Jumat, 08 Oktober 2010

Saling Dukung, Muslim Orlando Ajak Kristen Berbuka Bersama


ORLANDO, FLORIDA (Berita SuaraMedia) – "Inilah apa yang seharusnya kita lihat di seluruh negeri," kata Raza Ali, 62 tahun, seorang anggota dari Masjid. "Kita harus bersatu. Kita harus memerangi bersama mereka yang memilih menjadi ekstrim."

Bersama-sama, umat Muslim dan Kristen berjalan pada senja hari dari sekolah Islam menuju Pusat Islam Orlando. Bersama-sama mereka makan malam untuk mengakhiri puasa Ramadhan. Bersama-sama, mereka berbaris dalam satu deretan di dalam Masjid dan berdoa.

"Inilah yang seharusnya kita lihat di seluruh negeri ini," kata Raza Ali, 62 tahun, seorang anggota dari Masjid. "Kita harus bersatu. Kita harus memerangi bersama mereka yang memilih menjadi ekstrim."

Acara berkumpul antar agama awal pekan ini dari umat Muslim dan umat Kristen, bersamaan dengan beberapa teman Yahudi, adalah suatu pertunjukan dukungan, persatuan dan agama pada masa ketika negara tersebut nampaknya tertarik untuk membagi menjadi dua kutub ekstrim atas agama dan terorisme.

Beberapa dari 70 non-Muslim yang berpartisipasi dalam pengamatan Islam mengatakan bahwa mereka datang karena berada dalam masa-masa, perselisihan, hal ini penting bagi orang-orang tersebut untuk datang bersama.

"Saya percaya dalam menemukan persamaan mendasar antar agama," kata Ron Wilensky, 61, seorang anggota dari Persatuan Gereja Windermere.

Imam Tariq Rasheed, direktur dari Pusat Islam di barat daya Orange County, mengatakan bahwa "beberapa tahun terakhir telah tumbuh Islamophobia menyebar di AS. Kami merasa bahwa kami harus menunjukkan agama Islam sebenarnya kepada orang-orang. Mereka harus mengenal siapa kita. Semua orang bukan Osama bin Laden."

Sekitar dua lusin anggota dari Gereja Persataun Metodis Luke di Orlandi berada di antara mereka yang hadir dalam acara makan malam tersebut, yang disebut dengan Iftar.

"Menjadi pendukung dari teman-teman Muslim adalah sebuah nilai yang penting bagi kami," Pastur Bill Barnes mengatakan.

Makan malam tersebut yang mengundang 300 orang, dilaksanakan setelah matahari terbenam, yang dimaksudkkan untuk mengakhri puasa. Selama Ramadhan, umat Muslim menjauhkan diri dari makan dan minum dari matahari terbit sampai matahari tenggelam sebagai pelajaran dalam kesabaran, kemanusiaan, dan spiritual.

Menghormati dan menerima agama lain tidak datang dari satu makanan, satu malam, satu pertemuan doa bersama, kaum metodis mengamati. Senin malam tersebut merupakan satu waktu dalam sebuah hubungan yang berkembang.

"Kami melakukan hal-hal ini dengan tetangga Muslim kami sebelum masalah Masjid tersebut muncul," Barnes mengatakan. "Saya pikir kami akan melalui semua sentimen anti-Muslim ini, namun harus ada pengakuan bahwa masyarakat adalah masyarakat dan tidak adil untuk mengkarakterkan keseluruhan kelompok orang dari masyarakat beradasarkan pada satu elemen ekstrim."

Gereja tersebut juga berpartisipasi pada kegiatan yang sama tahun lalu, namun tahun ini berbeda: Terdapat protes dan kemarahan atas sebuah usulan Masjid dan pusat kebudayaan di dekat Ground Zero di New York. Sebuah Masjid Jacksonville diledakkan, dan pengrusakan menghancurkan perlengkapan di sebuah Masjid Tennessee yang sedang dibangun.

Ketika umat Muslim merasa terisolasi, dikucilkan dan diserang, keinginan orang-orang dari beda keyakinan untuk berdoa dan makan dengan anggota Pusat Islam adalah penting, Rasheed mengatakan.

Pada akhir sholat di Masjid, Rasheed berterima kasih kepada mereka yang datang dan melakukan sebuah doa untuk semua: Semoga Tuhan memberkati kita semua, dan semoga Tuhan menjaga kita hidup dalam damai." (ppt/abn/os) www.suaramedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman Ke