan orang yang Asty dapatkan berkat jilbab. Keuntungan lain, berjilbab memudahkan untuk sholat di mana pun dan kapan pun, tanpa harus repot memakai mukena. Bahkan di kereta sekalipun.

Apa tidak takut dipandang aneh? Asty mengatakan, "Saya tidak pernah dipandang aneh atau dikucilkan begitu. Paling mereka berpikir, ini orang lagi yoga apa begitu, " sambungnya tergelak. Ada satu kejadian yang Asty tidak lupa, ketika itu ada seorang pria Belanda yang naik kereta bersama anjingnya. Sebelum duduk di depan Asty, pria itu bertanya lebih dahulu apakah Asty keberatan jika dia duduk di hadapan Asty. "Entah dia tahu kalau muslim tidak bisa sama anjing, tapi saya surprise, orang Belanda biasanya kan gak pernah tanya-tanya."

Kacamata
Menurut Asty, jika ada perdebatan soal mengapa tetap memeluk agama Islam walaupun sudah banyak anggapan teroris dan sebagainya, Asty mengatakan ,"Saya bilang, kamu tidak akan bisa memahami keyakinanku jika kamu melihatnya dengan kacamatamu sendiri. Sama dengan aku yang tidak bisa memahamimu yang atheis tidak percaya Tuhan, jika aku menggunakan kacamataku sendiri. Tapi aku berusaha melihat kamu dan memahami kamu dari kacamatamu sendiri, sehingga aku paham mengapa kamu atheis dan menghargai kamu dan pilihanmu."

[muslimdaily.net/RNW/foto dari Facebook]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman Ke