Jika minoritas di Indonesia memperoleh hak yang sama dalam urusan liburan, Idul Fitri belum masuk kalender libur nasional Australia
Hidayatullah.com--Awal musim semi lalu, saat suhu udara Canberra mulai hangat dan bunga Sakura di berbagai sudut kota bermekaran, diselenggarakan festival Idul Fitri.
Acara ini adalah sebentuk silaturahmi kaum muslim terhadap warga ibukota Australia. Memang, di negara seperti Australia, salah satu cara terfavorit untuk memperkenalkan keberadaan sebuah komunitas adalah dengan mengadakan festival.
Selain untuk mendapatkan pengakuan, festival juga ditujukan untuk mempersatukan berbagai kelompok agar bisa membaur dan akhirnya diterima oleh lingkungan yang lebih luas.
Bagaimanapun, sementara agama minoritas seperti di Indonesia memperoleh hak yang sama dalam urusan holiday, hari besar islam seperti Iedul Fitri masih belum masuk dalam kalender libur nasional di Australia.
Muslim yang meliputi sekitar 2 % penduduk Australia perlu sebuah ajang untuk memperkenalkan diri. Di Australian Capital Territory, pusat pemerintahan dan diplomatik dengan dua buah masjid, terdapat populasi muslim yang cukup besar yang berasal dari berbagai negara.
Berbagai stand dan panggung digelar di acara ini, yang berhasil mengumpulkan muslim Turki, India, Banglades, Indonesia, Pakistan, Bosnia, Libanon, Arab, serta Afrika dan tentu pula pengunjung warga Australia asli baik muslim maupun non-muslim. Mereka hadir dengan busana khas masing-masing negara, bersama anak-anak, kerabat dan handai taulan. Beberapa muslimah bercadar juga terlihat di acara keluarga ini.
Berbagai stand memajang produk-produk budaya masyarakat muslim dunia, mulai dari berbagai kerajinan tangan, karpet, dan bahkan stand Australian for Pelestine (gerakan yang bertujuan memberikan edukasi tentang Palestina kepada rakyat Australia) yang menjual berbagai merchandise produk dari Gaza yang terkepung tembok apartheid. Aneka makanan dari berbagai negara muslim tersedia seperti Kebab Turki, makanan tradisional Bangladesh, Bosnia, Pakistan, India, serta Indonesia yang diwakili oleh stand “Indo Café”.
Kita bisa menikmati aneka makanan khas dari berbagai negara muslim sambil menonton pertunjukan seni islam dari berbagai komunitas muslim yang tinggal di Canberra. Rangkaian acara meliputi lagu, Pious poet, Wiradjuri Performers, Gazi Husrev-Beg Bosnian Choir, Turkish Folk Dance, Urdu Sufi Music dan bahkan Chinese Lion Dance. Acara ini benar-benar dirancang sebagai sebuah multicultural event.
Di saat yang sama, anak-anak bisa bergembira dengan berbagai wahana permainan, mulai dari boom-boom cars, aneka anak binatang peliharaan dan reptile yang didatangkan dari kebun binatang dan juga kuda poni yang disewakan dengan bayaran sejumlah dolar Australia.
Ada pula face painting dan foto bersama dengan “polisi koala” yang diminati oleh anak-anak. Dinas pemadam kebakaran kota Canberra memamerkan versi pertama mobil pemadam beserta berbagai perlengkapannya yang antik.
Acara festival yang diadakan dua minggu setelah hari raya yang sesungguhnya tersebut terbilang sangat sukses dengan mengumpulkan banyak pengunjung.
Publikasi dan promosi yang cukup bagus ditandai dengan banyaknya spanduk kecil di banyak titik pembatas jalanan kota, dan selebaran yang dibagikan di Masjid kota serta di koran lokal. Sepertinya festival ini akan menjadi event tetap milik warga kota Canberra di tahun-tahun kedepan.
Sungguh menyentuh perasaan, seorang anggota polisi federal Australia dengan ramah membagikan kurma kepada pengunjung, sementara yang lainnya menjaga kelancaran acara, membagikan balon dan berfoto dengan anak-anak serta memberi pelayanan informasi tentang kepolisian federal dan isu keamanan lainnya.
Diatas panggung seorang penyanyi rap kulit hitam dari Sidney membawakan dua lagu bertema tentang keuatamaan akhlak Islami.
Salah satunya yang berisi lirik “Respect your mother, respect your mother, respect your mother, respect your father”, spontan mengundang tepuk tangan polisi wanita disamping saya. Pesan yang disampaikan mengena di masyarakat Barat yang cenderung individualistis dan dilanda memudarnya nilai-nilai keluarga.
Festival ini dirancang dengan baik terlihat dari tersedianya berbagai fasilitas umum serta personel yang membantu kelancaran acara. Selain disediakan tempat sholat di sebelah panggung, disediakan pula berbagai perlengkapan berupa toilet umum, serta tempat sampah di berbagai titik.
Pada acara ini ditampilkan pula pasukan Janisary Otoman lengkap dengan penampilan Ottoman Millitary Band yang cukup menarik perhatian penonton.
Penampilan pasukan legendaris yang sempat membuat ketar-ketir Eropa selama berabad-abad ini seakan membangkitkan ingatan masa kejayaan islam dimasa lampau. Kehadirannya di lapangan yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari old-Parliament House memberi impresi yang sulit digambarkan.
Acara yang diselenggarakan tanggal19 September 2010 ini berhasil menjadi ajang untuk memperkenalkan budaya antar masyarakat muslim yang berasal dari berbagai negara. Dan tentu saja, event yang baru pertama diselenggarakan ini juga berhasil mempromosikan islam kepada masyarakat Australia yang masih minim informasi tentang islam dan kaum muslim.
Selain itu acara ini berhasil memediasi sebuah transfer value antara masyarakat Muslim, masyarakat Australia pada umunya serta otoritas Australia. Di satu sisi muslim memperkenalkan kekayaan ajaran akhlak dan budaya islami kepada khalayak Australia, sementara Australian Federal Police memperoleh media untuk memasyarakatkan “akhlak” berlalu lintas serta isu ketertiban dan keamanan lainnya. Dilain bagian, dari acara ini Ministry of multicultural affairs ingin mendorong integrasi masyarakat muslim kedalam masyarakat Australia secara keseluruhan.
Acara yang diselenggarakan atas kerjasama antara Canberra Eid al-Fitri Festival Committee, Polisi Federal Australia dan ACT- Minister of multicultural affairs ini diakhiri dengan penandatanganan petition for peace yang akan dipersembahkan untuk National Islamic Library.
[kiriman Nico Andrianto, Mahasiswa Master of Policy and Governance Program, Crawford School of Economics and Government, Australian National University (ANU), Canberra, Australia]
Sumber : Hidayatullah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar