Jumat, 17 September 2010

Iman Islam Ihsan Bag 11


11. Keajaiban Al Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Modern

Benar kiranya jika Al Qur’an disebut sebagai mukjizat.
Bagaimana tidak, ternyata ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan
di abad ke 7 masehi di mana ilmu pengetahuan belum
berkembang (saat itu orang mengira bumi itu rata dan matahari
mengelilingi bumi), sesuai dengan ilmu pengetahuan modern
yang baru-baru ini ditemukan oleh manusia.

Sebagai contoh ayat di bawah.

a. Langit dan Bumi dahulunya Satu

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah
suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” [Al
Anbiyaa:30]

Saat itu orang tidak ada yang tahu bahwa langit dan bumi itu
awalnya satu. Ternyata ilmu pengetahuan modern seperti teori
Big Bang menyatakan bahwa alam semesta (bumi dan langit)
itu dulunya satu. Kemudian akhirnya pecah menjadi sekarang
ini.

Kemudian ternyata benar segala yang bernyawa, termasuk
tumbuhan bersel satu pasti mengandung air dan juga
membutuhkan air. Keberadaan air adalah satu indikasi adanya
kehidupan di suatu planet. Tanpa air, mustahil ada kehidupan.
Inilah satu kebenaran ayat Al Qur’an.

Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al
Qur'an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit
atau garis edar tertentu.

"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang,
matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu
beredar di dalam garis edarnya." (Al Qur'an, 21:33)

Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah
diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:

"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya.
Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui." (Al Qur'an, 36:38)

b. Langit yang Mengembang (Expanding Universe)

Dalam Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu
astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta
digambarkan sebagaimana berikut ini:

"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan
sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al
Qur'an, 51:47)

Menurut Al Qur’an langit diluaskan/mengembang. Dan inilah
kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.

Sejak terjadinya peristiwa Big Bang, alam semesta telah
mengembang secara terus-menerus dengan kecepatan maha
dahsyat. Para ilmuwan menyamakan peristiwa
mengembangnya alam semesta dengan permukaan balon
yang sedang ditiup.

Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang
umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa
alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala
tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan
perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern,
mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki
permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang".

Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann,
dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis
menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa
bergerak dan mengembang.

Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data
pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan
teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika,
menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak
saling menjauhi.

c. Gunung yang Bergerak


"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia
tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya
awan." [QS 27:88]

14 abad lampau seluruh manusia menyangka gunung itu diam
tidak bergerak. Namun dalam Al Qur’an disebutkan gunung itu
bergerak.

Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak
bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti
mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal
abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang
ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan
bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada
masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah
yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak
saling menjauhi.

Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener
baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya.
Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam
sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun
lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi
awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea.
Daratan ini terletak di kutub selatan.


Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua
bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang
berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah
Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India.
Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa,
Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun
setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi
menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.

Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea
telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus
sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga
menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah
daratan dan lautan di Bumi.

Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian
geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan
menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:

Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan
sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut
lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa
lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik,
lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi,
membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan
benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun.

Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan
menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan.
Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih
lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe;
General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton,
Massachusetts, 1985, s. 30)

Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam
ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung
sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan
modern juga menggunakan istilah "continental drift" atau
"gerakan mengapung dari benua" untuk gerakan ini. (National
Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978,
s.12-13)

Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an
bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh
para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an.

Pada zaman Nabi pengetahuan tentang angin yang
mengawinkan benang sari dan putik dari tumbuhan belum
dikenal. Namun sekarang itu merupakan pengetahuan yang
umum.

"Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan
Kami turunkan hujan dari langit lalu Kami beri minum
kamu dengan air itu dan sekali kali bukanlah kamu yang
menyimpannya." (Al Qur'an, 15:22)

d. Ramalan Kemenangan Romawi atas Persia

"Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di
negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu
akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah
urusan sebelum dan sesudah (mereka menang)." (Al
Qur'an, 30:1-4)

Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi,
hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen
di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan
Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa
Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium
waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga
nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan
keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan
kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar,
Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran
Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding
batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah
memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja
dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang.
Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan
Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan.
Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia,
yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa
Persia. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State
and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)

e. Diselamatkannya Jasad Fir’aun

"Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya
kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang
datang sesudahmu" [QS 10:92]

Maurice Bucaille dulunya adalah peneliti mumi Fir’aun di Mesir. Pada mumi Ramses II dia menemukan keganjilan, yaitu kandungan garam yang sangat tinggi pada tubuhnya. Dia baru
kemudian menemukan jawabannya di Al-Quran, ternyata
Ramses II ini adalah Firaun yang dulu ditenggelamkan oleh
Allah swt ketika sedang mengejar Nabi Musa as.

Injil & Taurat hanya menyebutkan bahwa Ramses II tenggelam;
tetapi hanya Al-Quran yang kemudian menyatakan bahwa
mayatnya diselamatkan oleh Allah swt, sehingga bisa menjadi
pelajaran bagi kita semua.

Perhatikan bahwa Nabi Muhammad saw hidup 3000 tahun
setelah kejadian tersebut, dan tidak ada cara informasi tersebut
(selamatnya mayat Ramses II) dapat ditemukan beliau (karena
di Injil & Taurat pun tidak disebut). Makam Fir’aun, Piramid,
baru ditemukan oleh arkeolog Giovanni Battista Belzoni tahun
1817. Namun Al-Quran bisa menyebutkannya karena memang
firman Allah swt (bukan buatan Nabi Muhammad saw).

f. Segala Sesuatu diciptakan Berpasang-pasangan

Al Qur'an yang berulang-ulang menyebut adanya pasangan
dalam alam tumbuh-tumbuhan, juga menyebut adanya
pasangan dalam rangka yang lebih umum, dan dengan batasbatas
yang tidak ditentukan.

"Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasanganpasangan
semuanya baik dari apa yang ditumbuhkan oleh
bumi dan dari diri mereka maupun dari apa-apa yang
mereka tidak ketahui." [Yaa Siin 36:36]

Kita dapat mengadakan hipotesa sebanyak-banyaknya
mengenai arti hal-hal yang manusia tidak mengetahui pada
zaman Nabi Muhammad. Hal-hal yang manusia tidak
mengetahui itu termasuk di dalamnya susunan atau fungsi
yang berpasangan baik dalam benda yang paling kecil atau
benda yang paling besar, baik dalam benda mati atau dalam
benda hidup. Yang penting adalah untuk mengingat pemikiran
yang dijelaskan dalam ayat itu secara rambang dan untuk
mengetahui bahwa kita tidak menemukan pertentangan
dengan Sains masa ini.

Meskipun gagasan tentang "pasangan" umumnya bermakna
laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan
"maupun dari apa yang tidak mereka ketahui" dalam ayat di
atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna
lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul
Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara
berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada
tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut "parité", menyatakan
bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi.
Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi.
Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi
bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini
dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:

"...setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang
berlawanan ... dan hubungan ketidakpastian mengatakan
kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan
berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap
tempat."

Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di
Bumi, melainkan dibawa oleh meteor-meteor melalui letupan
bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian "dikirim ke
bumi", persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut.
Jelas bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada
abad ke-7, di saat Al Qur'an diturunkan.


Sumber:
Harun Yaya
MS Encarta 2006
Mukjizat Al Qur’an, Prof. Dr. Quraisy Syihab
BIBEL, QUR-AN, dan Sains Modern
Dr. Maurice Bucaille
Judul Asli: La Bible Le Coran Et La Science
Alih bahasa: Prof. Dr. H.M. Rasyidi
Penerbit Bulan Bintang, 1979
Kramat Kwitang I/8 Jakarta
http://harry.sufehmi.com/archives/2006-06-15-1181/

Sumber : Agus Nizami
Email : agusnizami@yahoo.com.sg.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman Ke