Senin, 06 September 2010

Iman Islam Ihsan Bag 1


1. Menuntut Ilmu itu Wajib

”Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim lelaki dan
Muslim perempuan” [HR Ibnu Majah]
"Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, Allah
akan memudahkan baginya jalan menuju surga." [Bukhari-
Muslim]
Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim. Artinya jika kita
menuntut ilmu kita mendapat pahala. Sebaliknya jika tidak, kita
berdosa.
Tanpa ilmu semua amal kebaikan yang kita lakukan akan
ditolak (HR Muslim). Kenapa? Karena bisa jadi amal kita itu
justru keliru dan malah merugikan orang. Sebagai contoh, jika
ada orang yang membangun jembatan yang sangat besar
melintas sungai, jika tanpa ilmu jembatan tersebut bisa runtuh
dan menewaskan orang yang melewatinya. Begitu pula jika kita
shalat tanpa ilmu, maka shalat kita bisa keliru. Mungkin ada
rukun yang keliru atau malah tidak dikerjakan sama sekali.

a. Larangan Taqlid atau Membebek tanpa Ilmu

Dalam Islam kita dilarang membebek/taqlid meski kita
mengikuti ulama:
”Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya...” [Al Israa’:36]
Kenapa? Itu sudah dijelaskan ayat di atas. Apalagi ulama juga
banyak yang berbeda pendapat. Bahkan Imam Al Ghazali
mengatakan ada 2 ulama yaitu ulama akhirat (yang benar) dan
ulama su’ (jahat) yang justru menyesatkan manusia.
Celaka atas umatku dari ulama yang buruk. (HR. Al Hakim)
Sesatnya ummat Yahudi dan Nasrani karena mereka taqlid
kepada ulama mereka sehingga ketika para ulama mereka
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram,
mereka pun mengikutinya:
”Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib
mereka sebagai tuhan selain Allah...[At Taubah:31]
”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian
besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani
benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan
mereka menghalang-halangi manusia dari jalan Allah...” [At
Taubah:34]
Tentu anda bertanya, ”Saya kan masih awam. Kalau saya tidak
mengikuti ulama bagaimana?” Belajar pada ulama yang lurus
itu wajib. Tapi anda harus dapat dalil Al Qur’an dan Hadits dari
guru anda. Bukan sekedar ucapan guru anda belaka. Sebab
sumber pedoman dalam Islam hanya Al Qur’an dan Hadits.Ada pun pendapat selain Allah dan Nabi itu tidak maksum.
Sering salah dan berbeda-beda antara satu ulama dengan
ulama lainnya. Anda bisa memeriksa kebenaran ajaran guru
anda dengan memeriksa dalil Al Qur’an dan Hadits yang dia
berikan.
“Katakanlah, ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya! Jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang
kafir.” (Q.S. Ali Imran: 32)
“Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian
berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat
selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku...” [HR Imam
Malik]
Guru yang baik akan memberikan anda dalil Al Qur’an dan
Hadits untuk setiap ilmu agama yang dia berikan. Sebagai
contoh, dalil untuk mengerjakan shalat dan membayar zakat
adalah:
”Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta
orang-orang yang ruku'” [Al Baqarah:43]

b. Ilmu yang Wajib Kita Pelajari adalah Ilmu yang
Bermanfaat

Anas ra berkata: Rasulullah SAW berdoa: "Ya Allah,
manfaatkanlah untuk diriku apa yang telah Engkau ajarkan
kepadaku, ajarilah aku dengan apa yang bermanfaat bagiku,dan limpahkanlah rizqi ilmu yang bermanfaat bagiku)." Riwayat
Nasai dan Hakim.
Menurut Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya’ ’Uluumuddiin,
mempelajari ilmu agama tentang kewajiban agama, serta
halal/haram adalah fardlu ’ain. Artinya setiap Muslim wajib
mempelajarinya. Contohnya karena sholat itu wajib, kita harus
mempelajari shalat. Segala macam yang berkaitan dengan
sahnya sholat seperti wudlu dan mandi junub juga harus kita
pelajari. Sebab jika kita junub dan tidak tahu cara mandi junub
sehingga kita berhadats besar, maka segala sholat yang kita
lakukan sia-sia karena bersih dari segala najis dan hadats itu
adalah syarat sahnya shalat.
Padahal Shalat itu tiang agama. Shalat adalah amal yang
pertamakali diperiksa di Hari Kiamat. Jika shalatnya rusak,
meski amalan yang lain sangat baik, otomatis ke neraka.
Bagaimana jika shalat kita masih belum betul? Jawabannya
kita harus selalu belajar/mengaji kepada para ustadz. Sebab
selama kita masih menuntut ilmu, Allah masih memaklumi. Tapi
jika sudah salah tidak mau belajar, ini adalah calon yang tepat
untuk menghuni neraka....
Ada pun ilmu-ilmu lain seperti Ilmu Kedokteran agar kita bisa
menolong orang sakit atau ilmu Peperangan agar dapat
mempertahankan negara itu adalah Fardlu ’Ain. Jika semua
Muslim tidak melakukannya, semua berdosa. Tapi jika adabeberapa orang yang mengerjakannya, semua terbebas dari
kewajiban itu.
Ilmu yang tidak bermanfaat bahkan membawa mudlarat seperti
ilmu sihir, ilmu ramal/nujum haram untuk dipelajari dan
diamalkan.

