Belanda tidak menyetujui kekerasan dan menolak Islam sebagai sebuah alat untuk menyebarkan kekerasan, menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh Universitas Amsterdam.
Para peneliti di Institut untuk Studi Migrasi dan Etnik menemukn bahwa para pengikut Salafi adalah "sebuah gerakan ortodoks pada umumnya". Walaupun pandangan dunia mereka, menurut para akademisi tersebut, adalah "kaku dan hanya satu sisi saja" mereka tidak aspiratif untuk menentang masyarakat Belanda.
Mereka pada faktanya berusaha untuk menemukan sebuah tempat di dalam masyarakat, yang bagaimanapun juga terhalangi oleh gaya fanatik untuk mempercayai sesuatu, menjadi sulit untuk menyatu dengan sebuah pekerjaan atau sebuah pendidikan yang lebih tinggi.
Dalam bidang politik, para pengikut Salafi adalah umat Muslim Sunni yang mengikuti contoh dari tiga generasi pertama Muslim. Mereka memegang pandangan bahwa Islam menjadi tercurangi oleh perubahan-perubahan yang dibuat setelah generasi ketiga. Mereka cenderung untuk menghindari politik dan banyak para cendikiawan Muslim Salafi telah berbicara lantang menentang pemberontakan.
Asosiasi dan Masjid Salafi di Belanda sering secara aktif menyebarkan ajaran mereka. Mereka menyusun begitu banyak ceramah dan wacana-wacana, biasanya dalam bahasa Belanda, yang menarik para orang-orang muda. Salafi Belanda termasuk orang-orang muda yang berasal dari Moroko, begitu juga Somalia dan Muslim keturunan Belanda asli.
Para ekstrimis muda, yang menunjukkan tujuannya, beroperasi di luar organisasi Salafi Belanda.
Para peneliti Universitas Amsterdam mengatakan bahwa sulit untuk mengatakan bagaimana kaum Salafi yang ada di Belanda, sebagai Muslim Ortodoks sering menolak untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum. Para akademisi benar-benar mengatur untuk memperkirakan jumlah keseluruhan dari Muslim Ortodoks termasuk kelompok lainnya disamping Salafi yang berjumlah 40.000 sampai 65.000 orang. Jumlah tersebut merupakan 5 persen dari semua jumlah warga Muslim Belanda. Keseluruhan kelompok tersebut digambarkan sebagai "reseptif bagi Salafisme".
Radikalisme telah lama tidak mendapat dukungan baik itu di negara-negara berdominasi Muslim maupun di negara-negara minoritas Muslim lainnya. Tidak hanya laporan dari studi Universitas Amsterdam saja yang mengatakan bahwa radikalisme tidak mendapat dukungan oleh banyak pihak termasuk anggota penganut organisasi Salafi di Belanda. Laporan Pew Forum untuk Agama dan kehiduan publik mengatakan bahwa dukungan untuk kelompok radikal Islam termasuk rendah di antara umat Muslim Eropa dan beberapa kelompok ternama dengan akar organisasi asing sekarang bekerja sama dengan pemerintah lokal dan mendorong umat Muslim untuk turut memilih menurut sebuah laporan baru.
Kelompok Eropa yang terhubung pada gerakan Islami yang lebih luas seperti Persaudaraan Muslim dan Jamaat-i-Islami sekarang lebih berfokus pada kondisi umat Muslim di Eropa dari pada ideologi awal mereka dari Mesir dan Pakistan, menurut laporan oleh Pew Forum tentang Agama dan Kehidupan Publik.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa ketegangan antara "mujahid" dan Islamis di Eropa, mengatakan beberapa kelompok yang terhubung dengan Persaudaraan Muslim bekerja sama dengan polisi untuk menentang militan.
"Dengan banyak perhitungan yang paling banyak, dukungan untuk kelompok ekstrimis radikal relatif rendah di antara umat Muslim di Eropa," laporan tersebut mengatakan. "Meskipun demikian, kelompok semacam itu telah menjadi pusat pembahasan publik Islam di Eropa, terutama dalam beberapa tahun terakhir."
Laporan tersebut mengatakan bahwa para pendukung kelompok Eropa dengan hubungan gerakan Islam asing sering menunjukkan sedikit ketertarikan dalam menemukan ideologi pendirian mereka, yang mana banyak kritisi mengatakan radikal dan anti-Barat.
Walaupun beberapa kelompok mempromosikan pandangan militan, yang lainnya berhubungan hanya dengan masalah keagamaan atau pendidikan, membuat hal ini sulit untuk menyamaratakan tentang organisasi Muslim di Eropa Barat.
Laporan tersebut mengatakan bahwa beberapa kelompok Islam dengan akar organisasi asing telah mengubah fokus mereka pada masalah-masalah warga Muslim Eropa karena takanan dari warga Muslim muda kelahiran Eropa dengan lebih sedikit hubungan dengan negara-negara mayoritas Muslim dimana keluarga mereka berasal.
"Banyak dari para pemimpin yang lebih muda menekan untuk sebuah agenda yang memfokuskan pada kebutuhan dan kepentingan umat Muslim di negara-negara Eropa tertentu dari pada sebuah masalah Islam global, seperti perselisihan Israel-Palestina," laporan tersebut mengatakan. (ppt/rnw/reu) www.suaramedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar