5. Bukti Tuhan itu Ada
Beriman bahwa Tuhan itu ada adalah iman yang paling utama.
Jika seseorang sudah tidak percaya bahwa Tuhan itu ada,
maka sesungguhnya orang itu dalam kesesatan yang nyata.
Benarkah Tuhan itu ada? Kita tidak pernah melihat Tuhan. Kita
juga tidak pernah bercakap-cakap dengan Tuhan. Karena itu,
tidak heran jika orang-orang atheist menganggap Tuhan itu
tidak ada. Cuma khayalan orang belaka.
a. Kisah Ulama dan Atheist
Ada kisah zaman dulu tentang orang atheist yang tidak percaya
dengan Tuhan. Dia mengajak berdebat seorang alim mengenai
ada atau tidak adanya Tuhan. Di antara pertanyaannya adalah:
“Benarkah Tuhan itu ada” dan “Jika ada, di manakah Tuhan itu ?
"Ketika orang atheist itu menunggu bersama para penduduk di
kampung tersebut, orang alim itu belum juga datang. Ketika
orang atheist dan para penduduk berpikir bahwa orang alim itu
tidak akan datang, barulah muncul orang alim tersebut.
“Maaf jika kalian menunggu lama. Karena hujan turun deras,
maka sungai menjadi banjir, sehingga jembatannya hanyut dan
saya tak bisa menyeberang. Alhamdulillah tiba-tiba ada
sebatang pohon yang tumbang. Kemudian, pohon tersebut
terpotong-potong ranting dan dahannya dengan sendirinya,
sehingga jadi satu batang yang lurus, hingga akhirnya menjadi
perahu. Setelah itu, baru saya bisa menyeberangi sungai
dengan perahu tersebut.” Begitu orang alim itu berkata.
Si Atheist dan juga para penduduk kampung tertawa terbahakbahak.
Dia berkata kepada orang banyak, “Orang alim ini
sudah gila rupanya. Masak pohon bisa jadi perahu dengan
sendirinya. Mana bisa perahu jadi dengan sendirinya tanpa ada
yang membuatnya!” Orang banyak pun tertawa riuh.
Setelah tawa agak reda, orang alim pun berkata, “Jika kalian
percaya bahwa perahu tak mungkin ada tanpa ada
pembuatnya, kenapa kalian percaya bahwa bumi, langit, dan
seisinya bisa ada tanpa penciptanya? Mana yang lebih sulit,
membuat perahu, atau menciptakan bumi, langit, dan seisinya
ini?”Mendengar perkataan orang alim tersebut, akhirnya mereka
sadar bahwa mereka telah terjebak oleh pernyataan mereka
sendiri.
“Kalau begitu, jawab pertanyaanku yang kedua,” kata si
Atheist. “Jika Tuhan itu ada, mengapa dia tidak kelihatan. Di
mana Tuhan itu berada?” Orang atheist itu berpendapat,
karena dia tidak pernah melihat Tuhan, maka Tuhan itu tidak
ada.
Orang alim itu kemudian menampar pipi si atheist dengan
keras, sehingga si atheist merasa kesakitan.
“Kenapa anda memukul saya? Sakit sekali.” Begitu si Atheist
mengaduh.
Si Alim bertanya, “Ah mana ada sakit. Saya tidak melihat sakit.
Di mana sakitnya?”
“Ini sakitnya di sini,” si Atheist menunjuk-nunjuk pipinya.
“Tidak, saya tidak melihat sakit. Apakah para hadirin melihat
sakitnya?” Si Alim bertanya ke orang banyak.
Orang banyak berkata, “Tidak!”
“Nah, meski kita tidak bisa melihat sakit, bukan berarti sakit itu
tidak ada. Begitu juga Tuhan. Karena kita tidak bisa melihat
Tuhan, bukan berarti Tuhan itu tidak ada. Tuhan ada. Meskikita tidak bisa melihatNya, tapi kita bisa merasakan
ciptaannya.” Demikian si Alim berkata.
Sederhana memang pembuktian orang alim tersebut. Tapi
pernyataan bahwa Tuhan itu tidak ada hanya karena panca
indera manusia tidak bisa mengetahui keberadaan Tuhan
adalah pernyataan yang keliru.
Berapa banyak benda yang tidak bisa dilihat atau didengar
manusia, tapi pada kenyataannya benda itu ada?
Betapa banyak benda langit yang jaraknya milyaran, bahkan
mungkin trilyunan cahaya yang tidak pernah dilihat manusia,
tapi benda itu sebenarnya ada?
Berapa banyak zakat berukuran molekul, bahkan nukleus
(rambut dibelah 1 juta), sehingga manusia tak bisa melihatnya,
ternyata benda itu ada? (manusia baru bisa melihatnya jika
meletakan benda tersebut ke bawah mikroskop yang amat
kuat).
Berapa banyak gelombang (entah radio, elektromagnetik.
Listrik, dan lain-lain) yang tak bisa dilihat, tapi ternyata hal itu
ada.
Benda itu ada, tapi panca indera manusia lah yang terbatas,
sehingga tidak mengetahui keberadaannya.Kemampuan manusia untuk melihat warna hanya terbatas
pada beberapa frekuensi tertentu, demikian pula suara.
Terkadang sinar yang amat menyilaukan bukan saja tak dapat
dilihat, tapi dapat membutakan manusia. Demikian pula suara
dengan frekuensi dan kekerasan tertentu selain ada yang tak
bisa didengar juga ada yang mampu menghancurkan
pendengaran manusia. Jika untuk mengetahui keberadaan
ciptaan Allah saja manusia sudah mengalami kesulitan, apalagi
untuk mengetahui keberadaan Sang Maha Pencipta!
b. Alam Semesta. Siapakah Penciptanya?
Memang sulit membuktikan bahwa Tuhan itu ada. Tapi jika kita
melihat pesawat terbang, mobil, TV, dan lain-lain, sangat tidak
masuk akal jika kita berkata semua itu terjadi dengan
sendirinya. Pasti ada pembuatnya.
Jika benda-benda yang sederhana seperti korek api saja ada
pembuatnya, apalagi dunia yang jauh lebih komplek. Bumi
yang sekarang didiami oleh sekitar 8 milyar manusia, keliling
lingkarannya sekitar 40 ribu kilometer panjangnya.
Matahari,
keliling lingkarannya sekitar 4,3 juta kilometer panjangnya.
Matahari, dan 8 planetnya yang tergabung dalam Sistem Tata
Surya, tergabung dalam galaksi Bima Sakti yang panjangnya
sekitar 100 ribu tahun cahaya (kecepatan cahaya=300 ribu
kilometer/detik!) bersama sekitar 100 milyar bintang lainnya.
Galaksi Bima Sakti, hanyalah 1 galaksi di antara ribuan galaksi
lainnya yang tergabung dalam 1 “Cluster”.
Cluster ini bersamaribuan Cluster lainnya membentuk 1 Super Cluster. Sementara
ribuan Super Cluster ini akhirnya membentuk “Jagad Raya”
(Universe) yang bentangannya sejauh 30 Milyar Tahun
Cahaya! Harap diingat, angka 30 Milyar Tahun Cahaya baru
angka estimasi saat ini, karena jarak pandang teleskop
tercanggih baru sampai 15 Milyar Tahun Cahaya.
Bayangkan, jika jarak
bumi dengan
matahari yang 150
juta kilometer
ditempuh oleh
cahaya hanya dalam
8 menit, maka seluruh Jagad Raya baru bisa ditempuh selama
30 milyar tahun cahaya. Itulah kebesaran ciptaan Allah! Jika
kita yakin akan kebesaran ciptaan Tuhan, maka hendaknya kita
lebih meyakini lagi kebesaran penciptanya.
Dalam Al Qur’an, Allah menjelaskan bahwa Dialah yang
menciptakan langit, bintang, matahari, bulan, dan lain-lain:
“Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusangugusan
bintang dan Dia menjadikan juga padanya
matahari dan bulan yang bercahaya.” [Al Furqoon:61]
c. Adakah yang Mengatur Alam Semesta?