c. Ilmu harus Segera Diamalkan/Dikerjakan

Ilmu jika tidak diamalkan akan sia-sia. Tidak ada manfaat.
Orang yang sudah capek-capek belajar ilmu kedokteran
kemudian tidak memanfaatkannya untuk menolong orang
sebagai dokter maka ilmu itu tidak bermanfaat baginya. Jika
kita belajar doa ”Bismillahi tawakkaltu...” ketika akan bepergian
kemudian tidak membacanya maka ilmu itu tak bermanfaat
bagi kita.
Ilmu begitu didapat harus langsung diamalkan. Sebab jika
menunggu banyak kemudian baru mengamalkannya, itu
sangat...sangat berat.
Seorang alim yang tidak beramal seperti lampu yang
membakar dirinya sendiri (HR Ad-Dailami)
„Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; itulah keberuntungan yang besar.“
[Al Buruuj:11]Di dalam Al Qur’an banyak ayat yang menulis bahwa orang
yang beriman dan beramal kebaikan akan masuk surga. Orang
yang tidak beramal akan merugi. Orang yang punya ilmu tapi
tidak mengamalkannya itu seperti pohon yang tidak berbuah.
Tidak ada manfaatnya

d. Setelah Mengamalkan Ilmu, Ajarkan Ilmu ke Orang Lain

Setelah kita mengamalkan ilmu kita, kita juga wajib untuk
mengajarkannya.
Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah
pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan
mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya
adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan
menempatkan orangnya, dalam kedudukan terhormat dan
mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya
di dunia dan di akhirat. (HR. Ar-Rabii')
Wahai Abu Dzar, kamu pergi mengajarkan ayat dari Kitabullah
lebih baik bagimu daripada shalat sunnah seratus rakaat. Pergi
mengajarkan satu bab ilmu lebih baik daripada shalat seribu
raka'at. (HR. Ibnu Majah)
Itulah keutamaan mengajarkan ilmu. Jika kita tidak
mengajarkannya atau merahasiakannya resikonya sebagai
berikut:Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya
maka dia akan datang pada hari kiamat dengan kendali di
mulutnya dari api neraka. (HR. Abu Daud)

e. Ajarkan Ilmu Tauhid ke Lingkungan Terdekat

Hendaknya kita mengajarkan Tauhid ke lingkungan
terdekat kita. Sebagai contoh, Luqman mengajarkan
anaknya agar tidak mempersekutukan Allah:
„Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar." [Luqman:13]

f. Kerjakan Lebih Dulu Sebelum Anda Mengajarkan Ilmu
ke Orang Lain

„Mengapa kamu suruh orang lain berbuat baik, sedang kamu
sendiri tidak mengerjakannya?...“ [Al Baqarah:44]
Itu adalah kecaman Allah terhadap orang yang sering ceramah
agar manusia berbuat baik sedang dia sendiri tidak
mengerjakan apa yang diceramahkannya.
Mengerjakan kebaikan memang hal yang sulit. Semoga Allah
SWT memberi kita kekuatan untuk melakukan itu.
Amal harus sesuai dengan ilmu. Ulama yang tidak
mengerjakan ilmunya, apalagi itu menyangkut hal yang wajibatau haram, maka dosanya dua kali lipat dibanding dengan
orang yang biasa.
Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah
seorang alim yang tidak mengamalkan ilmunya. (HR Al-
Baihaqi)
Ilmu yang Bermanfaat jika Sudah Dipelajari Harus
Diimani/diyakini Kebenarannya. Kemudian Diamalkan.
Setelah itu Diajarkan

Sumber : Agus Nizami
Email : agusnizami@yahoo.com.sg.
E book Iman Islam Ihsan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman Ke