Senin, 27 September 2010

Paus Mesir Minta Maaf Atas Sentimen "Kepalsuan Ayat Al-Qur'an"


Paus Shenouda III meminta maaf dalam sebuah wawancara televisi pada hari Minggu (26/9) ke umat Islam yang merasa tersinggung setelah uskupnya dilaporkan mempertanyakan keaslian beberapa ayat Al-Qur'an.

Pernyataan itu muncul dalam periode meningkatnya ketegangan di Mesir antara mayoritas Muslim dan minoritas Kristen yang merasa didiskriminasi.

Permintaan maaf Shenouda datang satu hari setelah Universitas Al Azhar mengkritik Uskup Bishoy, pimpinan tertinggi kedua di Gereja Koptik, karena memprovokasi ketegangan sektarian.

Bishoy dikutip oleh media Mesir mempertanyakan tentang kerangka waktu diturunkannya ayat-ayat Al-Qur'an yang mempersoalkan sifat ketuhanan dari Yesus. Sang uskup dilaporkan mengatakan ayat-ayat itu dimasukkan setelah kematian Nabi Muhammad oleh salah satu penerusnya.

Kaum Muslim meyakini bahwa Nabi menerima semua ayat Al-Qur'an dari Malaikat Jibril di masa hidupnya dan ayat-ayat itu adalah firman Tuhan.

Ketegangan antara Muslim dan Koptik tengah meningkat atas isu-isu seperti pembangunan gereja baru dan argumen pahit mengenai kepindahan agama. Dua komunitas ini pada umumnya hidup damai, meskipun bentrokan dan serangan telah mengambil aih.

"Memperdebatkan keyakinan relijius adalah garis merah, itu adalah garis merah yang dalam," ujar Shenouda dalam wawancara yang ditayangkan TV pemerintah."Mungkin mereka mengira pidatonya hanya untuk para pendeta dan pernyataannya tidak akan dipublikasikan."

"Saya mintaa maaf jika saudara-saudara Muslim kami terluka perasaannya," ujarnya menambahkan.

Bishoy juga menimbulkan kemarahan minggu lalu ketika dia mengatakan pada koran Al Masry Al Youm bahwa kaum Muslim hanya tamu di negara tersebut.

Untuk insiden ini, Shenouda menyalahkan pers karena salah mengutip Bishoy dan mengatakan bahwa "kamilah yang tamu karena kaum Muslim adalah mayoritas." Umat Kristen Koptik membentuk 6-10% dari 80 juta penduduk Mesir. Sebelum invasi Arab di abad 7, umat Kristen adalah mayoritas di Mesir.

Ribuan Muslim berdemonstrasi pada hari Jumat (24/9) atas pernyataan Bishoy dan Pusat Penelitian Islam Al Azhar menggelar rapat darurat untuk mengecam pernyataan uskup.

"Pernyataan yang sembrono itu mengancam kesatuan nasional di saat penting untuk memeliharanya," bunyi pernyataan Al Azhar.

Pemimpin kelompok oposisi Ikhwanul Muslimin, Mohammed Badie, mendesak kaum Muslim untuk menanggapi siapapun yang menyinggung kitab suci Allah maupun Rasul-Nya.

Shenouda meminta untuk tetap tenang.

"Jangan musnahkan api dengan menambah lebih banyak api, kita memerlukan air," ujarnya.

Berusaha untuk meredakan kontroversi, partai politik dan asosiasi wartawan mendesak anggota mereka untuk menjauhkan diri dari perdebatan itu.

Kaum Muslim mengeluh bahwa Gereka Koptik berada di atas hukum negara dan menikmati perlindungan dan penjagaan yang tidak diberikan pada masyarakat luas. Umat Kristen mengeluhkan diskriminasi sistematis oleh negara.

Ketegangan terkadang meningkat menjadi kekerasan. Di bulan Januari, seorang penembak membunuh enam orang Koptik dan seorang penjaga Muslim dalam sebuah penembakan dari mobil yang lewat di depan sebuah gereja setelah misa Natal di kota Nag Hamadi.

Juga ada sejumlah unjuk rasa atas desas-desus bahwa umat Koptik telah masuk ke Islam dan sebaliknya.

Dalam kasus yang paling baru, seorang istri pendeta, Camellia Zakhir, menghilang di bulan Juli dan dilaporkan pindah agama untuk menceraikan suaminya. Hal ini memicu protes dari umat Kristen yang mengklaim bahwa kaum Muslim menculiknya dan memaksanya berpindah agama.

Setelah polisi menemukan Zakhir dan memulangkannya, protes mingguan muncul di bulan Agustus, kali ini oleh Muslim yang mengklaim orang Kristen telah menawannya dan memaksanya meninggalkan Islam. (rin/st) www.suaramedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman Ke