Ada jutaan orang yang mengatur lalu lintas jalan raya, laut, dan
udara. Mercusuar sebagai penunjuk arah di bangun, demikian
pula lampu merah dan radar. Menara kontrol bandara
mengatur lalu lintas laut dan udara. Sementara tiap kendaraan
ada pengemudinya. Bahkan untuk pesawat terbang ada Pilot
dan Co-pilot, sementara di kapal laut ada Kapten, juru mudi,
dan lain-lain. Toh, ribuan kecelakaan selalu terjadi di darat,
laut, dan udara. Meski ada yang mengatur, tetap terjadi
kecelakaan lalu lintas.
Sebaliknya, bumi, matahari, bulan, bintang, dan lain-lain selalu
beredar selama milyaran tahun lebih (umur bumi diperkirakan
sekitar 4,5 milyar tahun) tanpa ada tabrakan. Selama milyaran
tahun, tidak pernah bumi menabrak bulan, atau bulan
menabrak matahari. Padahal tidak ada rambu-rambu jalan,
polisi, atau pun pilot yang mengendarai. Tanpa ada Tuhan
yang Maha Mengatur, tidak mungkin semua itu terjadi. Semua
itu terjadi karena adanya Tuhan yang Maha Pengatur. Allah
yang telah menetapkan tempat-tempat perjalanan (orbit) bagi
masing-masing benda tersebut. Jika kita sungguh-sungguh
memikirkan hal ini, tentu kita yakin bahwa Tuhan itu ada.
“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempattempat)
bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu
mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah
tidak menciptakan yang demikian itu melainkan denganhak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada
orang-orang yang mengetahui.” [Yunus:5]
“Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan
malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masingmasing
beredar pada garis edarnya.” [Yaa Siin:40]
Sungguhnya orang-orang yang memikirkan alam, insya Allah
akan yakin bahwa Tuhan itu ada:
“Allah lah Yang meninggikan
langit tanpa tiang
(sebagaimana) yang kamu
lihat, kemudian Dia bersemayam
di atas `Arsy, dan
menundukkan matahari dan
bulan. Masing-masing
beredar hingga waktu yang
ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya),
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu
meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu.” [Ar Ra’d:2]
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka.” [Ali Imron:191]
d. Siapakah Pencipta Manusia dan Tumbuhan?
Terhadap manusia-manusia yang sombong dan tidak
mengakui adanya Tuhan, Allah menanyakan kepada mereka
tentang makhluk ciptaannya. Manusiakah yang menciptakan,
atau Tuhan yang Maha Pencipta:
“Maka terangkanlah kepadaku tentang nutfah yang kamu
pancarkan. Kamukah yang menciptakannya, atau Kamikah
yang menciptakannya?” [Al Waaqi’ah:58-59]
“Maka terangkanlah kepadaku tentang yang kamu tanam?
Kamukah yang menumbuhkannya ataukah Kami yang
menumbuhkannya?” [Al Waaqi’ah:63-64]
“Kamukah yang menjadikan kayu itu atau Kamikah yang
menjadikannya?” [Al Waaqi’ah:72]
e. Bisakah Manusia Menciptakan Seekor Lalat?
Di ayat lain, bahkan Allah menantang pihak lain untuk
menciptakan lalat jika mereka mampu. Manusia mungkin bisa
membuat robot dari bahan-bahan yang sudah diciptakan oleh
Allah. Tapi untuk menciptakan seekor lalat dari tiada menjadi
ada serta makhluk yang bisa bereproduksi (beranak-pinak), tak
ada satu pun yang bisa menciptakannya kecuali Allah:“…Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah
sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun,walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika
lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka
dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah
yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang
disembah.” [Al Hajj:73]
Sesungguhnya, masih banyak ayat-ayat Al Qur’an lainnya yang
menjelaskan bahwa sesungguhnya, Tuhan itu ada, dan Dia lah
yang Maha Pencipta
Sumber : Agus Nizami
Email : agusnizami@yahoo.com.sg.
E book Iman Islam Ihsan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar