Jumat, 17 September 2010

Iman Islam Ihsan bag 8



8. Mentaati dan Menjalankan Hukum Allah

Sesungguhnya keimanan yang tinggi serta ibadah tasbih dan
dzikir kepada Allah saja tidak cukup. Tapi masih harus disertai
dengan ketaatan dan menjalankan perintah Allah. Jika kita
tidak taat dan tidak mau menjalankan perintah Allah, maka kita
termasuk golongan orang yang kafir.

Sebagai contoh: Iblis. Keimanan Iblis sangat tinggi. Dia sangat
yakin akan keberadaan dan keesaan Allah karena dia pernah
berdialog langsung dengan Allah. Dia juga rajin bertasbih dan
berdzikir kepada Allah bersama kumpulan para Malaikat.
Namun karena dia tidak mau menjalankan satu perintah Allah,
yaitu sujud kepada Adam, maka Iblis menjadi orang yang kafir
dan dikutuk oleh Allah:

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah
mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia
termasuk golongan orang-orang yang kafir.” [Al
Baqarah:34]

Keengganan Iblis menjalankan perintah Allah karena dalam diri
Iblis ada kesombongan. Dia merasa lebih baik daripada Adam:

“Berkata Iblis: "Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada
manusia yang Engkau telah menciptakannya dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk
Allah berfirman: "Keluarlah dari surga, karena
sesungguhnya kamu terkutuk, dan sesungguhnya kutukan
itu tetap menimpamu sampai hari kiamat"." [Al Hijr:33-35]

Akibatnya Iblis menjadi makhluk yang terkutuk.

Jika Iblis yang hanya menolak satu perintah Allah saja menjadi
kafir dan terkutuk, berapa banyak ummat Islam yang menolak
mentaati banyak perintah Allah dengan sengaja dan berusaha
menghalangi ummat Islam lainnya menjalankan
perintah/hukum Allah?

Dalam surat Al Maa-idah kita diperintahkan untuk menjalankan
hukum Allah yang ada di kitab Sucinya seperti Qishash:

Al Maa-idah:
[5.44] Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat
di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi),
yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang
Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah,
oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta
mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara
kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya.

Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi)
takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayatayat-
Ku dengan harga yang sedikit. Barang siapa yang
tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah,
maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.

[5.45] Dan kami telah tetapkan terhadap mereka di
dalamnya (At Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan
jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga
dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka-luka (pun) ada
kisasnya. Barang siapa yang melepaskan (hak kisas) nya,
maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya.
Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang
yang zhalim.

Mengapa orang-orang Yahudi dimurkai Allah? Karena mereka
tidak memutuskan perkara menurut hukum Allah.

Ummat Nasrani juga dinyatakan sesat dalam surat Al Fatihah
karena mereka tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah:

”Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israel)
dengan Isa putra Maryam, membenarkan kitab yang
sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan
kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk
dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab
yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi
petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang
bertakwa.
Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan
perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya.
Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang
yang fasik.” [Al Maa-idah:46-47]

Kemudian ketika Allah menurunkan Al Qur’an, adakah kita
akan memutuskan perkara menurut Al Qur’an, atau kita
mengikuti hawa nafsu manusia?

Ada yang tertarik dengan ideologi Komunis/Sosialis kemudian
membuat paham ”Islam Kiri.” Padahal Islam sebagai agama
yang sempurna sudah mengajarkan kita untuk membantu dan
menolong fakir miskin tanpa membatasi kemampuan
seseorang untuk bekerja atau berproduksi. Meski Komunisme
telah gagal di Uni Soviet di mana mayoritas rakyat tetap miskin
dan sering antre makanan sementara para pejabatnya justru
hidup mewah di dacha-dacha mereka, namun tetap ada
sebagian ummat Islam yang mengikuti paham
Komunis/Sosialis.

Ada lagi yang tertarik dengan paham Liberalisme/Kapitalisme
Amerika Serikat hingga akhirnya melabeli Islam dengan
”Liberal” menjadi Islam Liberal. Padahal paham
Liberal/Kapitalisme akhirnya mengakibatkan para pemilik
modal meraup untung sebesar-besarnya dan menindas
buruh/karyawan mereka dengan menekan upah mereka sekecil
mungkin. Para pemilik uang juga dengan bebas mengambil
kekayaan alam negara-negara di seluruh dunia seperti minyak,
gas, emas, tembaga, dan sebagainya untuk sebesar-besarnya
masuk ke kantong pribadi mereka.

Padahal dalam Al Qur’an kita dilarang untuk mengikuti hawa
nafsu manusia:

”Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan
membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain
itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang
Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu,
Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah
berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang
telah kamu perselisihkan itu,
dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara
mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah
kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan
kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah
diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya
Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada
mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan
sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang
yang fasik.” [Al Maa-idah:48-49]

Hukum manakah yang lebih baik? Hukum buatan Allah atau
buatan makluk Allah yaitu Manusia? Iblis terkutuk karena
merasa lebih baik daripada Adam. Adakah kita merasa bahwa
hukum buatan manusia lebih baik daripada hukum Allah?

„Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan
hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah
bagi orang-orang yang yakin?” [Al Maa-idah:50]

Agar ummat Islam dapat menjalankan Hukum Allah, Allah
melarang orang-orang yang beriman mengambil orang-orang
Yahudi dan Nasrani untuk menjadi pemimpin. Ini masuk akal.
Siapa sih di antara orang-orang Yahudi dan Nasrani yang mau
menjalankan Hukum Allah? Siapa di antara orang-orang
Yahudi dan Nasrani yang mau menjalankan Syariat Islam atau
berjuang untuk mendirikan Negara Islam? Tidak ada bukan?
Justru mereka berusaha menghalangi penegakkan syariat
Islam atau pendirian Negara Islam sekuat mungkin. Mereka
hanya boleh jadi pemimpin kelompok mereka sendiri:

„Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpinmu; sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di
antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang lalim.” [Al Maa-idah:51]

Ummat Islam meski mayoritas saat ini tidak bisa menjalankan
hukum Allah. Para penentang hukum Allah berpendapat bahwa
negara kita ini kan majemuk/plural. Jadi tidak bisa hukum Islam
dijalankan. Padahal zaman Nabi orang-orang kafir, Yahudi, dan
Nasrani juga sudah ada. Toh mereka tetap bisa menjalankan
hukum Islam:

“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit
dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati
mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut
akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan
mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau
sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka
menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan
dalam diri mereka.
Dan orang-orang yang beriman akan mengatakan: "Inikah
orang-orang yang bersumpah sungguh-sungguh dengan
nama Allah, bahwasanya mereka benar-benar beserta
kamu?" Rusak binasalah segala amal mereka, lalu mereka
menjadi orang-orang yang merugi.” [Al Maa-idah:52-53]

Karena itulah Allah memerintahkan ummat Islam untuk bersatu
dengan orang-orang yang beriman. Karena hanya mereka
inilah yang mau menjalankan hukum Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara
kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka
dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah
lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah,
dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka
mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa
yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-
Nya) lagi Maha Mengetahui.
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya,
dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan
menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).
Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orangorang
yang beriman menjadi penolongnya, maka
sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti
menang.” [Al Maa-idah:54-56]

Ada pun orang-orang yang mengejek Islam dengan berbagai
perkataan jelek seperti ekstrim, teroris, kuno, dan sebagainya,
haram bagi kita untuk mengangkatnya sebagai pemimpin:

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat
agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara
orang-orang yang telah diberi Kitab sebelummu, dan
orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan
bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orangorang
yang beriman.” [Al Maa-idah:57]

Sekali lagi ummat Islam hendaknya tidak berpuas diri. Shalat,
puasa, zakat, haji, serta zikir saja tidak cukup. Tapi kita harus
menjalankan semua perintah Allah karena ini adalah
perwujudan dari rukun Islam pertama, yaitu bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan
Allah. Syahadah tersebut bukan hanya sekedar di bibir saja,
tapi mensyaratkan ketaatan kita pada segala perintah Allah
sebagai Tuhan kita dan Muhammad SAW sebagai utusan
Allah. Kita tidak bisa beriman kepada sebagian ayat dan kafir
pada sebagian ayat lainnya karena menganggap ada ayat Al
Qur’an yang sudah tidak relevan lagi dengan zaman sekarang:

”Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab
(Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain?
Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian
daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia,
dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa
yang sangat berat.” [Al Baqarah:85]


Semoga kita bisa mengambil manfaat dari tulisan ini.

Sumber : Agus Nizami
Email : agusnizami@yahoo.com.sg.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman Ke